Kamis, 12 Maret 2015

Al Quran dan Kebahagiaan

Kita semua manusia menginginkan bahagia (as sa’aadah), namun tidak semua berhasil mendapatkan kebahagiaan. Karena mereka tidak mengetahui jalan menuju kebahagiaan. Tapi bagi mereka yang berinteraksi dengan Al Quran, maka mereka yakin dengan kebahagiaan yang dituntun melalui Al Quran.

QS Thaha 1-2: Thaha, Kami tidak menurunkan Al Quran kepadamu agar kamu menjadi susah.

Sudah barang tentu Al Quran untuk membuat kita bahagia. Kenapa dengan hidup di bawah naungan Al Quran, maka hidupnya akan bahagia?Karena akan mendapatkan kebaikan2 (khairat) yang tidak terhingga. Kenapa mendapatkan kebaikan2 yang sangat banyak? Karena:

1. Al Quran adalah sumber ilmu, sumber agama.
Sumber kebenaran itu jika ia datang dari Al Quran. Ilmu itu adalah yang datang dari Allah dan Rasulullah. Siapa yang dalam hidup ini berangkat dari ilmu Al Quran, maka ia tidak akan tersesat. Siapa pun yang mengikuti Al Quran, maka mereka akan bahagia.

2. Karena di dalam Al Quran terdapat persepsi-persepsi yang benar, yaitu perseps tentang:
a. wujud, keberadaaan kita di dunia ini, tentang kehidupan.
Melalui Al Quran, manusia mengetahui tujuan kehidupan dengan bimbingan Allah melalui Al Quran dan As Sunnah. Sehingga seluruh aspek kehidupan kita jelas jalannya, sehingga tidak terjadi penyimpangan2. Karena menjadikan hidupnya sengsara.
b. nilai-nilai, sehingga dia tahu ini tentang nilai kebenaran, dan itu tentang nilai kebathilan.
c. nidzhom (timbangan) yang benar, sehingga manusia tahu ini aturan yang benar, dan itu aturan yang salah.

3. Karena melalui Al Quran, ia mendapatkan puncak kesucian.
Manusia mana pun ketika hidupnya benar-benar sesuai Al Quran, akan sampai pada puncak kesucian yang luar biasa. Manusia yang normal tentunya akan cinta terhadap kesucian. Masyarakat yang bersih, banyak diceritakan di dalam Al Quran, misalnya di dalam QS Al Hujurat tentang rambu2 masyarakat Islam, QS Al Ahzab tentang Allah membersihkan kaum muslimin dari tradisi-tradisi yang kotor,, QS Thaha 1-4 tentang:
1. Allah menafikkan tuduhan2 kebatilan orang ahli jahiliyah kafir Quraisy. Yang jahiliyah itu bukan saja zaman dulu, di zaman sekarang juga ada. Orang yang kembali kepada Al Quran, dianggap mundur, kuno, radikal, dsbnya. Itu lah orang2 kafir yang tidak akan senang bila umat Islam mengikuti jalan Islam.
2. Buah kebahagiaan dari sekian banyak buah hasil di bawah naungan Al Quran. Ukuran kebahagiaan itu bukan dengan banyaknya harta, walau harta itu penting; dan bukan pada tingginya kedudukan, walau kedudukan itu penting; dan bukan pada banyaknya anak, walau anak itu penting.

Ada pendapat yang mengatakan, bahwa yang menjadi masalah itu bukan pendapat, tapi pendapatan. Walau pernyataan ini terdengar lucu, tapi itu lah kenyataan. Jadi kebahagiaan itu bukan lah dari pendapatan.

Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi, tidak bisa dilihat hanya oleh mata. Dan kebahagiaan tidak bisa diukur dengan kuantitas, dengan banyaknya materi. Ternyata tidak sedikit orang yang stress karena hartanya banyak, tidak sedikit orang yang stress dikarenakan massanya banyak tapi ia stress dikarenakan massa orang lain lebih banyak lagi dari dirinya.

Kebahagiaan itu adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia dengan seluruh jiwa raganya, jiwa yang bening, hati yang tentram, nyaman, berlapang dada. Bertemu teman kita senang, bertemu guru kita senang. Intinya, kebahagiaan yang tidak bisa diimpor dari luar, tapi kebahagiaan yang berasal dari dalam diri kita.

Oleh karena itu Allah SWT sudah berjanji, dan janji Allah adalah pasti, bahwa Allah akan membahagiakan hati orang-orang yang beramal sholeh laki-laki dan perempuan, bila mereka beriman.

QS An Nahl 97: Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Pasti Kami akan memberikan kehidupan yang baik (hayaatan sa’iidah). Kebahagiaan dunia tidak akan mengurangi akhirat kita. Dan kebahagiaan akhirat pada dasarnya adalah kebahagiaan sebenarnya. Walau ini sebatas pemikiran manusia, Imam Al Ghazali mengatakan, kebahagiaan akhirat itu baqa’ (tidak rusak), bahagia, kecukupan, indah, keagungan. Intinya, kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang hakiki, dan itu bisa diraih jika manusia benar-benar dalam naungan Al Quran.

QS Hud 108: Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

Al Quran ketika berbicara kebahagiaan, bukan hanya kebahagiaan akhirat, tapi kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah selalu memuji hamba-hambaNya yang selalu berdoa minta diberikan “robbana aatinaa fid dun ya hasanah, wafil aakhirati hasanah, wa qinaa Adzaa bannaar” (Al Baqarah 201-202).

Karena di dalam doa ini dikumpulkan dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat, dan dipalingkan dari kejahatan (wa qinaa adzaabannaar).

Doa ini bukan sekedar doa, tapi ia membutuhkan kerja yang jelas. Surga tidak bisa didapatkan dengan angan2 kosong. Jadi, menginginkan kehidupan bahagia di dunia, harus ada kerja keras, apalagi kebahagiaan di akhirat.

Ternyata, ini bukan hanya doa untuk kita, tapi diajarkan oleh Nabi, di dalam hadist oleh Anas ra, bahwa doa ini adalah doa yang paling sering dibaca oleh Nabi, dan Nabi adalah yang paling bersungguh-sungguh bekerja untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar