Senin, 29 September 2014

Sifat2 Orang Beriman dalam Kehidupan Dunia (Bagian 1)

Iman harus dibuktikan dalam tindakan, bukan hanya pengakuan di ucapan saja.
QS Al Baqoroh 8: Dan di antara manusia ada yang mengatakan, “kami beriman pada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukan orang-orang yang beriman.
Ditolak keimanan mereka.

Kita ingin mendapatkan legitimasi keimanan dari Allah.
Apa saja sifat2 orang beriman, sehingga keimanan kita diterima Allah?
Di dalam Surat Al Mukminun 1: Qad aflah al mu'minuun
"Sungguh beruntung orang2 beriman itu."

Seperti apa keberuntungan orang2 beriman? Seperti apa kesuksesannya?
1. Kesuksesan di dunia dan akhirat. Orang beriman tidak hanya menang di dunia, tapi juga di akhirat.
2. Kesuksesan dalam konteks individu dan keberjamaahan.
3. Kesuksesan dengan seluruh maknanya diberikan kepada orang2 beriman.

Dalam memahami Islam, ketika tidak mengembalikan terminologi agama kepada sumbernya, maka salah cara memahaminya. Sukses adalah terminology agama, maka harus kembali kepada Al Quran dan Sunnah untuk memahaminya. Untuk memahami kesuksesan orang beriman, lihat Surat Al Mukminun 2-11:

1. Khusyu’ dalam sholatnya.
Apa itu khusyu’?
Khusyu’ bukan hanya tampilan zhohir anggota tubuh yang tampak saja, tapi juga hatinya.
Apa tanda kita khusyu’?
Khusyu’ adalah ketika tenangnya seseorang di dalam sholatnya. Orang yang khusyu’, tidak mungkin ia menggerak2kan tangannya ke badannya karena gatal, melihat jam tangannya, dll.

Apa keutamaan khusyu’?
Kenapa orang2 beriman itu sifat pertamnya adalah khusyu’?
Penjelasan tentang keutamaan khusyu’ bisa dilihat di dalam Sunnah Nabawiyah:
Hadist dari Ustman bin Affan: Tidaklah seseorang ketika melaksanakan sholat fadhu, ia memperbaiki wudhunya, khusyu’nya dalam sholat, ruku’nya, kecuali itu semua menjadi kafarat, menghapus dosa2 sebelumnya, selama ia tidak melakukan dosa2 besar.(HR Muslim)

Khusyu’ dalam sholat mengantarkan ia dihapus dosa2nya.
Barang siapa yang wudhu seperti wudhuku kemudian dia berdiri sholat 2 rokaat kemudian dalam sholatnya tidak ingat sesuatu yang bersifat duniawi, pasti dosa2nya diampuni. (HR Muslim).

Kenapa khusyu’ itu sebuah keharusan seorang muslim dalam sholatnya?
1. Karena ketika kita membaca Al Quran dan setiap kita sholat kita membaca Al Quran, kita harus mentadabburi (merenungi) Al Quran. Maka dalam sholat juga kita harus mentadabburi yang kita baca saat sholat.
Orang2 musyrik tidak terbuka hatinya walau Al Quran dibacakan padanya. Padahal gunung2 itu akan tunduk khusyu’ jika diturunkan Al Quran padanya. Harusnya manusia bisa khusyu’ karena ia diberikan akal dan hati nurani. Tanda khusyu’nya gunung adalah hancurnya gunung (QS Al Hasyr 21).
Kita ditegur Allah jika tidak mentadabburi Al Quran karena Al Quran sesungguhnya adalah hidangan yang lezat.

2. Agar kita selalu mengingat Allah. Karena pada dasarnya sholat adalah kita sedang berkomunikasi dengan Allah. Masak kita berkomunikasi dengan kondisi kita tidak tahu apa yang sedang dibacakan, seperti sedang melamun.
Allah menyebutkan dalam QS Thoha 14: dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.
Ketika kita ada masalah, secepatnya kita sholat, dijadikan ketenangan di dalam hati.

3. Seseorang ketika tidak khusyu’ dalam sholatnya, maka tujuan dari sholat itu tidak tercapai.
Dalam sholat itu ada rukun, ada kewajiban. Semua ruhnya itu adalah niat yang ikhlas, khusyu’, hadirnya hati kita, sehingga hatinya bisa bertemu dengan Allah.
Sholat itu bukan hanya kegiatan fisik, tapi juga kegiatan ruh. Sama halnya ketika kita berqurban, bukan darahnya yang sampai pada Allah, tapi taqwa kita.
Fiqih hukum, yaitu tentang segala hal penting untuk mengetahui sah tidak sahnya ibadah kita, itu saja tidak cukup, tapi fiqh hati juga penting. Sehingga yang sampai bukan sekedar “darahnya hewan qurban” (fisik) saja, tapi juga taqwa kita.
Khusyu’ adalah sesuatu yang harus dicari dalam ibadah kita, sehingga suasana ibadah itu benar2 dekat dengan Allah.

2. Orang2 yang beriman yang beruntung itu memiliki sifat berpaling dari kebatilan/sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Di sini menggunakan jumlah ismiyah (susunan kalimat yang diawali dengan kata benda), yang artinya orang2 beriman akan selalu sukses selama mereka senantiasa jauh dari kebatilan, yaitu yang berupa sikap, ucapan, kebijakan, keberpihakan terhadap yang batil.

Kenapa kita harus senantiasa menghindari kebatilan? Karena orang2 beriman itu orang2 yang bersungguh2 dalam bekerja, membangun rumah tangganya, membangun bangsanya. Waktunya tidak ia habiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, tertawa2 dan tidak serius. Walau kita bukan malaikat, dan kita butuh istirahat, tapi kita harus selalu bersungguh2. Waktunya tidak habis untuk sesuatu yang tidak ada gunanya. Potensinya tidak terjebak untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Ini juga menjadi solusi dan masukan untuk seluruh kaum msulimin, agar waktunya tidak habis untuk merespon manusia2 jahil yang menggoda manusia2 beriman.

Ada kisah nyata bagaimana seseorang yang baru belajar syair, yang ingin nebeng ketenaran penyair Mutanabbi, yaitu dengan meledek Mutanabbi dengan ucapaan “anak zina,” tapi hal ini tidak dilayani oleh Mutanabbi.

Orang2 yang tidak suka Islam terus meledek Islam, jangan dilayani. Walau perlu ada yang menjawab tapi tidak perlu menghabiskan waktu untuk melayaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar