QS Thaha 124: Wa man a’rodho ‘an dzikri,
fainna lahuu ma’iisyatan dhonkaa,
(Dan barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit)
Ketika ada orang yang tidak mengikuti
petunjuk Allah, itulah yang disebut al I’rodh.
Rasulullah SAW bersedih, sangking sedihnya,
Nabi curhat kepada Allah. Karena umatnya meninggalkan Al Quran, di dalam QS Al
Fuqan 30.
Terjemah QS Al Furqan 30: Dan Rasul (Muhammad) berkata,
"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan.”
Apa tanda bahwa seseorang melelaikan Al
Quran?
1. Tidak membacanya
2. Tidak mendengarkannya
3. Tidak merenunginya
4. Tidak menghafalkannya
5. Tidak mengamalkannya
6. Tidak mendakwahkannya
7. Tidak berjihad dengannya.
Allah memvonis orang2 yang seperti itu, kehidupannya
akan sempit.
Menurut Ibnu Katsir, yang dimaksud dengan “berpaling
dariKu” adalah: seseorang yang menentang perintahKu dan menentang kitab suci
yang Aku turunkan kepada RasulKu.
Itulah yang disebut sebagai ‘I’rodh.
Dhonka, maknanya adalah sempit di dunia. Siapa
pun di dunia ini, ketika berpaling dari hidayah Allah, maka kehidupannya sulit,
sempit, walaupun kelihatannya dia penguasa di dunia, walau pun kelihatannya dia
tenar popular. Tidak sedikit di dunia ini orang yang kelihatannya tenar,
popular, tidak kekurangan harta, tapi mereka bunuh diri.
Sebagian orang yang sering mendahulukan
realitas yang bukan berdasarkan pemahaman Islam, akan mengatakan, “mana
buktinya bahwa orang yang meninggalkan Al Quran itu kehidupannya sempit?”
Umat Islam jangan tertipu dengan kehidupan
dunia ini yang memang berisi kesenangan2 yang menipu.
Orang beramai2 untuk menjadi popular,
mencari harta, dan sebagainya, padahal orang2 yang seperti itu, biasanya lari
ke narkoba, gonta ganti pasangan, dsbnya. Karena kehidupan mereka itu sempit.
Karena mereka benar2 sangat rakus, serakah, tamak, akan kehidupan. Sudah
diberikan harta benda, masih kurang banyak. Sudah diberikan pangkat, masih
kurang tinggi. Sudah diberikan kekuasaan, ingin selama2nya berkuasa. Sudah
diberikan popularitas, masih ingin lebih lagi. Agar cepat berkuasa, cepat kaya,
cepat popular, maka ia cari jalan pintas, sehingga sempitlah hidupnya.
Orang2 yang memilih petunjuk selain Al
Quran dengan alasan, kebebasan berpikir, akan binasa. Orang yang gila dengan
harta benda, akan hancur bersama hartanya, seperti Qorun. Orang yang gila
dengan kekuasaan, maka ia akan hancur bersama kekuasaannya seperti Firaun.
Mestinya kita bersikap seperti para Rasul,
yang menyadari bahwa harta itu adalah ujian, kekuasaan itu ujian, dsbnya. Ketika
ia tahu menjadi penguasa itu adalah amanah, ia akan berusaha menjalankan amanah
itu dengan tidak mencekik leher rakyatnya.
Pemimpin yang tidak mempunyai wacana yang
luas, tidak mempunyai kebesaran jiwa, mudah tersinggung, mudah marah, dsbnya, maka
itu adalah ma’isyatan dhonka. Mereka tidak punya ketenangan, tidak punya
salaamatus shodr. Takut digeser temannya, takut kekuasaannya dijatuhkan,
dsbnya.
Berbeda dengan orang yang mendapat hidayah
Allah, seperti Umar bin Khattab. Ketika dicari oleh Raja yang Kafir, mana
istananya? Ternyata Umar bin Khattab tidur di atas tanah. Lalu Raja Kafir itu
berkata, “kamu berbuat adil sehingga bisa tidur yang tenang.”
Sekarang ini banyak orang yang tidak bisa
tidur tenang, padahal ia meningap di hotel mewah, Itu tandanya bahwa
kehidupannya sempit (ma’iisyatan dhonkaa).
Itu kehidupan saat di dunia.
Lalu bagaimana nasib mereka saat di
akhirat?
Terjemah QS Thaha 124-126:
124. dan Kami akan mengumpulkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta.
125. Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa
Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"
126. Dia (Allah) berfirman,
"Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu
mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
Ini adalah sunnatullah, bahwa tidak hanya
sesat dalam kehidupan di dunia, tapi juga buta di akhirat.
Kaidah “Pembalasan itu berbanding lurus
dengan amal.”
Ketika dulu di dunia dia tidak mau melihat
petunjuk Allah, maka di akhirat nanti ia akan buta.
Islam berada di satu lembah, sedangkan
muslim berada di lembah yang lain. Ini tidak boleh terjadi.
Apa yang terjadi bila Al Quran tidak
dijadikan petunjuk? Maka setan akan menjadi temannya.
Kaidah “Barangsiapa yang berpaling dari
petunjuk Allah, maka Allah menjadikan setan sebagai temannya.”
Sehingga bila ia melihat, maka ia melihat
sesuai selera setan. Jika ia mendengar, maka sesuai selera setan. Ketika ia
membuat kebijakan, maka kebijakannya sesuai selera setan. Ketika ia mendidik,
maka pendidikannya sesuai selera setan, dsbnya.
Kalau kita ingin menjadi bangsa yang maju,
yang berperadaban, maka jauhilah setan, dan kita harus komitmen dengan petunjuk
Allah.
Maka kurikulum pendidikan harus mengacu
pada petunjuk Allah. Kita tidak boleh sombong terhadap petunjuk Allah.
Jadi makna “setan selalu bersama dirinya,
tidak akan lepas” maka setan selalu menjadi teman karibnya. Setan menjadikan ia
memilih hal2 yang buruk2 saja, dan setan dan dirinya akan sama2 masuk neraka.
Inilah kajian yang sangat penting tentang
petunjuk dan kesesatan.
Semoga kita semua diberi petunjuk oleh
Allah SWT dan dijauhkan dari kesesatan dalam kehidupan ini.