Jumat, 31 Oktober 2014

Memahami Makna Hijrah

Hijrah dijadikan titik tolak dari berbagai sejarah. Umat Islam memulai titik tolak bukan dari hari lahirnya Nabi, atau hari meninggalnya Nabi, tapi kalender Islam dimulai dari perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Hijrah adalah terminologi yang dijelaskan Al Quran di berbagai ayat. Apa saja makna Hijrah secara Bahasa?

1. Terputus/meninggalkan/mendiamkan
Hadist:”Tidak halal bagi seorang beriman bagi seorang mukmin memutus/mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari”
Ini adalah arahan dari Nabi kita, supaya kita tidak boleh mendiamkan, memutus tali hubungan lebih dari 3 hari. Sehingga hubungan di dalam keluarga itu tidak akan rusak. Di dalam jamaah/organisasi, juga tidak akan rusak karena anggotanya tidak mendiamkan anggota lainnya lebih dari 3 hari.

2. Mencaci
Di antara karakter orang musyrik, sepanjang masa, selalu mencari2 kejelekan Nabi, dan mencaci Nabi.
QS Al Furqon: Ya Rabb, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran adalah sesuatu yang dicaci maki.
Itulah karakter orang musyrik sepanjang masa.

3. Memalingkan muka (meninggalkan istri di tempat tidurnya sendirian)
An Nisa: wahjuuhunna fil madhoo i
Ini satu pendidikan dalam rumah tangga, seandainya ada istri yang tidak taat pada suami, ditinggalkan sendirian di tempat tidur.

4. Berpindah dari tempat tertentu ke tempat lainnya, dalam rangka mencari keselamatan beragama,
taat pada Allah SWT.
QS Al Ankabut 26: ini menggambarkan tentang perjalanan Ibrahim dalam kehidupannya. Beliau berpindah dekat dengan Palestina, sebagaimana dijelaskan dalam kitab2 tafsir.

Perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, baik itu dari suatu Negara ke Negara lainnya, atau dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, tujuannya adalah dalam rangka menjaga agamanya. Ini menandakan bahwa asset yang paling mahal bagi kaum muslimin adalah iman, Islam, aqidah. Sehingga siap berpindah dari engara yang dicintai, kampong halaman yang dicintai, ke tempat lainnya dalam rangka hijrah.

5. menyendiri/mengasingkan diri (al infiroodu)
QS Al Muzammil: dan biarkan mereka dengan pendiaman yang baik
Ketika Nabi disikapi dengan tidak baik, maka nabi menjawabnya dengan baik.
Maka di dalam ilmu dakwah ada ungkapan: seorang dai yang mengajak manusia ke dalam ajaran Allah, itu seperti pohon, yang dilempar malah memberikan buah. Mendoakan kaum yang menyakiti dirinya semoga diberi hidayah oleh Allah.

Bagaimana makna hijrah secara syar’i/agama?
Ulama memiliki banyak persepsi tentang hijrah. Itu wajar2 saja, karena ayat dan hadist tentang hijrah begitu banyak, sehingga melahirkan tafsir yang banyak. Itu boleh2 saja. Di sini akan dibahas sebagiannya saja:

1. Berpindah dari negri kekufuran, negri yang memerangi Islam, ke Negara yang Islami.
Ulama menyebutkan Darul Kufri dan Darul Islam, apa maksudnya? Darul Kufri maksudnya adalah negri yang dipimpin/dikuasai oleh orang2 kafir, yang berlaku di negri itu hukum2 kekufuran, produk2 kekufuran.

Darul Islam menurut ulama adalah negri yang dipimpin, dikuasai, dikelola oleh orang2 Islam, sehingga berlaku hukum2 Islam. Tentu saja kekuasaannya di tangan kaum muslimin, tapi bisa saja sebagian penduduknya, atau bahkan mayoritasnya adalah orang kafir.

Kita tidak lanjutkan pembahasan ini supaya tidak terjatuh pada petualangan inteletual semata.
Hijrah dilihat dari sisi lain, dapat dibagi menjadi dua:
1. Hijrah secara fisik sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW
Hijrah secara fisik seperti ini tidak boleh jatuh pada ijtihad individunya, tapi harus secara berjamaahn
2. Hijrah secara mentalitas, yang tidak ditentukan pada waktu atau tempat tertentu.

Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah, apakah itu ucapan, perbuatan, keberpihakan, afiliasi terhadap golongan tertentu. Seseorang terbiasa melakukan hal2 yang dilarang oleh Allah, kita tinggalkan.

Itulah hijrah yang dilakukan secara mentalitas. Dalam konteks kekinian, hijrah seperti inilah yang harus kita tinggalkan. Hijrah meninggalkan rasa malas, percekcokan sesame anak bangsa, korupsi, bermewah2. Kita menuju ke kehidupan yang kehidupan yang mendukung keadilan, beramal maruf.

Peristiwa hijrah yang dijadikan sejarah penanggalan umat Islam, tidak boleh terjatuh dalam kenangan kejayaan masa lalu semata, tapi harus masuk dalam kurikulum kehidupan kita.

Hijrah dalam Al Quran dan As Sunnah adalah hijrah demi aqidah, demi prinsip, yang punya visi dan misi yang mulia, agar semua menjadi budaknya Allah, tidak boleh menjadi budaknya penguasa. Agar semuanya merdeka menjadi budaknya Allah.

Semoga kita semua diberikan kemuliaan oleh Allah, untuk dapat memaknai makna hijrah yang benar.

Kamis, 30 Oktober 2014

Jalan Menuju Hidup Bahagia

Ketika Allah memberikan kita semua kehidupan, kemudian Allah berikan kepada kita makna kebaikan. Kali ini Allah berikan petunjuk jalan menuju hidup yang bahagia tersebut. Allah memberikan cara mendapatkannya, tinggal kita sebagai manusia, mau atau tidak.

1. Keimanan dan amal sholeh.
QS An Nahl 97:
man ‘amila sholihan min dzakarin aw untsa wahuwa mu’minun falanuh yiyannahu hayatan thoyyibah (Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik)
walanaj ziyannahum ajrohum bi ahsani maa kaa nuu ya’maluun (dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).

Jalan menuju al hayah ath thoyyibah itu, adalah amal sholeh yang berangkat dari seorang mukmin.
Al Imam, Muhammad ibnu Idris Asy Syaafi’I (Imam Syafi’i) mengatakan, seandainya Allah SWT menurunkan surat Al Ashr saja, itu sudah cukup mencakupi isi Al Quran.
Surat ini dimulai dengan sumpah wal ashr (demi waktu). Allah bersumpah dengan waktu. Kalau Allah bersumpah dengan sesuatu, itu tandanya pentingnya sesuatu itu. Tapi yang lebih pentingnya lagi adalah jawaban dari sumpah itu, yaitu:

Sesungguhnya manusia benar2 tenggelam dalam kerugian yang sebesar2nya. Sehingga makna kerugian tidak sempit. Kerugian di dunia, di akhirat, kerugian dalam berkeluarga, perusahaan kita, bermasayaarkat, bernegara.

Ternyata syarat pertamanya adalah Iman, dan amal sholeh.
Yang lebih menarik lagi, walaupun seluruh ayat Al Quran memang menarik, redaksi ayat ini dalam jumlah jamak (banyak), Allah menggunakan “kecuali orang-orang yang beriman, dan orang2 yang beramal sholeh”. Semuanya dalam jumlah yang jamak (plural).

Artinya, kebahagiaan dalam hidup ini harus ada amal sholeh dan amal jama’i (kerja sama, dan sama2 bekerja). Ketika kita melakukan amal sholeh, itu dilakukan dengan bekerja sama dan sama2 bekerja. Semuanya beramal untuk menegakkan syariat Allah. Semua harus sama2 bekerja, dan bekerja sama agar tidak ada yang slonong boy.

Di skala rumah tangga, seorang ayah tidak bisa bekerja sendirian mewujudkan rumah tangga yang Islami, ia harus didukung juga oleh istri dan anak-anaknya.
Di dalam skala Negara, berbagai masalah baik itu dalam hal politik, ekonomi, pendidikan, bisa diatasi jika memiliki itikad yang sama, yaitu amal jamai. Kita ini tidak miskin SDA maupun SDM. Tapi permasalahannya adalah maukah kita bekerja sama dan sama2 bekerja dalam amal sholeh, untuk memproduksi kebaikan?

Jika saudara kita beramal sholeh, maka wajib bagi kita mendukungnya. Ketika kita mendukung/bekerja sama, jangan melihat siapa yang beramal sholeh, siapa yang beriman, apakah golongan saya atau bukan. Jangan seperti itu. Siapa pun yang beriman dan beramal sholeh, wajib kita dukung.

Betapa indahnya Allah memberikan perumpaan bagaimana besarnya manfaatnya keimanan itu bagaikan pohon yang tinggi yang akarnya mengakar ke bawah dan buahnya lebat, di QS Ibrahim 24-25: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”

Kalimat thoyyibah, yaitu laa ilaa ha illallaah, itu seperti pohon yang baik. Akarnya kokoh, dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Ketika ia berbuah, buahnya tidak pernah berhenti. Memberikan buahnya setiap saat.

Ini terkait dengan kajian sebelumnya. Seorang beriman itu produktif dan produktifitasnya tidak terkait dengan bulan tertentu (baca Al Quran, berinfak bukan hanya di bulan Romadhon), di mana pun (bukan hanya di tempat pengajian, tapi di kantor pun ia produktif beramal).
Buahnya tinggi, jauh dari kotoran2. Pepohonan apa pun bila berbuah di dataran tinggi, maka kualitasnya jauh lebih tinggi, Orang beriman itu tidak mudah digoncang oleh angin apa pun, peristiwa apa pun.

Yang menarik dari ayat ini, Allah menutupnya dengan kalimat “bi idzni Rabbika (atas idzin Tuhannya). Jangan berbangga dengan produktitfitas kita. Karena itu semua atas idzin Allah. Sehingga, orang beriman yang bisa berbuat kebaikan itu tidak ghuruur (GR). Ia tidak akan menyombongkan diri, seolah2 paling berjasa. Karena dia yakin, itu semua bisa terjadi karena atas idzin Allah.

2. Ridho.
Di antara petunjuk Allah agar kita benar2 menuju jalan kehidupan ini adalah Ar Ridho. Kita harus ridho terhadap seluruh apa saja yang telah ditentukan oleh Allah:
1. baik terhadap aturan yang telah Allah tentukan, aturan dalam berkeluarga, aturan berbangsa, dll.
2. Maupun terhadap al qodho’ (keputusan Allah yang telah ditetapkan di Lauhul Mahfuz), kaya atau miskin, dsb.

Kita ini ridho. Karena kita semua ini diuji, yang kaya diuji dengan kekayaannya, yang tenar diuji dengan ketenaran. Ketika orang kaya itu ridho, maka ia akan memanfaatkan kekayaannya untuk tunduk pada Allah, seperti Sulaiman. Ayyub diuji dengan penyakit, ia juga ridho. Baik dia Sulaiman maupun Ayyub, semuanya ridho.

Ridho itu kenikmatan ruhaniah, yang tidak bisa ditandingi dengan kenikmatan apa pun. Allah ridho padanya dan mereka ridho pada Allah.
Seluruh sahabat Nabi harus kita cintai, karena mereka adalah orang2 yang diridhoi oleh Allah, seperti disebutkan di QS At Taubah 100:
Wassaabiquunal awwaaluuna minal muhaajiriina wal anshoori walladziinat taba ‘uuhum bi ihsaanin, (Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,)

Rodhiyalloohu ‘anhum wa rodhuu ‘anhu wa a ‘adda lahum jannaatin tajrii tahtahal anhaaru khoolidiina fiihaa abadaa (Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya).

Dzaalikal faudzhul adzhim (itu adalah kesuksesan yang besar)
Di dalam Hadistnya, Rasulullah menjelaskan tentang Ar Ridho:
Siapa yang bisa dzaako (merasakan) nikmatnya iman? Yaitu orang yang ridho kepada Allah sebagai Tuhannya yang memimpin, mengatur, memperbaiki. Dan ridho Islam sebagai dien, sehingga tidak akan mencari2 ajaran lain, karena dia yakin seyakin2nya bahwa dengan Islam lah ia akan bahagia dunia dan akhirat. Sehingga tidak akan mengagumi orang lain apalagi yang bertentangan dengan Islam, maka ia akan meneladani Rasulullah. Dalam rumah tangga kita, kita mengikuti Rasul, dalam berbangsa dan bernegara kita juga emngikuti Rasulullah, dalam segala hal.

Sebenarnya, kebahagiaan adalah keinginan setiap manusia. Tapi tidak semua manusia bahagia, karena tidak tahu jalannya, tapi yang tahu jalannya juga tidak semuanya bahagia, karena masih tengok sana tengok sini, karena masih saja mencari alternatif lain.
Hidup ini terasa indah bila kita ridho pada Allah, Rasul,dan Dienul Islam.

Rabu, 29 Oktober 2014

Hidup Bahagia Orang2 Beriman

Di antara anugerah terbesar Allah adalah kesempatan untuk hidup, tapi kita juga diberikan resep untuk beramal salih, berarti dia bahagia dalam hidupnya. Orang yang beriman dan beramal sholeh itu bahagia dalam hidupnya.

An Nahl 97: Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Berbuat kebaikan, baik laki2 maupun perempuan, semua terbuka untuk beramal sholeh. Syaratnya: ia orang beriman, maka pasti akan Allah berikan kebahagiaan di dunia dan akan mendapatkan balasan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka perbuat.

Kalau kita mengaku beriman, tapi tidak bahagia, berarti ada yang eror dalam keimanan kita. “Man” (siapa) di ayat di atas, bisa berarti untuk apa saja, baik itu suatu laki-laki, perempuan, atau sekelompok manusia, atau suatu bangsa, maupun pribadi, bila beramal sholeh, pasti diberikan kebaikan oleh Allah.

Ulama berbeda2 dalam menafsirkan, apa yang dimaksud dg thoyyibah (kehidupan yang baik).
1. Menurut Ibnu Qoyyim, adalah rezeki yang halal dan thoyyib (baik). Selama kita diberikan rezeki yang halal dan thoyyib, terlepas itu banyak atau sedikit, itu adalah kebaikan dari Allah. Ukuran kebaikan itu hanya bila mendapatkan yang halal dan thoyyib.
Maka dari itu kita berdoa pada Allah agar diberikan rasa kecukupan atas hal2 yang halal saja.

2. Menurut Ali ibnu Abi Abbas, adalah al qonaa ‘ah (menerima/merasa cukup). Merasa cukup, ketika diberikan rezeki gaji yang halal, itu adalah kebaikan dalam hidup ini. Maka al qonaa ‘ah itu adalah kehidupan yang baik.

3. Menurut Ali ibnu Abi Tholib, adalah beriman. Kita bisa mengimpor teknologi dari luar negri, tapi kita tidak bisa mengimpor kebahagiaan.
Syarat kebahagiaan bukan sekedar berbuat kebaikan pada orang lain, tapi dia harus beriman. Para sahabat bukanlah orang2 kaya, tapi ketika mereka beramal sholeh, maka mereka orang yang benar2 bahagia.

4. Seseorang itu tidak mungkin hidup baik jika tidak hidup di syurga, maka ulama ini menafsirkan bahwa kehidupan yang baik hanya ada di syurga.

5. Seseorang yang beriman pada Allah dan beramal (memproduksi kebaikan2 dalam rangka taat pada Allah).

Setelah kita memahami pendapat2 ulama di atas, yang secara selintas kelihatannya berbeda, tapi sebenarnya tidak berbeda. Perbedaan yang bersifat fariatif, dan bukan perbedaan yang bersifat kontradiktif. Beriman adalah baik, bahagia adalah baik, qonaah adalah baik, rezeki yang halal adalah baik. Ketika kita menghadapi perbedaan, kita harus toleransi. Karena tidak semua perbedaan itu salah. Yang tidak boleh adalah perbedaan bersifat kontradiktif.

Harta benda yang sering dipahami oleh sebagian orang sebagai kebaikan, ternyata bukan satu2nya kebaikan. Ia hanya satu unsur dari sekian banyak kebaikan. Sehingga jangan sampai mengukur kebahagiaan seseorang dari hartanya. Orang kaya maupun orang miskin, sama2 bisa bahagia.

Kita mendapatkan hidup yang penuh ketenangan, anak2 yang sholeh, istri yang sholehah, suami yang bertanggung jawab, lingkungan yang damai, itu adalah kebaikan2. Janji Allah ini jangan sampai kita persempit dengan pemahaman yang tidak universal. “Saya kan sudah beramal, sudah sholat malam, tapi kenapa tidak juga kaya? Sedangkan orang yang tidak sholat bisa kaya?” Tidak! Jangan mengukur kebaikan sebatas dengan harta.

Kehidupan yang baik bagi orang yang beramal sholeh, pada dasarnya adalah kehidupan yang produktif dan indah. Hidupnya itu produktif. Untuk menunjukkan iman kita benar, maka kita harus produktif. Dunia melihat keindahan Islam dari perilaku kita.

Kehidupan yang baik tidak hanya dinikmati oleh seseorang. Ketika bapak yang sholeh, ibu yang sholehah memproduksi amal yang sholeh, itu bukan hanya kita yang menikmati, tapi juga dinikmati oleh orang lain. Kenapa demikian? Karena kehidupan yang baik itu adalah yang produktif. Manusia mana pun di dunia ini, menyukai produktifitas.

QS Al Arof 58: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan seizin Allah,dan tanah yang tidak subur tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersukur.”

Ibnu Abbas ra, pakar ilmu tafsir dari kalangan sahabat yang ditarbiyah langsung oleh Rasulullah, menarfsirkan ayat Al Arof 58: ini adalah perumpaan yang dibuat oleh Allah untuk orang beriman. Orang beriman itu thoyyib, dan amalnya itu thoyyib, seperti negri yang baik, yang buah2nya thoyyib, dinikmati oleh orang lain.

Keberadaan kita di rumah tangga kita dirasakan oleh istri dan anak2, keberadaan kita di keluarga besar juga dirasakan kebaikan kita. Di tengah2 masyarakat, kebaikan kita haruslah dirasakan oleh masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga, kebaikan kita dapat dirasakan oleh bangsa dan Negara ini.

Itulah, kehidupan yang baik adalah kehidupan yang produktif. Dinikmati bukan hanya oleh pelakunya saja, tapi juga oleh orang lain.
Allah di dalam ayat ini memberikan perumpaan orang beriman: dirinya thoyyib, amalnya juga thoyyib, seperti air hujan yang turun ke bumi.

Ada tanah yang bisa memanfaatkan air hujan sehingga bisa juga dimanfaatkan oleh yang lainnya, yaitu oleh manusia, tumbuhan, binatang.
Ada tanah yang bisa menyimpan air.
Ada tanah yang kering

Begitu juga manusia, dalam menyikapi petunjuk Allah:
Ada orang yang beriman yang manfaat untuk dirinya dan orang lain
Ada juga orang yang paham Islam tapi tidak memanfaatkan ilmunya untuk dirinya, apalagi untuk orang lain.
Ada juga orang yang menolak Islam sehingga tidak berguna bagi dirinya dan tidak juga bagi orang lain.

Semoga kita dimudahkan Allah untuk beramal sholeh dengan keimanan dan mendapatkan kehidupan dunia dan akhirat yang baik. Aamiin..

Selasa, 28 Oktober 2014

Menyikapi Orang2 Munafik

Dalam kajian sebelumnya, kita memposisikan orang munafik berdasarkan dzhohirnya, bahkan Nabi memaafkan mereka. Tapi orang munafik, tetap orang munafik. Mereka berbuat keonaran dalam berbangsa dan bernegara.

1. Melaksanakan khittoh, yaitu dengan memecat orang2 munafik. Caranya: memecat orang munafik dari barisan tentara, sehingga tidak membahayakan umat Islam. Kalau di dalam barisan ada kekuatan yang menyusup, ini membahayakan. Maka Nabi memutuskan mereka tidak usah ikut berangkat perang.

At Taubah 83: Maka jika Allah mengembalikanmu (wahai Muhammad) kepada suatu golongan dari mereka (orang munafik), kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka Katakanlah: "Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang".

Apa dosa orang munafik, sehingga tidak diizinkan untuk berperang bersama Rasulullah selama2nya?
Sejak awal kamu memilih duduk, tidak berjuang. Maka duduklah kamu bersama orang2 yang tidak berjuang. Inilah ayat yang ditujukan kepada seluruh orang beriman di manapun. Agar orang2 munafik tifak merusak soliditas kaum muslimin.

2. Memecat mereka/membuang mereka jauh2. Ketika mereka mati, tidak boleh dikuburkan bersama2 orang Islam.
At Taubah 84: Dan janganlah kamu sekali-kali menyolati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.

Dalam hadist shohih diriwayatkan imam bukhori, Aku mendengar umar bin khattab, umar berkata: ketika Abdullah itu orang munafik meninggal dunia, rasulullah diundang untuk menyolati orang munafik ini, ketika beliau berdiri, aku berdiri ke hadapan Rasulullah, “Ya Rasulullah apakah Engkau berkenan menyolati musuh Allah. Ketika ia masih hidup, ungkapannya selalu menyakiti Rasul dan umat Islam. Mendengar hal itu, Rasul tersenyum, “Ya Umar, biarkan. Aku ini. Setelah berulang-ulang aku mengatakan, maka beliau bersabda, ‘Sesungguhnya aku boleh memilih, maka aku telah memilih. Sekiranya aku tahu, kalau aku mohonkan ampunan baginya lebih dari tujuh kali, niscaya dia akan diampuni, tentu aku akan menambahnya.'” Umar berkata, “Kemudian Rasulullah menshalati jenazah Abdullah bin Ubay, lalu salam.

Tetapi, tidak beberapa lama sesudah itu, turunlah ayat 84 surah at-Taubah (Bara’ah), ‘walaa tushalli ‘alaa ahadin minhum maata abadan walaa taqum ‘alaa qabrihi innahum kafaruu billaahi warasuulihi wamaatuu wahum faasiquun’ ‘janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) orang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.’ Umar berkata, “Maka, aku merasa heran sesudah turunnya ayat itu, mengapa aku begitu berani kepada Rasulullah pada hari itu. Allah lebih mengetahui.” [HR Bukhari]

3. Tidak boleh kagum terhadap harta benda dan anak2 mereka. Ini dilarang oleh Allah,. Tujuannya agar kaum muslimin tidak tertipu, karena manusia biasanya mudah tertipu oleh harta benda yang banyak, oleh kekuasaan yang luar biasa, misalnya menang dalam politik, tertarik dengan anak yang ganteng2 dan cantik2.

Sebagian orang munafik, anaknya ganteng2 cantik2, dan hartanya banyak. Jangan tertipu dengan itu semua.
At Taubah 85: Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.
Kenapa?
Karena harta benda dan anak2 itu tidak membuat mereka bertambah ibadahnya pada Allah.
Ketika Umar bin Khattab mendapatkan kemenangan, maka umar tidak bersenang2. Justru berdoa pada Allah, mohon petunjuk jangan sampai diberikan kesenangan di dunia dan nantinya jadi kesengsaraan di akhirat.

Senin, 27 Oktober 2014

Sikap Orang Beriman terhadap Orang Munafik

Seorang muslim itu cerdas, ia tahu bahwa ia tidak hidup sendirian, tapi hidup bersama manusia2 lainnya. Ia juga paham bahwa setiap manusia itu berbeda-beda pemahamannya terhadap Islam.
Orang2 beriman ini juga berinteraksi dengan orang2 munafik, orang yang mengaku Islam tetapi dalam dirinya menyimpan kebencian terhadap Islam.

Di antara karakteristik ajaran Islam, ajaran Al Quran, adalah bertahap. Termasuk menyikapi orang2 munafik. Bagaimana caranya?

1. Sesuai dengan dzhohirnya.
Mengaku sebagai orang Islam, maka sikap ini yang pertama harus diprioritaskan. Kita hanyalah menyikapi manusia sesuai dengan dzhohirnya, kita tidak berhak memvonis seseorang dengan bathiniyahnya, karena yang tahu isi hati manusia hanya Allah SWT. Kita tidak boleh mengatakan, “orang itu mengaku2 Islam, tapi hatinya tidak.”
Tidak boleh mengatakan seperti itu, karena hanya Allah yang tahu isi manusia.

2. Memaafkan.
Ketika orang2 munafik, yang mengaku beragama Islam ini mendapatkan panggilan jihad, maka mereka tidak ikut berjuang dengan alasan2 yang didatangkan untuk meyakinkan dengan agar tidak berjuang.

QS At Taubah 42-43: “Sekiranya (yang kamu serukan kepada mereka) ada keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, niscaya mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu terasa sangat jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jikalau kami sanggup niscaya kami berangkat bersamamu.” Mereka membinasakan diri sendiri dan Allah mengetahui bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
Allah memaafkanmu (Muhammad). Mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhalangan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta.”

Di antara sifat orang munafik, tidak sanggup menerima tugas2 yang berat. Kalau perjalanan itu dekat dan mendapatkan kesenangan, mereka mau ikut. Tapi di saat ada perintah berangkat jihad di perak Tabuk, mereka minta izin,

Allah yang yang menciptkana Nabi, tapi Alloh memberikan contoh ketika menegur seseorang. Di QS At Taubah 43 itu Allah menegur Nabi, dengan cara yang lembut.
“Allah memaafkanmu (Muhammad), kenapa engkau memaafkan mereka.”

3. Mengumumkan perang (baru sebatas diumumkan)
Al Quran mentarbiyah umat Islam agar umat ini cerdas, termasuk dalam menyikapi orang2 munafik sesuai dengan dzhohirnya, yaitu beragama Islam, lalu Nabi dengan santun memaafkan orang2 munafik yang bersikap abstain dalam menerima tugas2 dakwah.

Kaum Muslimini tidak dibiarkan tertipu dengan kebiasaan orang munafik yang memang suka menipu. Jika mereka tidak berhenti berbuat kerusakan, yaitu sesuatu yang membahayakan internal ummat Islam, maka akan diumumkan perang, dan Al Quran memberikan semangat kepada Rasulullah untuk melakukan hal ini.

QS Al Ahzab 60-62 adalah sebuah pengumuman dari Allah: sungguh jika orang2 munafik dan orang2 yang di dalam hatinya ada keraguan, keingkaran, tidak juga berhenti, maka umumkan agar memerangi mereka, dan tidak boleh bertetangga dengan Rasulullah. Ini lah sikap ketiga, agar seluruh umat Islam di dunia ini tegas kepada orang2 munafik.

Tiga sifat, yaitu sifat nifaq, hatinya ragu terhadap Islam, dan berbuat keonaran, sebenarnya untuk mensifati satu orang, yaitu munafik.

Orang2 seperti itu harus diberikan sanksi: mereka tidak boleh dijadikan tetangga kamu, kecuali sedikit (yang diperkirakan masih bisa berubah), dan mereka dilaknat (dijauhkan dari rahmat Allah). Bisa jadi orang munafik itu kaya, berkuasa, popular, tapi dia dilaknat oleh Allah sehingga ketenarannya, kekuasaannya, kekayaannya tidak memberikan keberkahan pada dirinya.
Pura2 beragama Islam tapi memusuhi Islam, maka orang2 seperti ini tidak boleh berdekatan dengan pemimpin Islam, karena sifat itu dilaknat oleh Allah.

4. Bila setelah diiberi peringatan. tidak juga berubah, maka akan diperangi.
Instruksi untuk tegas terhadap orang2 kafir dan munafik dijelaskan di QS At Taubah 73 dan At Tahrim 9: Hai Nabi, perangilah orang2 kafir dan orang2 munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka.

Apa korelasi antara orang kafir dengan munafik? Sehingga dalam dua ayat di atas orang kafir dan orang munafik disambungkan dengan huruf “waw” (dan), karena keduanya menunjukkan adanya kesamaan.

Orang kafir dan orang munafik sama2 memerangi kaum muslimin. Orang munafik memerangi dari dalam, dan orang2 kafir dari luar. Musuh dari dalam, lebih berbahaya, karena mereka mengatakan: “kami saudaramu.” Padahal mereka musuh yang sebenarnya. Orang kafir jelas kekafirannya, sedangkan orang munafik mengaku beragama Islam, tetapi memerangi dari dalam.

Allah memerintahkan Nabi dan kaum muslimin memerangi kaum munafik. Apa bentuk memeranginya?
Ath Thobari mengatakan, memerangi orang munafik dengan cara berargumentasi saja.
Tapi tidak semua ulama seperti Ath Thobari, yaitu cukup dengan berargumentasi saja, ada juga ulama yang mengatakan: ketika orang2 munafik sudah berada di barisan kaum muslimin, tidak cukup dengan berargumentasi. Memerangi kaum kafir dengan senjata, maka memerangi kaum munafik juga dengan senjata.

Pada saat perang kemerdekaan Indonesia, kita juga menemukan orang-orang munafik. Bukankah ketika kita dijajah Belanda, ada orang2 Indonesia yang menjadi kaki tangan Belanda.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Sikap Orang2 Beriman terhadap Orang2 Kafir yang Memerangi Umat Islam

Setiap orang yang merenungi ayat2 Al Quran, dan yang rajin mempelajari sejarah, maka dia akan punya pengetahuan tentang Al Kufur. Al Kufur itu merupakan satu agama. Mana dalilnya?

1. QS Al Anfal 73: Dan orang2 yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian lainnya. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.

Jumlah umat Islam ada banyak, 1 Miliar lebih. Kalau umat Islam tidak mau bersatu, maka ia seperti burung yang tidak utuh sayapnya, tidak bisa terbang. Setiap mau terbang, jatuh lagi dan lagi, karena umat Islam tidak mau bersatu.

2. QS Al Furqan 25: Orang2 kafir itu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat padanya, Sesungguhnya orang2 kafir itu memerangi Tuhannya, ketika mereka memerangi RasulNya.

3. Orang2 kafir itu, walaupun mungkin punya manhaj yang berbeda, ideologi yang berbeda, tapi ketika mereka berhadapan dengan Islam, maka mereka bersatupadu. Meskipun orang2 beriman itu berusaha semaksimal mungkin untuk damai, damai, damai, tetap mereka tidak mau.

Bisa kita lihat Yahudi di Israel, ketika baru pulang dari perjanjian perdamaian dengan Palestina, mereka sudah menyerang Palestina lagi.
Allah mengajarkan kepada kaum muslimiin agar menghadapi orang2 kafir seperti ini berbeda dengan orang2 kafir yang tidak memerangi umat Islam.

Tidak usah jauh2, seandainya para ulama dulu tidak tegas memerangi Belanda, dan mengatakan, hai Belanda silakan jajah Indonesia… Kita tidak akan pernah merdeka seperti ini.
Kita harus tahu, kapan kita harus berjuang menghadapi orang2 kufur dan kapan kita harus berdamai dengan yang tidak memerangi orang mukmin.

Agar kaum muslimin mempunyai pemahaman yang benar dalam menyikapi orang2 kafir yang memerangi kaum muslimin, maka kita harus tahu siapa saja mereka?
1. Orang2 yahudi yang memerangi kaum muslimin di zaman Rasulullah: bani quraidzhoh, bani nadzhir, dll.
2. Orang2 musyrik Mekkah yang memerangi Nabi saw, berkali2 memerangi kaum muslimin.
3. Orang2 Nasrani yang memerangi kaum muslimini, seperti Romawi di zaman Rasulullah.
Bagaimana AQ berbicara tentang ketiga2nya? AQ menjelaskan skala prioritas siapa yang lebih dahsyat permusuhannya terhadap umat Islam.

Al Maidah 82-83: Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya
Di ayat ini Allah mendahulukan menyebut Al Yahud, daripada orang2 musyrik. Benar2 kamu akan menjumpai manusia yang sangat dahsyat permusuhannya terhadap orang beriman, Allah dahulukan menyebut Al Yahud lalu orang2 musyrik.

Ketika Allah SWt menyebut Al Yahud lebih dahulu, ini menggambarkan permusuhan orang2 Yahudi lebih dahsyat daripada kamu musyrikin Mekkah dan Nasrani.
Mungkin ia tidak memerangi langsung, tapi mereka otak intelektualnya ketika memerangi umat islam.

Mari kita lihat apa yang dikatakan para ahli tafsir tentang ayat ini.
Ibnu Katsir memberi masukan kepada kita, kenapa yahudi begitu dahsyat permusuhannya, karena kufurnya Yahudi dibarengi dengan ingkar. Orang yahudi itu tahu bahwa Nabi Muhammad itu adalah seorang Nabi, karena tertulis di kitabnya. Ketika mengetahui bahwa Nabi terakhir itu akan turun di jazirah Arab, maka yahudi berbondong2 dari Yaman ke Arab, agar salah satu keturunan mereka ada yang menjadi Nabi. Begitu mereka mengetahui bahwa yang menjadi nabi bukan dari mereka, maka hati mereka sangat dengki dan menolak kenabian Nabi Muhammad.

Satu hari mereka bisa membunuh ratusan para nabi. Jangankan kita, nabi mereka saja dibunuh. Tuhan saja, mereka anggap pelit. Itu sebabnya, Yahudi disebutkan lebih dahulu oleh Allah di ayat ini daripada ummat lainnya.

Apa sikap orang2 beriman yang tepat terhadap kaum kafir yang memerangi kaum muslimin?
1. Dilarang oleh Allah untuk Wala’ loyal berpihak terhadap orang kafir yang memerangi kaum muslimin.
QS Al Maidah 51: Hai orang2 yang beriman, jangan kau jadikan Yahudi dan Nasrani itu pemimpin kamu, karena sebagian mereka adalah teman dekat sebagian lainnya.

Apa ancaman Allah bagi orang yang berpihak pada orang2 kafir tersebut? Barangsiapa yang loyal terhadap mereka, maka ia adalah golongan mereka.
Islam adalah agama keberpihakan. Bila berpihak pada golongan lain gara2 ingin kesenangan dunia yang sedikit, maka ia dianggap sudah masuk ke golongan itu. Ayat ini ditutup dengan kalimat: Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk pada orang2 yg zholim.

2. Qitaaluhum.
Memerangai karena mereka memerangi. Tidak nyambung, bila mereka memerangi lalu kita toleransi. Sebagaimana Belanda menjajah kita lalu kita tidak berjuang.

Kenapa Allah memerintahkan memerangi mereka?
1. Karena mereka selalu merusak janji.
Orang2 kafir harbi yang hobinya memerangi umat Islam, tidak bisa memegang janji, sehingga tidak bisa dijadikan teman dekat.
2. Sejak awal menginginkan mengusir Nabi
Al Anfal: Wayamkuruuna wayamkurullah
3. Mereka yang memulai perang, seperti perang Badar. Maka suatu yang adil bila Rasulullah bersiap2 memerangi mereka.
At Taubah 13-15:
Ketentuan seperti itu, bukan ijtihad Nabi, bukan pilihan orang beriman, tapi itu adalah petunjuk Allah yang maha mengetahui dan bijaksana. Perintah memerangi kaum kufur adalah perintah Allah. Kita ini manusia, kita kecil..

Apakah kita berani mengkiritik perintah Allah yang Maha Mengetahui. Kita ini orang Islam, tapi bermesraan dengan emreka yang memerangi Islam.
Sikap menghadapi serangan kaum kafir yang memerangi umat Islam sudah ditunjukkan oleh Rasulullah, para sahabat Rasulullah, para tabiit tabiin, dan para ulama kita di Indonesia yang memerangi Belanda saat menjajah Indonesia.

Jumat, 24 Oktober 2014

Sikap Orang2 Beriman terhadap Orang2 Kafir yang Netral (Tidak Memusuhi)

Al Quran adalah kitab yang adil. Oleh karena itu, dalam kajian sebelumnya tentang orang2 beriman, memang sifat2 orang beriman itu berbeda, karena orientasinya berbeda. Orang beriman memiliki prinsip yang jelas.

Sikap orang beriman terhadap orang beriman lainnya harus bersifat loyal (wala’), karena:
1. QS Al Hujuraat 10: innamal mu’minuuna ikhwah (sesungguhnya orang2 beriman itu bersaudara)
2. QS Al Maidah 55: Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya tunduk (kepada Allah).

Kita batasi pembahasan kali ini, tentang sikap orang beriman terhadap orang2 kafir yang tidak memerangi Islam.

1. Berbuat baik dan berlaku adil.
QS Al Mumtahanah 8: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

2. Tidak Memaksakan keyakinan/toleransi.
QS. Al Baqarah 256: Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan.

Orang beriman tidak memaksa keyakinan, laa ikroo ha fiddiin.
Seperti apa realitas sebuah masyrakat yang berdasarkan AQ dan Sunnah yang dibangun oleh Rasulullah SAW? Rasullulah melihat sahabat2nya di Mekkah disakiti, diteror, sementara Nabi dijaga dengan aman, karena Nabi dijaga Allah dan juga karena kedudukan kakek Rasulullah, yaitu Abdul Muthallib yang dihormati di suku Quraisy, sehingga Rasulullah memerintahkan sahabat2nya untuk hijrah ke Habasah (Ethiopia), yang waktu itu masyarakatnya beragama Nasrani.
1. Nabi sangat perhatian pada sahabatnya, tidak mungkin beliau diam sementara sahabatnya terancam, sehingga ia menyuruh sahabat2nya hijrah ke Habasah.
2. Nabi adalah orang yang obyektif, bahwa tidak semua orang kafir dipukul rata, yaitu diangap semuanya memusuhi Islam, tapi Rasulullah mengatakan raja Habasah sebagai orang yang jujur
3. Pandai berterima kasih. Ketika Najasi, raja di Habasah, meninggal, yang sebenarnya ia meninggal dalam keadaan Islam, tapi dirahasikan, karena masyarakatnya masih banyak yang nasrani, Nabi menghormatinya dengan cara sholat ghaib.

Rasulullah bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang kafir. Sehingga ketika kaum muslimin dikalahkan, dan ketika pasukan Abu Sufyan mau menyerang lagi. Ma’bad melarang Abu Sufyan, dengan mengatakan Rasulullah punya pasukan yang lebih besar, maka Abu Sufyan tidak jadi memerangi.

Ummat Islam harus cerdas dalam berinteraksi, bisa membedakan mana yang memerangi kaum muslimin dan mana yang netral.

QS Al-Jaasiyah 14-15: Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah, karena Dia akan membalas suatu kaum sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri; kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.

Allah memerintahkan orang2 beriman untuk memaafkan orang2 kafir, sabar menahan dirinya jangan membalas kejahatan mereka, ini ayat yang turun di awal2 Islam.. Tujuannya agar supaya hati mereka lembut, dan ini tidak lama, karena setelah itu seluruh jazirah Arab masuk Islam, karena akhlaq orang2 beriman yang lembut ini.

Mari kita lihat sejarah yang begitu indah dan luar biasa yang tidak pernah bisa ditandingi oleh siapapun. Sebuah jamaah, yaitu jamaahnya Rasulullah, diusir dari tanah kelahiran, dirampas harta bendanya, dan ketika kaum muslimin bisa menaklukkan Mekkah tanah air yang dulu mereka diusir, Nabi dan para sahabatnya tidak balas dendam, tidak menghancurkan berhala2 mereka. Mereka mempersilakan penduduk Mekkah untuk pergi dalam keadaan bebas. Kalau ini bukan sebuah sejarah yang benar2 terjadi, pasti sudah mengatakan bahwa ajaran Al Quran itu hanyalah khayalan saja.

Bagaimana mungkin musuhnya yang dulu sudah mencaci maki bertahun tahun dan memusuhi, tapi ketika sudah menang, musuhnya dibebaskan begitu saja.
Jangan ada rasa takut terhadap Islam, karena kalau Umat Islam menang, tidak ada balas dendam. Yang dulunya musuh, diberi kesempatan utk berfikir apakah mau masuk Islam karena keindahannya atau mau tetap dalam keyakinannya.

Di satu sisi ajaran Islam adalah ajaran yang tasamuh/toleransi, baik terhadap muslim maupun non muslim, karena laa ikrooha fiddin (tidak ada paksaan dalam beragama).
Tapi itu bukan berarti kita loyalitas kepada orang kafir. Islam menghargai kebebasan beraqidah, tapi al walaa adalah loyalitas keterikatan, dan ini adalah inti ajaran Islam,
Jangan sampai karena alasan toleransi kepada kaum kafir, ia membenci saudaranya orang Islam, demi mendapatkan hal keduniawian.

Tapi juga tidak boleh berdasarkan al wala’ wal bara, ia memerangi siapa saja orang kafir. Tidak boleh. Kalau ada orang islam mmerangi orang kafir, itu
Tidak boleh ada pencampuradukkan anatar at tasaamuh (toleransi) dengan al walaa (loyalitas). Kenapa terjadi kesalahan sehingga terjadi percampuran antar keduanya?

1. Berlebihan (ghuluu’). Siapa pun, bila berlebihan maka ia akan meyimpang.
Yahudi menyimpang, karena mengatakan “Uzair putra Allah” dan orang2 Nasrani menyimpang dengan mengatakan “Al Masih putra Allah (QS At Taubah 30-31).
2. Memliki tujuan yang buruk. Bisa jadi orang itu tahu, tapi karena punya niat yang buruk, maka ia sengaja melakukannya.
Sikap orang2 yang beriman kepada orang2 kafir adalah jelas: berbuat baik, adil dan toleransi.

Kamis, 23 Oktober 2014

Memperbanyak Generasi Sholeh (Sifat orang2 Beriman)

Ini adalah tema terakhir dari sifat orang2 beriman. Di antara sifat2 orang beriman, yaitu menginginkan lebih banyak lagi orang2 yang sholeh, dan menginginkan dirinya menjadi teladan yang baik.

Untuk mengetahui sejauh mana kesungguhan kita menjadi orang2 beriman, bisa dilihat sejauh mana kepedulian kita untuk ikhtiar memperbanyak orang2 yang shalih. Sebelum kita buktikan di masyarakat luas, mari kita buktikan di rumah kita.

Al Furqon 74: Walla dziina yaquuluuna (dan mereka yang berdoa)
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a’yuniw waj ‘alnaa lil muttaqiina imaamaa (“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang0orang yang bertakwa”).

Ini bukan sekedar doa. Doa itu esensinya adalah ibadah. Ad Du ‘aau huwal ibadah.
Doa ini menjadi kurikulum kehidupannya. Setiap hari yang kita pikirkan adalah bagaimana di dunia ini setiap harinya semakin banyak orang2 yang sholeh, orang2 yang semakin jelas kehidupannya menuju ridho Allah.

Apa makna qurrota a’yun? Di dalam tafsir al ma’tsuur dijelaskan bahwa qurrota a’yun adalah anak istri kita menjadi orang2 yang menjadi ketentraman hati kita, karena mereka taat paada Allah.
Dia juga menginginkan dirinya menjadi teladan yang baik bagi orang lain. “Dan jadikanlah kami imam bagi orang2 bertaqwa.” Logikanya, kalau yang dipimpin saja orang2 yg bertaqwa, tentunya menginginkan yang memimpin lebih bertaqwa daripada yang dipimpin.

Setiap kepala keluarga lebih bertaqwa daripada anggota keluarganya. Setiap pemimpin organisasi lebih bertaqwa daripada anggota organisasinya. Setiap pemimpin Negara lebih bertaqwa daripada rakyatnya. Dst…
Meneladani orang2 terbaik, sehingga yang ditampilkan dalam hidup ini adalah kebaikan2. Yang tampil dalam hidup ini adalah orang2 yang terbaik.
Sehingga kita memiliki mizan (timbangan) yang jelas ketika kita memilih pemimpin, atau juga ketika kita menjadi pemimpin, kita punya panduan yang jelas.

Apa itu sifat2 pemimpin yang beriman?
Al Anbiya (21) 73:
1. Mereka memberikan petunjuk dengan perintah kami.
Seorang pemimpin adalah orang yang selalu memberi petunjuk dengan cara yang benar. Pemimpin itu kerjanya selalu mengajak umat manusia selalu mengikuti Allah, bukan untuk mengikuti dirinya atau golongannya.

2. Untuk selalu memproduksi kebaikan2.
Mencakup seluruh bentuk2 kebaikan. Memperbaiki aqidah sehingga tidak akan mendiamkan yang syirik di masyarakat. Tidak akan diam, bila ekonomi negara melemahkan masyarakat. Tidak akan diam melihat politik yang kotor. Dst..

3. Mendirikan sholat.
Ia juga pemimpin dalam sholat jamaahnya. Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali adalah pemimpin dalam sholatnya. Jadi tidak boleh pemimpin itu yang jarang pergi ke masjid.
Begitulah pemimpin yang diridhoi Allah. Ia selalu mendirikan sholat di rumah Allah.
Di dalam QS An Nuur 36-37 Ada munasabah (korelasi) antara rumah2 Allah dengan pemimpin.
Di rumah2 Allah (masjid), bertasbih kepada Allah pada pagi dan sore, yaitu para pemimpin (rijaalun). Digunakan kata rijaal, biasanya kata rijaal menggambarkan ketokohan, kontribusi kebaikannya.

4. Membayar zakat.
Pemimpin terdepan dalam membayar zakat sehingga meringankan rakyatnya.

5. Mereka hanya hamba2 Kami.
Para pemimpin mana pun, harus benar2 menjadi hamba Allah, tidak boleh menjadi hamba hawa nafsunya, hamba manusia yang lain, hamba dari bangsa lain, dll. Dia harus memimpin dalam rangka tunduk pada Allah.

Rabu, 22 Oktober 2014

Pengaruh Ibadah Haji dalam Kehidupan Ini

1. Kembali kepada fithrah
Ketika setiap muslim melaksanakan haji tanpa ada dosa-dosa (seperti disebutkan di QS Al Baqoroh 197: rafats, fasiq, jidal) di dalamnya, dan melaksanakan haji sesuai dengan sunnah2 Rasulullah, maka ia akan kembali kepada fithrah (seperti yang kita bahas dalam kajian sebelum ini).
Bersih dari korupsi, bersih dari memusuhi hamba2 Allah, bersih dalam berbisnis, dll.

2. Cepat merespon panggilan Allah.
Waktu sholat subuh di Mekkah jam 5, mereka sudah bangun jam 2 dan pergi ke Masjidil Haram untuk thawaf, sai, dan ketika masuk waktu subuh mereka segera sholat subuh. Ketika kembali ke tanah air, mereka cepat merespon

Al Anfal 24
Yaa ayyuhalladzii na aamanuu (Hai orang-orang yang beriman)
Istajiibuu lillaah wa lirrasuulii idzaa da'aakum limaa yuhyiikum (penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu)
Pengaruh dalam kehidupan kita, cepat merespon panggilan Allah, tidak menunda2. Panggilan Allah itu berupa: sholat, menjemput rezeki yang halal, membela Negara, membela saudara2 kita yang lemah, dst.

Bila bersegera seperti itu, maka Negara kita akan melompat jauh menjadi Negara maju. Karena salah satu yang membuat Negara kita tidak maju, adalah kerja yang lambat, belajar yang lambat, dan segala hal yang lambat.

3. Meninggalkan kebiasaan2 buruk
Kalau kita tidak sering2 diberi peringatan dan nasehat, maka kebiasaan buruk akan sulit kita tinggalkan.
Kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan: lambat dalam bekerja, berbohong, mempersulit urusan, mengghibah orang, mempunyai wacana yang tidak berdasarkan dalil yang penting popular, dst.

Kebiasaan2 buruk ini akan ditinggalkan bila kita pulang haji dengan mengerjakan haji yang benar.
Runtutan ibadah haji yang dimulai dari mabit di Mina, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, lalu melempar jumrah. Saat melempar jumrah itu, mereka sebenarnya dalam keadaan lelah, tapi dengan semangat jamaah haji melempar dengan semangat.

Begitu pula kita di tanah air. Kita buang jauh2 kebiasaan bertengkar dengan saudara2 kita, kita menilai sesuatu dengan obyektif dan bersama2 membangun bangsa dan Negara ini.
Kita semua bisa masuk syurga, tapi ada yang tidak mau. Nabi bersabda: Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan?” Beliau menjawab, Barangsiapa yang taat kepadaku dia masuk surga dan barang siapa yang melanggar perintahku dia tidak mau.” (HR. Bukhari).

Kita jangan mengatakan, “ini sudah kebiasaan kita.” Jangan katakana seperti itu, Bukankah kebiasaan orang Arab dahulu adalah minum minuman keras, membunuh anaknya dan perbuatan keji lainnya? Tapi ketika Islam sudah masuk ke bangsa Arab, mereka berubah.

4. Memproduksi kebaikan (al birr) sebagaimana hasil dari haji yang mabrur.
Orang yang pulang dari ibadah haji harus lebih baik daripada sebelumnya, Jangan sampai haji berulang2, umrah berulang2, tapi ketika pulang ke negaranya ia kembali korupsi, mengumbar auratnya lagi sehingga menimbulkan fitnah. Itu bukan haji yang mabrur. Haji yang mabrur lah yang akan menghasilkan kebaikan2.

5.Menjadi agen perubahan menjadi yang lebih baik
Alangkah indahnya bila suatu bangsa, pulang dari haji menjadi haji mabrur. Jika mereka sebelum berangkat diberi pendidikan yang benar ttg haji, ia dapat melaksanakan haji dengan baik, ia menjadi haji yang mabrur, sehingga ketika kembali ke negerinya maka ia akan mengubah masyarakatnya menjadi lebih baik.

Selasa, 21 Oktober 2014

Manfaat-Manfaat Ibadah Haji

Ternyata ibadah haji itu manfaatnya sangat banyak. Di Al Quran disebutkan dalam bentuk jamak dan isim nakhiroh.

Al Hajj 28: Agar supaya mereka menyaksikan manfaat2 utk mereka.
Yang mendapatkan manfaat bukan hanya yang melaksanakan ibadah haji saja, tapi juga

1. Manfaat Keimanan/Aqidah.
Begitu ia mulai berihrom, maka yang dibaca adalah “labbaik alloohumma labbaik…” itu diulang2. Di sini orang berhaji merespon panggilan Allah dan menafikkan seluruh syirk dan ia hanya bertauhid pada Allah Azz wa Jal. Pengaruhnya bukan hanya saat ia berada di tanah Haram, tapi ketika ia pulang dari ibadah haji, ia akan mendapatkan keberkahan2, dan begitu juga masyarakatnya. Karena Allah telah menjanjikan hal ini di QS Al A'raf 96.

QS Al A’raf 96: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi
Ibadah haji memberikan manfaat kepada umat manusia agar kita semua benar2 beriman kepada Allah dan menyingkirkan seluruh syirk, apakah itu dengan setan, pohon, dsb.

2. Selalu menjadikan akhirat itu obsesi terbesarnya.
Begitu seseorang memakai baju ihrom, persis seperti memakai kain kafan orang yang mati. Apakah itu ia pejabat, rakyat, siapa pun itu. Sama. Kita memakai kain putih, merespon panggilan Allah, menanggalkan kekuasaan jabatan, dsb.
Kita hidup di zaman yang fitnah dunia sudah menggila. Manusia melihat manusia lainnya dengan status keduniaannya, pekerjaannya, jabatannya, dsbnya. Padahal kita tahu dunia ini sementara. Dunia ini harusnya menjadi bekal akhirat kita.

3. Manfaat yang berkaitan dengan wawasan, khususnya wawasan keIslaman. Saudara2 kita yang telah naik haji, pada dasarnya telah memasuki perguruan tinggi yang luar biasa. Mempunyai lompatan yang begitu jauh pemahaman tentang Islam.
Tidak ada doa di dalam AQ yang minta terus ditambah, kecuali ilmu. Robbii dzidni ilman (Ya Alloh tambahkanlah ilmuku)...

Bagaimana saudara2 kita menuntut ilmu di Masjidil Harom, Masjid Nabawi.
Kita lihat mereka bertoleransi (at tasaamuh). Kita di Indonesia yang biasa mendengar bacaan imam mengucapkan “bismillah” dalam Al Fatihah dengan jelas, tapi di Masjidil harom mungkin terdengar samar. Maka ketika kembali ke tanah air, kita tidak lagi mempermasalahkan perbedaan itu, karena semuanya (membaca bismillah jelas, tidak jelas atau bahkan tidak terdengar sama sekali) semuanya benar. Yang tidak benar adalah yang tidak sholat.

Seharusnya kita yang pulang dari ibadah haji, punya wawasan yang lebih luas, benar dan berdasarkan AQ dan Sunnah. Para ulama mempunyai berebda pendapat, bahkan di zaman Nabi pun sudah ada perbedaan, tapi Nabi membiarkannya.

Ini terjadi pada sahabat ketika menuju Bani Quroidzhoh, Rasulullah bersabda ttg sholat ashar di perjalanan itu. “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian melakukan shalat ‘Ashar kecuali (bila sudah tiba) di perkampungan Bani Quraidzhoh”. Namun ketika masuk sholat ashar sebelum tiba di Bani Quroidzhoh, ada sahabat yang sholat ashar di awal waktu, ada yang menundanya hingga tiba di Bani Quroidzhoh. Rasulullah tidak memuji maupun mencela yang mana pun, karena kedua-duanya memiliki dasar yang benar.

Ini hendaknya menjadi modal bagi kaum muslimin, sehingga kita senang mencari persamaan. Jangan mencari2 perbedaan. Yang tidak boleh ada, adalah perbedaan yang kontradiksi. Tapi bila ada dalilnya, maka kita harus toleran.

4. Manfaat dari segi ekonomi.
Mari kita bayangkan, ekonomi yang diproduksi dari penyelanggaraan ibadah haji, yang berkaitan dengan pakaian, pesawat terbang, perhotelan, makanan, minuman, dll. Tapi ini harus dikelola dengan baik, jangan sampai ini ibadah Islam, tapi yang menikmati ekonominya bukan orang Islam.
Allah memperbolehkan ummat Islam memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Harus ada kesadaran dalam membangkitkan manfaat ekonomi ibadah haji ini di kalangan ummat Islam.

Minggu, 05 Oktober 2014

Kehidupan dalam naungan Al Quran

Tafsir Al Hayah ini menggunakan pendekatan tafsir tematik, sehingga fokusnya pada tema2 besar Al Quranul Karim yang dekat dengan Kehidupan.

1. Al Quranul Karim memanggil seluruh orang beriman kepada kehidupan sehingga mereka memahami kehidupan.
QS Al Anfal 24: “Ya orang2 beriman penuhilah panggilan Allah dan Rasul ketika menyeru kamu kepada sesuatu yang menghidupkan kalian.”
Di ayat di atas, kita sudah dipanggil oleh Allah sebagai orang beriman, tapi kita masih disuruh untuk beriman. Artinya kita masih disuruh mewujudkan keimanan kita, dan ketika orang2 beriman mewujudkan kehidupan keimanannya, ia akan menghasilkan kebaikan2.

2. Al Quran pedoman kehidupan, yang memanggil mengajak orang2 beriman, untuk merelisasikan kehidupan keimanan.
Meskipun kita sudah beriman, tapi ingat, iman itu bukan sebatas ucapan, sebatas status di KTP kita, tapi iman itu harus mewujud, direalisasikan dalam amal ibadah kita, sehingga iman yang benar akan memberikan kehidupan untuk menggerakkan hati kita kepada kebenaran. Sehingga ketika mukmin diberikan jabatan, maka ia akan menjalankannya dengan sebenar2nya, ia akan jujur.
Seorang mukmin tidak mungkin menjadi pendusta. Al Quran memanggil kita untuk merealisasikan keimanan.

3. Al Quran menyeru orang2 beriman untuk memenuhi sebab (berusaha semaksimal mungkin),.
Seorang mukmin percaya bahwa seluruh ketentuan di dunia ini membutuhkan kerja yang sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang baik.

4. Al Quran menyeru kita untuk mempersiapkan kekuatan kita, sehingga kita menjadi bangsa yang kuat
QS Al Anfal 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Di QS Al Anfal 60, kata Wa a ‘idduu (dan siapkanlah) di atas adalah kata kerja perintah (fi’lu amri). Pada prinsipnya perintah Allah itu wajib. kecuali jika ada perintah lainnya. Sehingga kaum mukmin harus kuat, kuat secara fisik, ruhiyah maupun pikiran.

Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.
Ketika Allah memerintahkan kita untuk kuat, hikmahnya, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat, sehingga tidak akan diintervensi oleh bangsa lain. Jika bangsa ini lemah, maka bangsa kita bisa dipermainkan oleh bangsa lain, meski jumlah kita banyak.

5. Al Quran mengajak kita semuanya untuk mempersiapkan diri dengan sebenar2nya persiapan untuk mengemban amanah yang besar, di mana makhluk Allah yang lain (langit, bumi, gunung) menolaknya karena tidak sanggup. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia.

Kenapa manusia mau memikul amanah yang besar? Karena manusia sangat zhalim dan bodoh. Kapan manusia itu zhalim dan bodoh? Ketika manusia terjebak tidak bisa mengikuti petunjuk Allah.

Jadi amanah yang berat ini harus kita persiapkan dan di antara amanah yang besar itu adalah amanah kepemimpinan. Di mana ayah kita, yaitu Adam as diciptakan untuk memimpin dunia (sayyidul li hadzal kaum).
Kepemimpinan dalam AQ adalah membangun (imarah) dan memperbaiki (ishlah).
Ketika Nabi dating ke Madinah, Nabi membangun Madinah, bukannya merampas harta Madinah.

6. Al Quran mengajak seluruh ummat manusia kepada tujuan dari kehidupan.
Tidak sedikit manusia yang kehilangan dari tujuan hidup. Sehingga kita kasihan dan harus membantunya ketika melihat seseorang membunuh dirinya sendiri dengan narkoba, seseorang korupsi, dll.


QS Adz Dzariyat 56: tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu.

Seorang hamba yang selalu menyembah Allah, seluruh aktifitasnya harus benar2 bernilai ibadah, kita berimahtangga kita beribadah, kita membangun bangsa dan Negara kita beribadah. Tidak ada rakyat yang dirugikan dan tidak ada pemimpin yang takut

Dalam lingkup rumah tangga, kita dengar dari Kementrian Agama bahwa angka perceraian setiap tahun meningkat. Padahal mayoritas kita adalah umat Islam. Kenapa demikian? Karena kita khawairkan ketika seseorang menikah dengan tujuan bukan ibadah, tapi untuk bersenang2. Tapi jika tujuannya ibadah, semakin tua, kita akan makin emncintai pasangan kita. Walau sudah meninggal, ia masih mengingat2 pasangannya.

Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, adalah ibadah, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat karena satu visi dan misi, yaitu ibadah.

7. Al Quran mengajarkan kepada seluruh kehidupan manusia tentang timbangan ukuran paradigma yang benar untuk menimbang kehidupan ini.
Seluruh kehidupan di dunia ini tidak lebih dari senda gurau dan permainan. Berbeda dengan akhirat yang kehidupan yang hakiki.

Ketika kehidupan ini tidak dikaitkan dengan akhirat, maka isinya hanya senda gurau. Hukum dipermainkan, yang benar bisa kalah, yang salah bisa menang, dsb. Berbeda jika kita mengacu pada Al Quran, timbangannya jelas, tidak aka nada orang yg dizholomi.

Berbagai pendapat/opini di tengah2 masyarakat, dapat membuat bingung jika kita tidak punya timbangan. Kenapa orang2 yang sama2 punya pengetahuan agama dalilnya berbeda2. Jika timbangannya benar, maka kita terima, tapi kalau timbangannya salah, kita tolak. Jadi kita harus bisa menimbang setiap peristiwa.

Jumat, 03 Oktober 2014

Sifat Orang Beriman: Amanah

Sifat2 orang beriman ada banyak dijelaskan dalam Al Quran. Hal ini sebagai tanda bahwa orang2 beriman harus memiliki nafas panjang.

Riayatul Amanah (Memelihara Amanah)

Al Muminun 8: Dan sungguh beruntung orang2 yang menjaga amanah2 dan janjinya.
Amanah adalah persimpangan jalan yang memisahkan orang beriman dengan orang munafik. Kalau dari tampilan zhahir/fisik, kita sulit membedakan antara orang beriman dengan orang munafik. Orang beriman memegang amanah sedangkan orang munafik, khianat.
Tanda orang munafik ada tiga. Ketika ia berbicara, bohong. Ketika berjanji, dia ingkar. Ketika diberikan amanah, khianat. (Al Hadist)
Sedangkan orang beriman, ia memenuhi janjinya, menjaga amanahnya dalam keadaan apa pun.
Bukankah Rasulullah diusir oleh penduduknya. Tapi beliau tidak lupa amanah. Ketika dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah, ia masih ingat titipan orang kafir Quraisy di rumahnya.
Jika saat ini orang2 mengatakan, “Wajarlah kita korupsi, kan gajinya juga kecil.” Naudzubillahi min dzalik. Korupsi yang kecil akan memicu korupsi yang lebih besar lagi.

Al Amanah Fithrah 

Amanah itu sesuatu yang fitri. Artinya, setiap manusia, diciptakan oleh Allah dengan modal amanah. Manusia mana pun di dunia ini tidak ingin ditipu dikhianati oleh orang lain. Itu tanda bahwa amanah itu fitrah,
Itulah kenapa kita berdoa di Al matsurat: ashbahna alal fithratul Islam.
Kita juga menjaga bagaimana anak2 kita terjaga fitrah mereka. Supaya mereka tetap menyukai kejujuran, kebenaran, dan amanah.

Al Amanah Mu’tasabah (Amanah Bisa Diusahakan)
Amanah juga bisa diusahakan. Mungkin dulunya seseorang itu tidak ikut pengajian2. Maka dia harus mempelajari apa itu Islam. Dia harus berada di lingkungan orang2 yang amanah. Lingkungan yang kondusif bisa membangun amanah dalam diri kita. Ini tanda amanah bisa diusahakan (mutasabah)..
Apa saja macam2 amanah:

Kita harus memiliki pemahaman persepsi yang menyeluruh tentang amanah.

1. Amanah yang bernama fitrah. Harus kita jaga. Fitrah manusia senang kebaikan, jujur, mudah untuk menerima Islam. Jadi kalau ada orang tidak jujur, tidak suka Islam, itu tandanya fitrahnya rusak. Tidak bisa kembali fitrah kecuali kembali pada Islam.
Di dalam Ar Ruum (30): 30, tiga hal ini: fitrah, manusia dan Islam, masing2 disebut dua kali.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(Qs Ar Ruum (30):30)

Allah tidak mengganti sebutan manusia dengan kata ganti seperti “mereka”, tapi tetap kata menggunakan kata “an naas” (manusia).
Manusia tetap menjadi manusia jika tetap dalam Islam, tetap dalam fithrahnya.
Ketika ada orang membunuh, atau zina, atau korupsi, maka ia tidak bisa kembali kepada fithrahnya, kecuali jika ia kembali pada Islam.

2. Menyandarkan hukum pada ahlinya.
Apa pun di dalam dunia ini harus diserahkan pad ahlinya.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada ahlinya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS An Nisa 58)

Tidak boleh berbuat zholim karena berbeda golongan, partai, karena itu akan menyebabkan kehancuran.
Abi Dzar berkata pada Rasulullah: Ya Rasulullah, tidakkah engkau berkenan mengangkatku menjadi pejabat?
“Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya engkau itu orang yang lemah, dan sesungguhnyanjabatan itu adalah amanat, dan jabatan itu akan membuat kehinaan dan penyesalan di hari kiamat kecuali orang yang dapat memegang jabatan sebagaimana mestinya dan dapat melaksanakan jabatan (amanat) yang semestinya”. HR. Muslim.

Marilah kita berusaha memahami hadist ini secara benar. Jangan dipahami bahwa umat Islam itu tidak boleh jadi penguasa. Kita ingat ketika nabi Yusuf meminta jabatan, sebagai penanggung jawab ekonomi. Ketika seseorang mengambil jabatan dan mengambil hak orang lain, itu tidak diperbolehkan. Ketika seorang mukmin di daerah tertentu, ketika ia tidak tampil memimpin, maka daerahnya akan dipimpin oleh orang2 yang tidak mentaati Allah, itu lah kenapa nabi Yusuf mengajukan diri.

3. Selalu menjaga sholatnya.
Orang2 yang beruntung adalah yang selalu menjaga sholatnya. (QS Al Mu’minun 9)
Di awal surat Al Mu’minun, dijelaskan sifat2 orang beriman itu adalah orang yang khusyuk, lalu di penutup tema ini juga tentang sholat, yaitu yang selalu menjaga sholatnya, ini menggambarkan urgensi sholat dalam kehidupan ini. Bagaimana eksistensi seorang muslim dengan imannya, bisa dilihat di Hadist:

Aku bertanya pada Rasul: Amal apa yang paling utama?
Sholat pada waktunya
Biirul walidain (berbuat baik pada kedua orang tua)
Jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah).

Ini suatu bukti bahwa amal utama itu banyak, tapi yang pertama disebut adalah sholat. Jika kita ingin iman kita diterima Allah, buktikan dengan sholat tepat waktu.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda, “Jika kamu melihat orang yang biasa mengunjungi masjid, saksikan wahai semuanya bahwa dia telah beriman”

Sesungguhnya yang memakmurkan masjid2 adalah orang2 beriman.
Sesungguhnya kekuatan umat Islam dimulai dari masjidnya, terutama sholat subuh dan isya. Itu tanda awal kebangkitan umat Islam. Pusat sentral kegiatan kaum muslimin adalah masjid. Di situ lah membangun bangsa dan negaranya.
Sehingga tidak ada dikotomi antara masjid dengan negara. Nabi adalah ketua masjid dan juga kepala Negara. Karena mengelola Negara dari suasana masjid yang damai, persatuan, kedekatan dengan Allah.

Itu tidak hanya Rasulullah saja, ketika Rasulullah sdh meninggal, dilanjutkan oleh para khalifah,. Semua nya mengelola masjid. Kita semua harus seperti itu.
Di QS An Nisa 102, dijelaskan bahwa di saat kondisi tidak aman sekalipun, seseorang itu tetap harus sholat.

Dalam kondisi apa pun kita harus tepat waktu dalam sholat.
Semoga di dalam diri kita dan anak2 kita terdapat sifat orang mukmin. Orang yg selalu menjaga amanahnya, selalu mendirikan sholatnya.

Rabu, 01 Oktober 2014

Indahnya Sifat Orang2 Beriman (3)

Keindahan sifat orang beriman, tersebar di banyak surat di Al Quran. Kali ini akan kita bahas yang di QS Al Furqan (25) 63-76


1. As Sakinah wal waqor (Tenang dan tidak berlebihan)

QS Al Furqan 63: Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati.

Yang dimaksud dengan rendah hati itu adalah orang yang berjalan di muka bumi dengan tenang apa adanya.


Tidak ada orang yang lebih tenang/khusyuk jalannya daripada Rasulullah. Bumi itu seperti dilipat karena begitu cepatnya Rasulullah berjalan.

Kedisiplinan orang bekerja itu dapat dilihat dari cara jalannya. Orang2 di Negara maju biasanya berjalan dengan cepat. Ketika bekerja, mereka cepat jalannya. Ibaadurrahman, hamba2 yang disayang oleh Allah, jalannya tenang, tidak dibuat2. Cara berjalan ini harus dipahami dengan benar. Bukan jalannya seperti orang sakit, atau dibuat2 seperti seolah-olah jalannya orang yang bertaqwa.



2. Indah Menawan.

Umat Islam memiliki akhlaq menawan. Di antaranya adalah al himu (lemah lembut).
Ketika hamba2 Allah itu dicerca, dicela oleh orang2 yang bodoh (al jahiliyyah), mereka mengucapkan kata2 yang mengandung keselamatan (salam).

Yang dimaksud dengan bodoh dalam Islam, bukan berarti ia tidak bisa baca tulis, tapi ia tentang suatu kondisi kejiwaan yang selalu menolak apa saja yang berbau Islam. Makanya Abu Jahal (bapaknya kebodohan) itu sebenarnya pintar berpidato, tapi ia selalu menolak Islam.

Betapa urgent-nya sifat yang santun, lemah lembut, sabar menghadapi cercaan, kita lihat hadist Rasulullah.


Beliau bersabda kepada Asad bin Abdul Qois: Sesungguhnya kamu punya dua akhlaq yang dicintai oleh Allah: lemah lebut (santun) dan tidak tergesa2.

Nabi, adalah seorang pemimpin. Ini contoh bagi para pemimpin, para ayah, untuk selalu cerdas melihat kelebihan sisi baik dari orang lain. Jangan terbalik. Jika ada kebaikan saudaranya disimpannya, lalu jika ada sedikit saja keburukan saudaranya lalu diumumkan.


Nabi kalau ada kebaikan saudaranya, ia umumkan. Tapi kalau ada keburukan, ia nasehati dengan cara baik2, tidak membesar2kannya, ia simpan, dan tidak menyakiti hati saudaranya itu.

Tidak membalas kejahatan orang lain itu bukan karena ia lemah, tapi ia diamkan karena ia tidak ingin waktunya tergilas habis untuk hal-hal seperti ini. Ia ingin gigih menjawab tugas2 dakwah yang jauh lebih besar.


3. Menghidupkan malam dengan sholat.


Begitu pentingnya menghidupkan malam2 dengan sholat, disebutkan di dalam Al Quran dalam beberapa surat, seperti di QS As Sajdah 15-16: malam harinya digunakan untuk menghidupkan malam dengan sholat (Qiyamul Lail/QL).


Bagaimana supaya kita bisa mengikuti Sunnah Nabi untuk QL? Gunakan Sunnah Nabi lainnya. Sebelum malam terlalu larut, ia telah tidur. Nabi sukanya setelah isya tidak berlama2 untuk becanda, ngobrol, dsbnya. Nabi setelah isya segera tidur.

Mereka sedikit sekali untuk tidur. Mereka isi malamnya dengan QL.


Ketika menilai kecendikiawanan seseorang itu bukan semata2 keilmuwan, tapi juga di siang harinya iaberpuasa dan di malam harinya ia bangun untuk QL.

Ketika seseorang bertanya tentang sesuatu ke Imam Hasan Al Basri, lalu Hasan Al Basri mencoba menjawabnya, dan orang itu tidak puas dengan jawaban imam, dan berkata, “Hai, imam, seorang yang faqih (paham ilmu fiqih) tidak seperti itu pendapatnya.”
Mendengar komentar itu imam menjawab, “seseorang yang disebut faqih tidak sebatas keilmuwan, tapi yang siang harinya berpuasa dan malamnya QL.”

Ulama memberikan rekomendasi sebagai orang yang alim, kepada Imam Hasa Al Basri, karena pendapat2 beliau mirip dg Rasulullah.

Kita harus punya tolak ukur yang benar, sehingga kita tidak salah menilai sesoerang, atau suatu kejadian.


Apa kelebihan QL itu dilakukan di waktu malam?

Di malam hari itu suasananya berbeda dengan di siang hari. Kekhsuyukan dan ketenangan di malam hari tidak bisa disamakan dengan di siang hari. Apalagi di kota2 besar, persaingan begitu ketat, dalam politik, ekonomi, dsbnya. Maka dari itu ketika ibadurrahman bangun di malam hari, mereka berdoa “ Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami.”


QS Al Muzzamil, surat di mana Nabi dan sahabat nabi wajib QL, hingga turun ayat penutupnya, dan menjadikan QL menjadi Sunnah uuntuk para sahabat Nabi dan tetap wajib bagi Nabi. Disebutkan bahwa sholat di malam hari lebih dalam, lebih khusyuk.


4. Berada di Tengah2 dalam Membelanjakan Harta Benda

Inilah petunjuk Allah dalam membangun ekonomi kita.
Dalam membalanjakan harta bendanya tidak terjebak dalam dua kutub ekstrim yang sama2 membahayakan. Tidak boros dan tidak ekstrim (QS Al Furqan 67).


Apa definisi para ulama tentang boros dan kikir:

Ibnu Jarir mengatakan, beberapa ulama memilki beberapa varian. Ini memperkaya pengetahuan kita dan tidak perlu kita pertentangkan.

Al Isrof (boros): ketika seseorang membelanjakan harta benda untuk berbuat untuk maksiat pada Allah. Ketika dibelikan untuk judi, minum2an keras, sesuatu yang berbahaya bagi bangsa dan Negara. Walau sedikit, tapi itu membahayakan, maka itu boros.

Iqtar (kikir): Setiap manusia yang menghalang2i mencegah hak Allah, maka itu kikir. Ketika ia tidak bayar zakat, meski ia menyumbang dalam jumlah besar ke lembaga2 lain maka ia disebut kikir.


Ulama lain definisikan boros: orang yang berlebihan dalam berbelanja, menembus batas2 kepatutan. Meski itu adalah uang kita sendiri, itu boros jika tidak lazim dan melewati batas2 kelayakan dan kepatutatn yang seusai dengan kultur tradisi setempat.


Al Iqtar: seseorang mengurangi dari yang seharusnya. Meski ia mengeluarkan uang 1 juta, 2 juta, tapi ia mengurangi dari pengeluaran yang seharusnya, maka ia kikir.

Di antara definisi boros: makan atau mengambil harta benda orang lain. Walau itu sedikit, itu zholim. Korupsi dikit atau apalagi banyak, itu zholim.


Allah memberitahukan tentang system ekonomi yang benar di mana setiap manusia diberikan hak untuk memiliki harta bendanya. Tapi ketika ia diberikan kebebasan untuk memiliki harta bendanya, ia tidak boleh membelanjakannya sebebas2nya, sehingga membahayakan orang lain. Itu liberal namanya. Jika ia punya mobil, lalu menyetir dengan keadaan mabuk, meski ia beli minuman keras itu uangnya sendiri, tapi itu membahayakan orang lain.

Zina itu walau ia bayar pakai uangnya sendiri, tapi itu merusak bangsa dan Negara. Meski itu adalah negara2 non muslim, tapi zina membuat jiwa penduduknya buruk.


Semoga kita diselamatkan dari penyakit kikir dan boros.