Minggu, 30 November 2014

Sifat-Sifat Orang Kafir dalam Kehidupan Dunia

Al Quranul Karim banyak menejlaskan sifat-sifat orang kafir di berbagai ayat. Hal ini bukan lah suatu kebetulan, karena Al Quran disucikan dari segala bentuk kebetulan. Dicantumkannya sifat-sifat orang kafir ini agar kaum muslimin waspada. Karena bila kaum muslimin mengikutinya, maka akan mendapatkan adzab yang sama dengan orang-orang kafir.

1. Hati mereka terkunci, telinga mereka tuli, dan penglihatan mereka tertutup.

Sehingga mereka tidak bisa melihat, mendengar kebenaran, sehingga tertutup lah seluruh jendela-jendela hidayah Allah, sehingga di mana pun berada, tetap dalam kekufurannya. Tidak ada perubahan dalam diri mereka, baik dinasehati maupun tidak dinasehati.

QS Al Baqarah 6: ''Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan (indar) atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

Mereka punya hati, telinga, tapi tidak digunakan untuk mendengar Al Quran, sehingga mereka tuli. Setiap ajaran Allah, mereka tentang. Setiap dakwah Nabi, mereka tentang.

QS An Nisa 155: “Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup". Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka”

Ini bukan terjadi hanya pada orang-orang kafir zaman sekarang, tapi juga terjadi pada orang-orang kafir zaman dahulu.

QS Al A’rof 101: “Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir.”

Ketika mereka mendustakan ayat-ayat Allah, yang demikian itulah Allah akan mengunci, menyegel hati orang-orang kafir sehingga mereka tidak beriman.

2. Mengikuti Nenek Moyang Mereka Tanpa Terlebih Dahulu Dipikirkan

Mereka terjatuh pada fanatisme terhadap apa yang sudah dilakukan kakek nenek moyang mereka. Jika diajak untuk mengikuti Al Quran dan Sunnah Rasulullah, maka jawaban mereka,”kami mengikuti apa yang telah diajarkan bapak-bapak kami, nenek moyang kami. Tahu apa kamu, kamu kan anak kemarin sore.”

QS Al Baqoroh 170: Dana apabila dikatakan kepada mereka orang-orang kafir, ikutilah Al Quran, maka jawaban mereka, “tetapi kami mengikuti apa yang dijumpai bapak-bapak kami, nenek moyang kami.” Dan apakah ketika bapak mereka nenek moyang mereka tidak mendapat petunjuk, apakah mau mengikuti mereka?

Lebih bahaya lagi kalau pemikiran ini dilegitimasi oleh hukum, dengan alasan “melestarikan budaya nenek moyang kita.” Seolah-olah kalau sudah budaya nenek moyang itu sudah pasti benar. Padahal ukuran kebenaran adalah dengan Al Quran dan Sunnah Rasullah.

Budaya yang benar memang harus kita lestarikan, dan ukuran kebenaran adalah ajaran Allah dan Sunnah Rasulullah.

Ibnu Abbas ra mengatakan, Nabi memanggil orang-orang Yahudi untuk masuk ke dalam agama yang penuh rahmat ini. Nabi memotivasi agar mereka mengikuti ajaran Islam. Nabi memperingatkan hal ini, agar mereka tidak diadzab Allah. Jawaban mereka, “tapi kami cukup mengikuti nenek moyang kami. Karena mereka lebih baik.”

Ukuran kebaikan itu tidak jelas bagi orang-orang kafir,

Meskipun ayat2 ini turun kepada orang Yahudi, tapi hal ini berlaku juga untuk seluruh manusia. Yang menjadi pegangan kita dalam memahami teks-teks Al Quran, adalah penjelasan yang umum dan bukan sebab yang khusus. Karena Al Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia bukan hanya untuk di zaman tertentu.

Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk berpikir, bukan dengan fanatisme buta.

Ada sifat yang sangat membahayakan, yaitu sifat-sifat orang kafir yang kita harus menjauh dari sifat tersebut.

3. Putus Asa dari Rahmat Allah.

Kita jumpai di dunia, meskipun Negara yang modern itu dikatakan maju, tapi di sana angka bunuh dirinya tertinggi. Ketika menghadapi masalah, mereka bunuh diri, karena mereka berputus asa dari rahmat Allah.

Ketika manusia tidak percaya bahwa Allah bersama hambaNya dan bahwa Allah mampu mengatasi segala masalah manusia, maka manusia itu berputus asa.

QS Yusuf 87: “Dan jangan lah kalian berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.”

Karena mereka kafir (tertutupi) sehingga tidak bisa melihat luasnya rahmat Allah

QS Al Ankabut 23: “Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka berputus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu akan mendapat azab yang pedih.”

Manusia tidak akan putus asa dari rahmat Allah, kecuali jika hatinya tertutup, terputus dari hubungan dengan Allah.

Ketika hati manusia terbuka, selalu komunikasi dengan Allah, maka ia akan selalu optimis. Seperti halnya ketika Abu Bakar ash shiddiq hanya berdua dengan Rasulullah di dalam gua tsur, ia diberi optimisme dari Rasuluillah, dengan kalimat “Innallooha ma ana” (sesungguhnya Allah bersama saya).

Ketika putus asa itu adalah sifatnya orang kafir, dan sifat ini bisa menyeret kepada adzab, maka sudah barang tentu tidak ada keraguan bahwa sifat ini buruk. Sehingga tidak boleh ada orang yang mengaku dirinya Islam tapi ia putus asa.


Kadang2 seseorang itu untuk menggambarkan bahwa ia peduli pada bangsa, ia malah memberikan ungkapan yang tidak optimis, “Siapa pun pemimpinnya Negara ini akan bangkrut. Semua manusia sudah rusak” Tidak boleh seperti itu. Jika ada yang mengatakan seperti itu, maka sesungguhnya dialah yang rusak. Dia yang menghancurkan bangsa. Kita harus optimis! Karena yang pesimis itu hanya orang-orang kafir. Karena yang punya sifat putus asa itu hanya orang kafir. Orang beriman harus optimis. Tidak boleh memvonis bangsanya rusak, tidak boleh memvonis pemimpinnya rusak. Tinggal memilih, apakah kita mau mencintai orang-orang baik, mau memilih pemimpin-pemimpin yang baik. Kita yakin Allah selalu bersama kita, yang penting kita selalu bersungguh-sungguh memproduksi kebaikan-kebaikan.

Sabtu, 29 November 2014

Pandangan Orang Kafir terhadap Kehidupan Dunia (Harta Benda)

Ternyata mereka melihat kehidupan dunia ini sebatas kulitnya, sebatas apa yang nampak di dunia ini, yaitu berupa bangunan, makanan, minuman, pakaian. Mereka lupa dengan apa yang sebenarnya ada di dunia ini, bahwa dunia ini adalah ujian, dan akan berakibat pada kehidupan akhiratnya.

QS Ar Rum 7: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”

Mereka mengetahui cara membuat pesawat terbang, mobil, gedung yang tinggi. Mereka tahu yang zhahir-zhahir (yang tampak bentuknya) saja, tapi mereka tidak tahu mana yang membahayakan dan mana yang tidak membahayakan. Senjata yang dibuat mestinya hanya untuk memberantas yang jahat, tapi juga dipakai untuk membantai kaum muslimin.

Mereka lalai dari kehidupan akhirat.

Ulama tafsir mengatakan, “lalai dari kehidupan akhirat” merupakan isyarat bahwa Allah mencela kehidupan dunia dari orang-orang kafir. Yang dicela adalah sudut pandang/cara mereka melihat kehidupan dunia, yaitu dunia hanya untuk dunia. Sehingga kalau mereka gagal, lantas mereka bunuh diri. Orang Islam tidak boleh mengikuti kelalaian ini.

Ungkapan lalai (al ghaflah) dari kehidupan akhirat adalah perbuatan kriminal yang membahayakan. Kenapa lalai dari kehidupan akhirat itu sangat berbahaya? Karena orang yang lalai tidak punya paradigma yang jelas. Timbangannya eror. Sesuatu yang buruk dianggap baik. Sesuatu yang merusak, malah dianggap hobi, dsbnya. Orang yang lalai akan menimbang sebuah peristiwa dengan timbangan yang salah. Menimbang ketokohan bisa lalai. Seorang durjana bisa dianggap pahlawan. Itu karena timbangannya sudah eror.

Allah menciptakan dunia ini dengan visi misi yang jelas, yaitu untuk memproduksi kebaikan-kebaikan dan hasilnya akan didapatkan seutuhnya di akhirat. Ketika orang kafir tidak memperhatikan akhirat maka orang kafir akan mewujudkan kehidupan dunianya dengan melakukan segala cara.

Persepsi Orang Kafir Terhadap Harta

Orang-orang beriman ketika melihat harta benda, maka mereka melihatnya dari persepsi yang benar, bahwa harta sekedar hiasan, dan juga harta sebagai ujian. Sehingga harta bendanya digunakan dalam rangka kebaikan-kebaikan. Sebagaimana orang beriman juga melihat harta benda sebagai alat untuk membangun dunia dan akhiratnya. Orang2 beriman melihat harta bendanya dengan seimbang.

Cara pandang orang-orang beriman melihat harta benda, berbeda dengan cara pandang orang2 kafir, dikarenakan memang referensinya berbeda.

1. Harta benda sebagai gengsi (kebanggaan)

Orang-orang kafir melihat harta benda itu sebagai nilai dan gengsi (kebanggaan). Mereka bisa menuhankan harta benda. Jadi, ukuran kehormatan dilihat dari al maal (harta). Sehingga untuk mendapatkan kehormatan (harta benda) itu, mereka gunakan berbagai cara, meskipun harus mengeruk kekayaan bangsa lain, merampas kekayaan bangsa muslim, dsbnya.

QS Saba’ 35: “Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.”

Persepsi mereka adalah seperti ini. “Mana mungkin kami disiksa, buktinya saya diberikan kekuasaan, harta dan anak yang banyak.”

Ternyata persepsi yang awalnya dihinggapi orang-orang kafir ini, lama kelamaan menular ke orang-orang beriman. Melihat seseorang malah melihat hartanya. Sehingga tidak sedikit orang-orang di dunia ini yang kagum dengan orang kafir, dikarenakan seleranya sudah sama, yaitu memandang harta benda itu sebagai segala-galanya.

Hal ini dituturkan di dalam Al Quran Surat Al Kahfi 32-44, yaitu kisah orang yang mempunyai dua kebun (shohibul jannatain) yang luas, dia mengganggap dirinya lebih baik, dengan berkata, “saya lebih banyak harta benda daripada kamu dan saya lebih mulia.”

QS Al Kahfi 32-44: “Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat".

Padahal bagi orang beriman yang punya pegangan yang jelas, yaitu referensinya Al Quran, mestinya mengetahui bahwa tidak ada hubungannya antara harta benda dengan kemuliaan di hadapan Allah. Harta benda diberikan Allah kepada siapa pun, baik itu kepada orang kafir, muslim, apakah orang itu benar, atau pun salah.

Jadi kalau ada orang kaya yang mendapatkan hartanya dengan cara maksiat, lalu ditegur oleh seorang muslim dan ia menjawab “bagaimana mungkin saya dimurkai Allah, buktinya saya kaya, justru kamu itu yang dilaknat karena kamu miskin.”
Naudzubillahi min dzaalik.

2. Harta akan membuatnya kekal di dunia.

Mereka mengira bahwa harta benda itu bisa menjadikan mereka kekal. Sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya, meskipun harus merampok, menjajah Negara lain.

Di dalam surat Al Humazah, Allah menjelaskan bagaimana orang-orang kafir yang siang malamnya hanya dipakai untuk menghitung harta benda. Mereka mengira bahwa harta bendanya itu bisa menjadikan dia kekal, mengantarkannya pada tingkatan keabadian di dunia ini. Seolah2 jika ia telah menguasai harta benda, ia bisa kekal di dunia ini. Maka Allah sebut; “yah sabu anna maa lahuu akh ladah” (dia mengira hartanya itu bisa mengekalkannya).

Ini memberikan kinayah (kiasan) atau sindirian, bahwasanya orang2-orang kafir itu tenggelam dalam nafsunya, bersenang2 tanpa batas, seolah2 dia tidak akan mati.

Orang yang tahu bahwa dirinya akan mati, tidak mungkin berani berbuat maksiat.

3. Kikir, bakhil terhadap harta.
Mencintai harta benda dengan cinta yang gila, sehingga berpikiran kalau sedikit saja harta bendanya berkurang, dia pikir dia akan mati, bakhil! Maka orang yang bakhil itu menderita, dia hitung-hitung terus harta bendanya

QS An Nisa 37: "(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya pada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan".

Di ayat di atas Allah mulai dengan kata “Alladziina” ini maknanya untuk umum, yaitu siapa saja. Siapa saja yang kikir, yang pelit, yang hartanya tidak digunakan untuk berjuang di jalan Allah, apalagi ia sampai menghalang-halangi manusia untuk berbuat baik, berinfak di jalan Allah, dan menyembunyikan nikmat Allah yang diberikan padanya, maka orang2 kafir itu akan disiksa dengan siksa yang menghinakan.

Orang yang berbuat kikir seperti itu adalah orang-orang kafir yang menutupi nikmat Allah, sehingga ketika perbuatan ini hina, Allah akan balas dengan kehinaan

Semoga kita semua dijadikan oleh Allah sebagai orang-orang yang cerdas, yang tidak tertipu dengan harta benda. Aamiin..


Jumat, 28 November 2014

Kehidupan Orang-Orang Kafir di Dunia (Perhiasan)

Seseorang yang mentadabburi Al Quran, dengan menghayatinya secara mendalam, maka dia tahu bahwa kehidupan ini cepat sirnanya, kesenangan yang menipu. Karena manusia memang tertipu oleh dunia. Ayat-ayat di bawah ini adalah beberapa contohnya, tanpa maksud membatasi, karena sebenarnya ayat tentang kehidupan dunia itu banyak:

QS An Nisa 77: “Katakanlah (wahai Muhammad), "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dizalimi sedikitpun.”

QS Ali Imran 185: “Dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali kesenangan yang menipu.”

Sudah barang tentu bagi orang-orang beriman yang mengenali Al Quran, memahami hal ini. Tapi bagaimana dengan orang-orang kafir?

Kufur itu maknanya tertutup. Kenapa tertutup? Karena orang kafir hidupnya tertutup, yaitu tertutup dari ajaran Allah, tertutup dari kenikmatan besar, yaitu Islam.

Mereka melihat dunia adalah segala-galanya. Mereka melihat dunia sebagai sebuah ukuran yang harus dipertahankan.

Mereka hidup dengan cara mengimani kebathilan dan mengkufuri kebenaran.

Al Ankabut 67-68:Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan yang hak ketika (yang hak) itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir?”

Kalau kita melihat ayat-ayat lainnya, kenapa orang kafir hidupnya bisa terbalik, yaitu menyukai kebatilan dan membenci kebenaran, sehingga salah melihat kehidupan dunia? Karena orang-orang kafir itu selalu mengikuti hawa nafsunya.

QS Al Qashash 50: “Jika mereka tidak memenuhi panggilanmu Muhammad, maka ketahuilah mereka mengikuti hawa nafsunya.”

Itulah sudut pandang orang kafir terhadap kehidupan dunia. Mereka bersenang2 seperti binatang. Mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat daripada binatang.

Kenapa? Karena binatang masih punya ghoriiza (insting), sehingga tahu bagaimana supaya tidak tersesat. Sedangkan orang kafir mempunya akal, tapi tidak mereka pergunakan agar tidak tersesat.

Bagaimana pandangan orang2 kafir terhadap kehidupan dunia ini.

Al Quran mengulang-ulang penjelasannya tentang pandangan orang kafir terhadap kehidupan dunia. Kenapa berulang-ulang? Agar orang-orang beriman tidak mengikuti mereka. Tidak mengikuti selera mereka. Karena keimanan tidak sebatas pengakuan, tapi harus dibuktikan.

Jika orang-orang beriman mengikuti mereka, maka Allah tidak akan menolong mereka.

QS Al Baqarah 120: “Dan tidak akan ridho kepadamu Yahudi dan Nashara, sebelum kamu mengikuti millah mereka. Katakan bahwa petunjuk Allah itu petunjuk yang sebenarnya. Jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu datang padamu, maka tidak aka nada yang menolong kecuali Allah.”

Nabi saja bila mengikuti mereka, maka Nabi tidak akan ditolong oleh Allah, apalagi kita.

Meskipun status kita beragama Islam, tapi orang2 kafir mengiginkan kita mengikuti jalan mereka, baik itu gaya hidupnya, politiknya, dll.

Al Baqoroh 112: “Dipandang indah untuk orang-orang kafir, kehidupan dunia. Dan mereka mengejek orang-orang beriman, padahal orang-orang beriman bertaqwa itu di atas mereka di hari kiamat.”

Orang-orang kafir itu melihat dunia, di mana mereka terjebak dalam kehidupan dunia. Karena ziinah (hiasan) itu bisa menipu sehingga perbuatan buruk itu seolah-olah indah. Mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang merupakan pelanggaran-pelanggaran di mata Allah, diperindah dengan alasan HAM, seni budaya, dan banyak istilah-istilah yang padahal perbuatan itu adalah perbuatan yang membahayakan dirinya dan orang lain.

Ziinah itu bukan sesuatu yang hakiki, namanya juga perhiasan. Diperlihatkan seolah-olah indah. Bukan sesugguhnya indah.

Orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwa di dunia ini yang seolah-olah dipandang indah, itu sekedar ujian (ikhtibaar).

QS Al Kahfi 7-8: “Sesungguhnya kami jadikan segala apa saja yang ada di muka bumi ini. Agar kami menguji mereka siapa yang terbaik amalnya.”

Orang beriman sadar betul bahwa hidup ini ujian. Sehingga orang-orang beriman ini selamat. Orang-orang kafir tidak tahu bahwa ini ujian, sehingga orang-orang kafir tidak akan lulus di akhirat nanti.

Apakah semua hiasan (ziinah) itu tercela?

Ketika sudah mengetahui bahwasanya orang-orang kafir itu tertipu oleh ziinah kehidupan dunia, maka pertanyaannya apakah seluruh ziinah ini jelek, buruk? Ternyata tidak.

Kalau kita baca aya-ayat Al Quran tentang ziinah, ternyata statusnya banyak.

1. Hiasan yang tertolak, tercela.
Hiasan yang dibikin oleh setan.

QS Al Anam 43: “Dan setan telah memperindah bagi orang2 kafir apa yang mereka kerjakan.”
Mereka menyembah berhala seolah-olah berhala itu sesuatu yang indah.

Ketika orang-orang kafir memerangi kaum muslimin, dibuat indah seolah-olah itu demi ketertiban dunia. Seolah-olah negara itu sebagai polisi dunia. Semua terlihat indah, padahal itu semua perbuatan tercela. Dan setan memang sudah bersumpah untuk menggoda umat manusia agar berbuat perbuatan jahat. Sehingga hal2 yang menyerupai orang-orang kafir itu terlihat indah, seolah-olah ini HAM, dan sebagainya.

QS Al Hijr 39-40: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka"

Setan sudah berjanji akan menyihir muka pikiran otak manusia, sehingga sesuatu yg jahat seolah-olah terlihat indah. Yang tidak bisa ditipu oleh setan hanyalah orang-orang yang ikhlas.

2. Sesuatu yang memang indah, disenangi, terpuji.
Memperindah keimanan, di mana orang-orang beriman melihat iman itu indah, aman, izzah kehormatan kebanggaan. Keindahan seperti ini adalah ziinah muhabbabah.

QS Al Hujuraat 7-8: “Akan tetapi Allah membikin senang kepadamu iman. Dan Allah perindah, hiasi iman itu di hati kalian.”

Ziinah seperti ini adalah sesuatu yang diharuskan karena ini adalah keindahan yang hakiki.

Orang-orang yang beriman tidak boleh mengharamkan sesuatu yang indah dari Allah.

QS Al A’rof 32: “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

3. Keindahan Alam.
Keindahan alam yang sudah barang tentu tidak dilarang oleh Allah untuk kita nikmati.


Semoga kita diselamatkan oleh Allah dari menyerupai orang-orang kafir. Aamiin.

Kamis, 27 November 2014

Sifat-Sifat Surga

Seperti apakah surga itu? Meskipun para sastrawan, pujangga, yang ahli menulis keindahan, itu mencoba menuliskan keindahan surga, mereka tidak akan mampu menjelaskan keindahan surga yang sebenarnya. Karena keindahan surga di atas segala yang bisa kita bayangkan.

Hadist tentang surga:
 "Fala ta'lamu nafsu maa ukh fia lahum min qurrati a'yunin jazaa'an bimaa kaanuu ya'malun. (maka tidak seorang pun yang mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari kesenangan yang memuaskan hari sebagai pembalasan apa yang telah mereka lakukan .”

Dalam sahih Bukhari, beliau meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, berkata Rasulullah: Allah berfirman “Telah Aku sediakan untuk hamba-hambaKu yang soleh, sesuatu yang mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengar, sesuatu yang tidak pernah terbertik di hati, yang manusia tidak pernah mengan-angankannya.”

Ibnu Abbas, pakar tafsir yang ditarbiyah langsung oleh Rasulullah, mencoba menafsirkan tentang surga. “Kalau ada sesuatu yang namanya sama, antara yang ada di surga dengan yg di dunia, itu sekedar kesamaan nama, tapi esensinya berbeda. Itulah sifat Jannah secara umum.

Bagaimana dengan ayat2 Al Quran yang menjelaskan tentang surga? Itu sekedar mendekatkan manusia dengan surga. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang dipahami oleh manusia, karena Al Quran adalah untuk manusia. Tapi esensi yang sebenarnya adalah hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Sifat-sifat Jannah yang diterangkan di Al Quran:

1. Pintu2 surga

QS Shad 49-50: “(Segala sifat-sifat yang mulia) ini, adalah menjadi sebutan penghormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa, disediakan tempat kembali yang sebaik-baiknya (pada hari akhirat kelak). Yaitu beberapa buah Syurga tempat penginapan yang kekal, yang terbuka pintu-pintunya untuk mereka.”

QS Az Zumar 73: “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya"

Sudah barang tentu segala hal yang berupa ghaib, tidak ada ruang ijtihad, tidak ada ruang bagi manusia untuk menganalisa. Begitu pula tentang pintu2 surga ini, tidak perlu dianalisa.

Di dalam hadist-hadits Nabi, pintu syurga disebutkan ada delapan.

Sahih Bukhari: Di dalam surga mempunyai delapan pintu, di dalamnya ada pintu Ar Royyan. Pintu Ar Royyan ini tidak dimasuki oleh orang-orang kecuali oleh orang yang berpuasa.

Ini menggambarkan bahwa puasa itu sesuatu yang khusus.

Hadist Qudsi: “Setiap amal manusia untuk dirinya, kecuali shiyam (puasa), shiyam itu untukKu (Allah), dan Aku lah yang membalasnya.”

Ini menggambarkan kepastian pahala berpuasa. Karena orang yg berpuasa itu ikhlas, dia diam2 melakukannya, sehingga Allah katakan “berpuasa itu untukKu.”

Hadist: “Barangsiapa yang berkata, Tidak ada Illah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, Isa as adalah hamba Allah, dan kalimat Allah disampaikan pada Maryam, maka Allah akan memasukkan dia ke salah satu pintu surga yang delapan.

Ini menggambarkan bahwa pintu surga ada delapan.

Ternyata setiap amal soleh itu mempunyai pintu tersendiri. Maka setiap pintu surga diberi nama dengan nama amal soleh itu.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam Shahih mereka berdua hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa yang menginfakkan ‘sepasang hartanya’ di jalan Allah maka dia akan dipanggil -oleh malaikat- dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah! Inilah kebaikan -yang akan kamu peroleh-.’ Barangsiapa yang tergolong ahli sholat, maka dia akan dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa yang tergolong ahli jihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang tergolong ahli sedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang tergolong ahli puasa, maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan.” Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Wahai Rasulullah, bahaya apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Lantas, apakah ada orang yang dipanggil dari kesemua pintu itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ada. Dan aku berharap semoga kamu termasuk di dalamnya.”

Ini menandakan syumulliyatul amal (amal yang menyeluruh), sebagaimana yang dikerjakan oleh Abu Bakar As Shiddiq, sehingga ia bisa dipanggil dari pintu surge yang mana pun dikarenakan ketika bicara tentang sholat, maka Abu Bakar adalah jagonya, ketika berbicara tentang sodakoh, maka beliau ahlinya, dan ketika bicara tentang berjihad, Abu Bakar juga jagonya. Masya Allah!

2. Istana-istana surga dan kemah-kemahnya.

Allah ketika membangun surga, ternyata di dalamnya terdapat rumah-rumah, gedung-gedung, istana-istana yang indah-indah yang membuat tentram penghuninya. Istana-istana itu disebut oleh dengan sebutan ghurufaat.

QS Saba’ 37: “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).”

QS Al Furqan 75-76: “Mereka itu akan diberi balasan yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.”
“Ibaadurrahmaan (yang selalu berdoa agar selalu diberikan istri dan anak-anak yang qurrota a’yun dan berdoa agar dijadikan pemimpin orang bertaqwa) akan dibe

QS Az Zumar 20: “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi (surga), di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi (surga), yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”

Di dalam kemah-kemah itu terdapat bidadari-bidadari yang dipingit.

Ungkapan yang dipingit, menggambarkan betapa berkualitasnya sang bidadari.

Ingat! Al Quran diturunkan dalam Bahasa Arab, sehingga bisa dipahami dengan baik oleh orang Arab. Orang Arab memahami bahwasanya wanita yang menjaga dirinya di dalam rumahnya adalah wanita yang sangat terpelihara kesuciannya.

Orang di surga tidak capek untuk mencari kenikmatan. Karena kenikmatan itu yang menghampiri dirinya.

Kenikmatan dunia, bagaimana pun kayanya ia, maka kekayaan itu harus diusahakan. Kalau di akhirat, justru bidadarinya, makanannya yang datang menghampirinya.

Surga2 itu sudah ada yang dipersiapkan untuk sahabat-sahabat Rasulullah, dan di antaranya ada juga yang untuk istri Rasulullah, Khadijah ra.

Jibril berkaata: Ya Rasulullah, ini Khadijah
Berilah berita gembira bahwa Allah telah membangun istana untuknya di surga.

Begitu juga untuk Umar bin Khattab.

Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW beliau bersabda, “Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana (surga), maka aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’ Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, ‘Milik Umar.’ Lalu aku teringat dengan kecemburuan Umar, aku pun menjauh (tidak memasuki) istana itu.” Umar ra menangis dan berkata, “Mana mungkin aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah.” Subhanallah! Kala Umar masih hidup di dunia bersama Rasulullah dan para sahabatnya, namun istana untuknya telah disiapkan di tanah surga


Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan surgaNya. Aamiin.

Rabu, 26 November 2014

Tingkatan Surga dan Penghuninya

Kita tidak boleh ragu sedikitpun bahwasanya perbedaan tingkat keimanan seseorang sangat berhubungan dengan tingkat kebahagiaan mereka di surga nanti, walau nanti semua yang berada di surga pasti bahagia.

Surga itu bertingkat-tingkat. Sama dengan neraka, ada tingkatan-tingkatannya.

Setiap derajat di surga, ada penghuninya.

Kita sebagai orang beriman, sudah barang tentu harus selalu meningkatkan keimanan kita. Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan “Jaddiduu iimaanakum” (perbaharuilah keimanan kalian).

QS Ali Imran 162-163: “Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

QS Al Anfal 2-4: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”

QS Al Isra’ 21: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.”

Ini beberapa ayat tentang surga itu bertingkat sesuai dengan kualitas keimanan mereka di dunia ini.

Pemahamana ini bukan sekedar wisata intelektual, tapi sebagai panduan kita agar terus memperbaiki derajat keimanan kita.

QS An Nisa 69-70: “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.”

Para Nabi, shiddqin, syuhada, dan sholihin

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: barang siapa yang melakukan amal sholeh, melaksanakan perintah Allah dan RasulNya, menjauhi larangan Allah dan RasulNya, maka dia akan menemani para Nabi, setelah itu shiddiqin, setelah itu syuhada, setelah itu sholihin di surga nanti..

Sebagaimana kita ketahui bahwa para Nabi derajatnya paling tinggi. Di antara para Nabi yang satu dengan yang lainnya juga tidak sama. Ini artinya, melebihkan satu daripada yang lainnya, juga terjadi di antara para Nabi.

QS Al Baqarah 253: “Itulah para Rasul, Kami lebihkan mereka dari sebagian yang lain.”

QS Al Isra’ 55: “Dan sungguh benar-benar Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian Nabi-nabi dari sebagian lainnya.”

Ketika kita mengetahui, di antara para Nabi juga ada yang lebih mulia dari Nabi yang lainnya, ini juga membuat kita yakin bahwa di antara manusia kita juga harus menjadi yang terbaik di antara manusia lainnya. Dalam hal mendapatkan surga, kita jangan mau mengalah.

Ketika kita berdoa “waja ‘alna lil muttaqiina imaama,” bukan berarti kita berambisi menjadi pemimpin, Bukan! Tapi agar keimanan kita tinggi.

Apa Nama Kedudukan yang Tertinggi di Surga?

Di syurga ada satu kedudukan yang musthofa (terpilih). Tingkatan syurga paling tinggi, hanya satu, yaitu untuk kedudukan Nabi yang paling mulia, itu disebut Al Wasiilah, dan itu diberikan kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Seperti sudah dibahas pada pertemuan yang lalu, Sunnah Nabi mengikuti bacaan adzan dan berdoa setelahnya, agar meminta Wasiilah. Kenapa? Karena kedudukan wasilah yang tinggi di surga.

Hadist: “Tidak selayaknya diberikan kepada hamba-hamba Allah selain saya orangnya, dan hamba-hambaku yang memintanya, maka akan mendapatkan syafa'atku.”

Apa itu Wasiilah?
Nabi menjawab: derajat tertinggi di syurga. Dan tidak akan mendapatkannya kecuali satu orang saja, dan saya mengharapkan saya lah orangnya.

Setelah kita tahu secara umum, para Nabi yang tertinggi derajatnya, maka yang kedua adalah orang-orang yang shiddiq. Siapa Shiddiquun?

Mereka itu adalah kaum masyarakat yang kedudukannya di bawah para Nabi dalam keutamaannya. Jadi hamba2 Allah yang utama yang derajatnya di bawah para Nabi. Ar Rozi dalam tafsir al Kabir mengatakan, mufassir

1. Orang yang percaya, tidak ada keraguan sedikitpun.
2. Sahabat-sahabat Nabi yang paling utama.
3. Abu Bakar As Siddiq
4. Ibrahim adalah nabi yang siddiq.

Bagaimana kita memahami Nabi Ibrahim dan Abu Bakar ra yang juga sama2 siddiq? Sudah barang tentu derajat Nabi Ibrahim lebih tinggi dari Sahabat.

3. Asy Syuhada, yaitu orang2 yang tewas karena menegakkan kalimat Allah.
Bagaimana kalau orang yang berangkat karena
Barangsiapa yang berjuang agar kalimat Allah paling tinggi, itulah yang di jalan Allah SWT.
Memang luar biasa ujian Allah terhadap orang2 yang syahid, sehingga wajar derajat mereka tinggi di syurga nanti.

QS An Nisa 95-96: “Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

QS At Taubah 19-20: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

Allah menegaskan dalam ayat2 di atas keistimewaan pejuang-pejuang itu, yaitu Allah tegaskan dengan sebutan “tidaklah sama” dan sebutan “beberapa derajat” dan sebutan “dari sisi Allah.”

4. As Shoolihuun, umumnya orang-orang mukmin yang sholeh.

Yang sholeh luar dalam, baik ketika terang-terangan maupun ketika tidak ada orang. Mereka memproduksi kebaikan-kebaikan.
Sholih dalam aqidah dan amal. Di situ tidak ada syirik, kufur, nifak. Jadi kalau ada orang Islam yang ragu terhadap isi Al Quran dan As Sunnah, itu tandanya ia tidak sholeh.

Maka jelaslah bagi kita semua bahwa sifat orang mukmin ini berbeda-beda, sehingga ketika kita bandingkan orang yang syahid dengan orang yang soleh, kita tahu, bahwa setiap orang yang syahid pasti ia soleh, tapi tidak setiap yang soleh adalah syahid. Karena ada orang yang soleh tapi tidak berani berjihad, jadi kedudukannya tetap di tingkatan soleh.


Seorang mukmin yang cerdas, pemahaman ini tidak sekedar sebagai pengetahuan, tapi harus menjadi kurikulum kehidupannya, sehingga kita benar-benar berjuang di jalan Allah, mengikuti para Nabi dan Rasul, sehingga kita akan dikumpulkan bersama mereka di syurga. Karena seseorang itu bersama dengan orang yang dicintai. Aamiin…

Selasa, 25 November 2014

Kehidupan orang-orang Beriman di Syurga

Kehidupan yang baik,
Kehidupan yang indah
Kehidupan yang kekal.

Apa yang orang-orang beriman dapatkan di syurga, seimbang dengan yang mereka kerjakan di dunia. Orang-orang beriman ketika hidup di dunia, dipersempit ruang geraknya karena ada batasan-batasan syariat agar tidak mengikuti hawa nafsu.

QS An Nahl 97: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Ketika orang-orang beriman memperbaiki kehidupan dunianya, maka di akhirat nanti akan memnhdapatkan balasannya

QS Hud 108: “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.”

Kenikmatan di syurga

QS. Al Muthoffifiin 22: “Innal abrooro lafii na’iim” (Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga)
Orang-orang beriman di sini disebut dengan kata Abror, berasal dari kata Birr (kebaikan) dan Bar (daratan), yaitu agar orang-orang beriman memproduksi kebaikan seluas-luasnya, seluas daratan di dunia ini. Berbuat Al birr (kebajikan), bukan dengan kesempatan sisa, tenaga sisa, usaha sisa. Tapi yang terbaik.           

Apa itu Jannah?
Jannah yang diartikan syurga, adalah kebun yang ada pohon-pohon dan pohon kurma.
Jinaan adalah bentuk single dari Jannah.

Dalam Bahasa Arab, tidak disebut Jannah, kecuali bisa di dalam kebun itu terdapat pohon kurma dan pohon anggur. Dari ungkapan ini kita mengetahui betapa indahnya Jannah, negri yang penuh dengan kenikmatan di akhirat nanti.

Secara maknawi, disebut Jannah, yang maknanya Tertutup. Kenapa? Yaitu karena ketika di dunia, pahalanya masih belum terlihat, masih tertutup.

Siapakah yang Pertama-tama Masuk ke dalam Syurga?

A. As Saabiquun (Orang-orang Terdahulu)

QS Al Waqi’ah 10-12: “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan”

Di dalam ayat di atas disebutkan As Saabiquun (orang-orang terdahulu), yaitu orang-orang yang didekatkan oleh Allah. Ulama berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud dengan As Saabiquun ini.

1. Para Nabi
2. Orang-orang yang terdahulu beriman kepada Allah dan RasulNya, yaitu Muhajirin dan orang-orang yang berhijrah di masa awal.

QS At Taubah 100:Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar”

Wa a ‘addalahum jannaatin (Allah menyediakan bagi mereka surga-surga).

3. Orang-orang yang sempat menjalankan sholat menghadap ke dua kiblat, yaitu Masjidil Aqsha (kiblat pertama) dan kemudian Masjidil Haram (kiblat kedua).

4. Orang yang lebih awal ke masjid daripada yang lainnya. Orang yang pertama keluar berjuang di jalan Allah.

Dari ke empat pendapat di atas, terlihat secara zhohir terlihat para ulama berbeda pendapat, tapi ini bukan perbedaan hakiki. Ini menggambarkan orang-orang yang awal adalah yang terbaik. Jadi, jika ada kebaikan, jadikan kita orang yang pertama2 melakukannya.

B. Ash Haabul Yamiin (Mendapatkan buku catatan dengan tangan kanan)

QS Al Waqi’ah 27-40: “Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang mengalir terus-menerus, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk, Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta dan sebaya umurnya, untuk golongan kanan, segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.”

Mereka adalah orang-orang Islam yang dulu di dunia memproduksi kebaikan2 sehingga di akhirat mendapatkan buku catatan dengan tangan kanan.

C. Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama masuk Syurga.

Hadist: “Saya adalah Nabi yang terbanyak pengikutnya dan saya adalah orang pertama yang mengetuk pintu syurga.”

Hadist: “Ketika aku mengetuk pintu syurga, penjaga bertanya, siapa engkau. Aku menjawab, Saya Muhammad. Penjaga mengatakan, “aku diperintahkan tidak membukanya sebelum engkau masuk.”

D. Orang-orang fakir dari kelompok Muhajirin yang berhijrah dalam rangka berjuang ke Madinah.

Orang-orang fakir ini lebih dahulu masuk syurga daripada orang-orang kaya.

Hadist: “Sesungguhnya orang-orang fakir dari kalangan orang Muhajirin lebih dulu masuk syurga daripada orang-orang kaya, selisihnya 40 tahun.”
Siapa yang terakhir masuk syurga, sekaligus terakhir keluar dari neraka?
Hadist dari Abdullah bin Masud ra, dialog antara Allah dengan hamba-Nya. Hadist ini panjang.
“Sungguh saya mengetahui orang yang keluar dari neraka dan terakhir masuk syurga. Orang yang keluar dari neraka dalam keadaan merangkak itu dikatakan, “masuklah kamu ke dalam syurga.” Tapi orang itu mengkhayal, dalam pikirannya syurga sudah penuh, sehingga ia mengatakan, “Ya Allah, Syurga sudah penuh.”
Kata Allah, “Masuklah.”
Hal ini berulang sampai tiga kali.
Dan ketika ia sudah masuk syurga, Allah berfirman, “masuklah kamu ke syurga, kamu akan mendapatkan dunia dan seluruhnya dan 10 kali lipatnya.”

Bayangkan! Orang yang terakhir masuk syurga saja, masih mendapatkan kenikmatan yang sebegitu besarnya.

Tapi hal ini jangan sampai membuat kita berkata, “Ya sudah, saya masuk syurga yang terakhir saja deh.” Jangan seperti itu! Kita tidak akan sanggup merasakan neraka.

Kita berdoa pada Allah agar kita termasuk 70 ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab. Maka dari itu, kita berdoa: “Waja ‘alna lil muttaqiina imaama.” Agar kita menjadi lebih bertaqwa lagi, karena kita meminta supaya menjadi pemimpinnya orang bertaqwa. Kalau yang dipimpin saja adalah orang bertaqwa, berarti pemimpinnya harus lebih bertaqwa daripada yang dipimpin.

Berbuat baik itu jangan dengan yang sisa-sisa. Sisa umur, sisa jabatan, sisa dana. JANGAN! Orang-orang beriman yang cerdas adalah selalu yang berlomba-lomba untuk memproduksi kebaikan-kebaikan, sehingga syurganya nanti adalah syurga Firdaus. Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin..


Senin, 24 November 2014

Syafa’at

Tema syafa’at ini adalah bagian dari tema besar “Kehidupan Orang2 Beriman di Tempat2 Sebelum Syurga.” Apa itu syafa’at? Syafa’at secara tradisi (‘urf) adalah minta kebaikan untuk orang lain, atau minta agar dibebaskan/dimaafkan dari dosa2nya.

Seperti apa syafa’at disebutkan di dalam Al Quran?

QS Al Isra 79: “Dan pada sebahagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Ayat ini berbicara tentang sholat tahajjud, dan tentang maqoman mahmuudan (kedudukan yang terpuji).

Apa yang dimaksud dengan maqom? Kebanyakan ulama mengatakan, maqom itu adalah di mana Rasulullah SAW berdiri di hari kiamat untuk memberikan syafa’at kepada ummatnya untuk mendapatkan keringanan dari Allah SWT.

Hadist:  “Barang siapa yang setelah adzan membaca : Allahumma rabba hadzihid-da’watit-tammah, was-shalatil-qa-imah, ‘ati Muhammadanil-wasilata wal-fadhilah, wab’atshu maqamam-mahmudanil ladzi wa’adtah : (Ya Allah, pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang wajib didirikan, berilah Nabi Muhammad al-washilah (derajat di surga) dan keutamaan, dan bangkitkan dia sehingga bisa menempati tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan’),maka dia berhak untuk mendapatkan syafaatku pada Hari Kiamat” 

Subhanallah, Nabi sangat menyayangi kita, dengan berdoa seperti ini Nabi berjanji akan memberikan syafaat kepada kita di hari kiamat.

Hadist: “Apabila kalian mendengar mu’adzin mengumandangkan adzan maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan olehnya lalu bersholawatlah kalian kepadaku, karena barangsiapa yang mengucapkan sholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah kepada Allah bagiku, karena sesungguhnya ia merupakan kedudukan di surga yang tidak layak didapatkan kecuali oleh salah seorang hamba Allah yang sejati. Dan aku berharap orang itu adalah aku. Maka barangsiapa yang memintakan wasilah bagiku maka dia kelak akan mendapatkan syafa’at.”

Lantas syafa’at itu sebenarnya seperti apa?

Syafa’at itu sebenarnya merupakan rahmat Allah SWT yang diberikan kepada orang2 beriman yang berbuat dosa, dan sekaligus syafaat itu adalah kehormatan (syarof) kepada Rasulullah, karena Rasulullah diberikan hak untuk memberikan syafa’at kepada ummatnya dari Allah SWT.

Syafaat itu diberikan Allah kepada: para Nabi, para malaikat, para ulama, pra orang syahid, para orang soleh, dan anak
Syafaat diberikan Allah kepada para: Nabi, malaikat, ulama, syahid, orang sholeh, anak2 yang meninggal selagi kecil, bacaan Al Quran.

Sudah barang tentu yang memiliki

QS Al Baqoroh 255: “man dzalladzii yasy fahu ‘indahu illa biidznihi” (Tidak ada yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa izin-Nya).

QS An Najm 26:Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya)”

Syafaat itu apakah cuma satu jenisnya atau bermacam?
Di hadist Nabi dijelaskan ternyata syafa’at itu banyak macamnya, sehingga kesempatan kita mendapatkan syafa’at sangat besar, dan sudah barang tentu kalau kita taat pada Allah.

1. Syafaat yang terbesar (syafa’at ‘uzma).
Khusus diberikan Allah kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Dijelaskan di dalam hadist yang panjang, diriwayatkan dari Annas bin Malik, kisah di hari qiamat nanti ummat yang mendatangi Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, untuk meminta syafa’at, lalu Nabi Isa berkata, datangilah Muhammad SAW, dia adalah seorang hamba yang sudah diampuni Allah.
“Maka ummatku datang padaku, mereka minta idzin agar diberikan syafaat, aku berdoa pada Allah sambil bersujud.
Lalu ada suara: “Ya Muhammad, angkatlah kepalamu, kamu akan didengar, syafaatmu untuk ummatmu.”
Maka aku angkat kepalaku lalu aku puji Allah dengan pujian yang telah diajarkanNya padaku. Maka aku keluarkan mereka dari neraka dan dimasukkan merkea ke syurga.”

Hadist: Ada sekelompok manusia yang dikeluarkan dari Neraka karena dikeluarkan melalui syafaat Nabi, lalu masuk syurga.

2. Syafa’at diberikan kepada manusia2 ummat Muhammad SAW yang kebaikan dan keburukannya sama, setelah mendapatkan syafaat dari Nabi, mereka masuk syurga.

3. Syafa’at yang diberikan kepada kaum yang sebenarnya sudah diperintahkan masuk neraka, tapi kemudian mendapatkan syafa’at dari Nabi dan tidak jadi masuk neraka.

4. Syafa’at itu berupa menaikkan derajat orang yang masuk syurga, diberikan kenaikan yang sebenarnya. Sesungguhnya tingkat syurga yang mereka dapatkan setinggi ini, tidak sesuai dengan amal mereka. Mereka dinaikkan kelas di syurga, adalah bagian dari syafaat Rasulullah kepada ummatnya.

Memang benar, QS Al Anbiya 107, ayat yang mengatakan bahwa Nabi kita diutus membawa rahmat, bukan hanya membawa rahmat di dunia saja, tapi juga dapat dirasakan ketika sudah di akhirat nanti, melalui pemberian syafa’atnya,

5. Nabi memberikan syafaat kepada ummatnya, dimasukkan ke syurga tanpa melalui hisab, langsung masuk syurga. Dalam kajian sebelumnya sudah kita bahas, yaitu adalah Ukaasah minta kepada Nabi untuk didoakan termasuk dalam golongan 70 ribu yang masuk syurga tanpa melalui hisab itu.

6. Syafaat berupa meringankan adzab, yang seharusnya ia diadzab dengan adzab yang sangat dahsyat, tapi dia mendapatkan syafaat dari Nabi, sehingga diringankan. Seperti kepada Abu Tholib, paman Nabi yang tetap kufur hingga meninggal. Nabi tidak bisa menjadikan pamannya beriman, tapi karena sepanjang hidupnya paman nabi membela Rasulullah, maka Nabi mengajukan syafa’at agar Abu Thalib diringankan siksa di neraka.
Tidak perlu dipertentangkan antara Hadist tentang Abu Tholib diringankan siksa di neraka, dengan QS Al Mudatsir 48, yaitu orang kafir tidak bisa mendapatkan syafaat.

Jawabnya adalah memang betul Abu Tholib tidak bisa keluar dari neraka, tapi dia mendapatkan keringanan saja. Sehingga tidak ada kontradiksi antara Hadist dengan Al Quran.

7. Nabi diberikan hak oleh Allah untuk memberikan syafa’at kepada seluruh orang2 beriman. Ingat! Di sini adalah orang2 yang beriman yang BENAR. Bukan yang sekedar pengakuan saja.

Hadist shohih diriwayatkan dari Anas bin Malik: “Saya adalah orang pertama memberikan syafaat di syurga, Nabi memberikan syafa’at kepada ummatnya untuk bisa masuk syurga, Padahal mereka penghuni neraka, lalu dikeluarkan dari neraka.”

Nabi, Malaikat dan orang-orang mukmin diberikan hak untuk memberikan syafaat.

Semoga hidup kita ini optimis dan menambah kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.

Sabtu, 22 November 2014

Kondisi Orang2 Beriman Mendapatkan Buku Catatan Aktifitas di Dunia

Setiap manusia akan mendapatkan Kitab (buku catatan yang mencakup seluruh amal perbuatan, tiada sedikitpun yang terlewatkan), yang mencakup perbuatan mata, hati, dan seluruh jasad kita.
Cara menerimanya berbeda antara orang mukmin, kafir, munafik. Tapi kajian kali ini tentang bagaimana cara orang mukmin menerima Kitab.

QS Al Insyiqooq 7 – 9: “Ada pun orang yang diberikan Kitabnya dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab sebentar, yang mudah, dan ia akan kembali kepada keluarganya dengan bergembira (bersenang2).”
Betapa bahagianya orang beriman ketika menerima Kitabnya. Karena dia selamat dari terbongkarnya keburukannya. Untuk menggambarkan bagaimana bahagianya, sampai2 ia berkata kepada orang2 di sekitarnya, “baca Kitab saya…”

QS Al Haaqqah 19-24: “Adapun orang-orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).” Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat. (kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”

Itulah kebahagiaan yang sebenarnya, ketika mukmin mendapatkan seluruh catatan amalnya, sampai2 ia menyuruh orang2 di sekitarnya membacanya.

Ketika kita mengetahui orang2 beriman di tempat hisab berhasil melalui audit Allah, apa kemudian yang terjadi? Ada yang disebut dengan Al Mizan (timbangan).
QS Al Anbiya 47 : “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”

Al Waznu dan Al Miizan disebut dalam Al Quran dalam 23 ayat. Ini menggambarkan betapa kepedulian Al Qur’an terhadap Al Mizan. Ini bukan hanya di akhirat saja, tapi juga agar kita di dunia pun adil peristiwa di dunia ini. Meninbang peristiwa, menimbang manusia, dsb. Jangan gunakan hawa nafsu. Ketidakadilan itu lah yang menyebabkan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak berbahagia.

Seperti apa Mizan timbangan yang di akhirat?
Ternyata itu bukan hanya kiasan, tapi timbangan yang sebenar2nya.
Hadist dari Salman, Nabi mengatakan “Diletakkan mizan di hari kiamat, seandainya langit dan bumi diletakkan dalam timbangan itu, pastilah cukup. Maka malikat berkata, “Wahai Tuhanku, untuk apa timbangan ini?”
Allah menjawab, “Untuk siapa saja saya kehendaki dari makhlukKu”
Sampai ketika malaikat melihat besarnya timbangan, mengatakan, “Maha Suci Engkau ya Allah, sesungguhnya kami belum benar2 menyembah Engkau dengan sebenar2 menyembah.”
Padahal malaikat itu selalu beribadah setiap saat, masih merasa kurang ibadahnya, apalagi kita yang suka malas.

Bagaimana detilnya mizan timbangan Allah. Dan bagaimana keadilan mizan tersebut?
Mizan timbangan Allah begitu besar, luas. Bagaimana ketelitian timbangan Allah.
Siapa pun orangnya tidak akan terzholimi. Ini menggambarkan telitinya dan adilnya Allah. Bahwa putusan Allah itu adil seadil2nya. Setiap orang ditimbang dan timbangan itu mencakup seluruh amal perbuatannya.

Kalau di dunia ini kita menyaksikan ada timbangan yang lurus (benar), dan ada juga yang curang, tapi di akhirat tidak. Al Quran menggambarkan mizan dengan jelas
QS Al A’raf 8 – 9: “Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”

Di dalam AQ itu tidak ada yang mengarang2 saja, semuanya sesuai dengan logika manusia. Mizan itu secara riil digambarkan dalam Hadist yang cukup panjang, tapi di sini disajikan sebagian saja:
“Timbangan2 itu dilakukan di hari kiamat. Diletakkan amal2 perbuatannya, maka timbangan itu cenderung kepada keburukan2, maka setelah ditimbang, seseorang itu dikirim ke neraka, ketika menoleh ke belakang ada suara yang teriak yang mengatakan “Jangan tergesa2 (sampai 2 kali), jangan ke neraka dulu,” karena dia masih punya amal kebaikan yang belum ditimbangkan, maka didatangkan kartu yang bertuliskan Laa ilaa ha illallaah, maka kartu itu ditaruh di timbangan tersebut, maka kartu itu menambah timbangan kebaikan.”

Ternyata yang beruntung itu hanya orang2 Beriman.
Al A’raf 8: “faman tsaqulat mawaa ziinuhuu faulaaa ika humul muflihuun.”
Di sini Allah menyajikan dzhomir “hum” dan ada “muflihun” ini adalah penegasan, ketika kita mendengar kata sukses, beruntung, menang. Maka kemenangan yang sebenarn2nya itu adalah kemenangan yang diraih orang2 beriman ketika di dalam timbangan Allah nanti timbangannya berat.

Apa saja perbuatan2 yang memperberat timbangan di akhirat nanti, insya Allah akan kita bahas di pertemuan2 berikutnya.

Rabu, 19 November 2014

Kehidupan Orang2 Beriman di Tempat2 Hari Kiamat

QS Ash Shooffaat 24: “Waqifuuhum innahum mas uu luun (Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya)”

Dikatakan dalam buku2 tafsir, waqifuuhum innahum mas uu luun, ditafsirkan menjadi “kita akan dihentikan lalau ditanyakan amalan, ucapan, dan aqidah2 yang keluar di dunia.” Berhentikanlah mereka, karena sesungguhnya seluruh kegiatan mereka ketika hidup di dunia akan diaudit, dihisab.
Apa itu hisab?

Hisab itu, hamba2 Allah berdiri di depan pengadilan Allah, dan mereka diberitahukan seluruh yang mereka kerjakan di dunia. Semua akan Allah beritahukan, akan dihadirkan oleh Allah SWT. Apakah perbuatan yang berupa keimanan, kekufukaran, maksiat, apa saja. Semua akan dibalas, apakah berupa pahala, dan siksa.

Kalau mereka saleh, akan menerima buku catatan amal dengan tangan kanan, bila mereka orang yang berbuat maksiat, akan menerima buku catatan dengan tangan kiri.
Bagaimana orang2 beriman ketika menghadapi hisab Allah SWT?
Pada dasarnya hisab itu ada yang sulit, dan ada pula yang mudah. Yang mudah itu adalah penghargaan dari Allah, ada juga yang dipermalukan sebagai balasan perbuatan mereka karena dulunya mereka mempemalukan mukmin di bumi. Ada yang dapat kemudahan dari Allah, ada orang yang Allah tidak berkenan melihatnya. Itu suasana2 saat hisab.

Orang beriman yang dihisab dengan mudah itu, amal perbuatannya diperlihatkan tanpa ada perdebatan, lewat begitu saja, tidak diperdebatkan. Hisaaban yasiiro (hisab yang sebentar) dan disegerakan untuk masuk syurga. Kebaikan2 mereka diterima oleh Allah. Dan kesalahan2 mereka diampuni oleh Allah. Jadi orang2 beriman bisa juga melakukan kesalahan, tapi kemudian mereka mendapatkan ampunan dari Allah. Semoga kita saat dihisab nanti, termasuk yang diampuni dosa2 kita.

Hadist diriwayatkan dari Aisyah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata:
Tidaklah setiap manusia yang dihisab di hari kiamat, kecuali ia binasa,
Ketika itu aku (aisyah) bertanya, ya Rasulullah bukankah Allah berfirman; barangsiapa yang diberikan kitabnya dengan tangan kanan, maka dia dihisab dengan hisab yang mudah.
Maka Nabi bersabda: itulah yang disebut dengan ‘arb.”
Setiap orang yang diuji oleh Allah, dia pasti disiksa oleh Allah.

Di hari kiamat nanti, ada satu kelompok orang2 beriman yang masuk syurga tanpa melalui proses yang bernama hisab. Siapa mereka itu?

Hadist diriwayatakan Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas: "Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang.”
Ini dalil bahwa di antara ummat nabi SAW ada 70 ribu orang yang nanti masuk syurga tanpa melalui hisab terlebih dahulu.
Mendengar seperti in, sahabat bernama Ukaasah, berkata “Doakan agar saya termasuk mereka”
Rasulullah berkata, “kamu termasuk mereka.”
Ada seseorang memohon juga, untuk didoakan, lalu Rasulullah menjawab, “Kamu sudah kedahuluan oleh Ukaasah.”

Minta didoakan oleh orang2 yang sholeh, seperti yang dilakukan oleh Ukaasah kepada Nabi, adalah diperbolehkan.
Kalau kita merenungi ayat2 AQ kita akan menjumpai begitu banyak ayat berbicara tentang hisab.
Al Hijr 92-92: “Maka demi Tuhanmu, sungguh benar2 kami akan bertanya kepada mereka mengenai seluruh apa yang mereka kerjakan.”

Ketika risalah diinul Islam disampaikan ke manusia, yang nantinya ditanyakan tanggung jawab penyampaian dakwah Islam bukan hanya para Nabi saja tapi juga ummatnya. Seluruh umat manusia, Rasulnya, ummatnya akan ditanya seluruhnya oleh Allah.
QS Al A’Raf 6: “pendengaran kita, penglihatan kita, hati kita, semua ditanya oleh Allah. Maka bertaqwalah kita semua kepada Allah.”
Jangan sekali2 telinga kita, mata kita, mulut kita, berbuat maksiat, karena semua akan ditanya oleh Allah.

Semua bagian tubuh manusia akan dihisab. Bila rambut kita rawat, fisik kita rawat, tapi hati kita tidak dirawat, lalu bagaimana pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti? Bagaimana cara merawat hati? Yaitu dengan selalu mengingat Allah.
Dan seluruh nikmat yang kita terima pasti akan ditanyakan, baik itu nikmat yang bernama umur, ilmu, harta, fisik, jabatan, semua akan ditanya oleh Allah.

Apa yang pertama dihisab oleh Allah nanti, agar ini menjadi perhatian kita.
1. Nabi bersabda: “Amal manusia yang pertama dihisab di hari kiamat adalah sholat,”
Sehingga sholat menjadi prioritas utama dalam hidup ini. Memang kita bekerja, bermasyarakat, berkeluarga, dsbnya, tapi ketika adzan berkumandang, kita bersegera mendirikan sholat.
Nabi sangat romantis terhadap istri2nya, tapi begitu mendengar panggilan sholat, Nabi cepat berdiri merespon panggilan Allah, sampai2 seolah2 beliau tidak mengenal istrinya.

2. Darah.
Jangan sampai kita menganggap diri kita umat Islam, tapi kita menggangagap murah darah umat Islam. Jangan karena kekuasaan, seseorang tega menuduh kaum muslimin dengan tuduhan2 yang keji.

Di dunia ini kehidupan aakan tenang jika kita tidak berani membunuh darah saudaranya, baik secara fisik maupun secara tuduhan2 keji.
Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah sebagai orang beriman, sehingga hisab kita nanti di akhirat termasuk hisab yang sebentar saja. Aamiin..

Selasa, 18 November 2014

Kehidupan Orang2 Beriman di Rumah2 Hari Kiamat

Apa yang dimaksud dengan Manaazil (rumah2 hari kiamat)? Manazil adalah rumah2 yang menjadi tempat menetap orang2 beriman, sebelum orang2 beriman itu menetap di syurga, yang dimulai dari di alam kubur (awal dari hari akhirat),

Hani’ Radhiyallahu anhu , bekas budak Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu , berkata, "Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Jika disebutkan tentang surga dan neraka, engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah].

Yang harus kita Imani:

1. Hari kebangkitan dan sifat2nya.
Banyak ayat2 AQ berbicara ttg hari dibangkitkan (Al Ba’tsu). Tanah yang dulunya kering, tandus, ketika hujan turun, ia kembali subur. Ini tandanya bahwa hari kebangkitan itu ada, yaitu ada kehidupan setelah kematian.

QS Al A’raf 57: “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”

QS Al Hajj 5-7: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.”

Dalil2 di atas membuktikan bahwa Al Ba’tsu (hari dibangkitkan) itu ada.
Bagaimana kehidupan orang2 beriman di akhirat, khususnya di rumah2 sebelum mereka menetap di syurga selama2nya.
Hadist: “Setiap hamba nanti dibangkitkan dari kuburnya, sesuai keadaannya dulu saat meninggal dunia”
Hadist dirayatkan Imam Muslim dalam Bab agar kita Berbaik Sangka kepada Allah ketika Sakratul Maut: “Dibangkitkan setiap hamba sesuai dengan keadaan dia mati.”

Ketika terjadi bencana, tsunami dsbnya, banyak yang meninggal, bagaimana keadaannya saat itu? Kalau dia meninggal saat sedang sholat, baca Al Quran, Alhamdulillah. Tapi kalau ketika ia sedang maksiat, na’udzu billah.

Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan bersih. Menggambarkan betapa orang2 beriman itu, tubuhnya tidak ada rambut, dua pipinya bersih tidak ada rambut. Orang yang sedang ihram, kemudian dia meninggal dunia, nanti dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan sedang talbiyah (Labbaik Alloohumma Labbaik). Maka dari itu, dalam keadaan apa pun di dunia ini, kita harus dalam keadaan beribadah, akrena kita khawatir kematian selalu datang dengan mendadak.

Tanda2 hari kiamat sudah dekat itu, banyaknya orang2 yang meninggal mendadak. Tidak sedikit orang yang baru olahraga kemudian meninggal, baru mengisi seminar ia meninggal, yang orang2 di sekitarnya tidak mengira ia akan meninggal.
Mari lah kita selalu dalam keadaan taat pada Allah, sehingga dalam keadaan beribadah seperti orang yang berihram tadi itu meninggal.

Dari Ibnu Abbas ra, seseorang berdiri di wukuf Arofah bersama Rasulullah, seseorang dimandikan, lalu dikafani, dan selanjut2nya. Lalu terakhir Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang itu dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah”

Al Hasyr, di mana manusia dikumpulkan di rumah yang bernama Al Hasyr, atau biasa juga disebut Padang Mahsyar. Di sana seluruh manusia dan jin digiring, dan dikumpulkan untuk dihitung amalnya. Di situlah seluruh jin dan manusia mengetahui ke mana nanti tempat selanjutnya.
Seperti apa penjelasan Al Quran ketika berbicara tentang hari Yaumil Hasyr?

QS Al Kahfi 47: “Dan kami kumpulkan mereka, maka Kami tidak tinggalkan seorang pun.”
Semua dikumpulkan oleh Allah, mereka dihisab, mereka ditimbang amalnya.
Ketika kita semua dikumpulkan oleh Allah untuk diaudit. Bukankah kita orang beriman, malu dan takut untuk tidak lagi bermaksiat. Semua manusia dan jin akan menyaksikan.

Apabila ada orang yang berkata, apa gunanya membicarakan hari akhirat. Seolah-olah apa yang dikerjakannya di dunia ini tidak ada hubungannya dengan kondisinya di akhirat nanti.
Keimanan kita akan adanya hari akhirat sangat berpengaruh positif untuk kehidupan dunia kita.

Bukankah orang2 yg takut berbuat maksiat, tidak berani korupsi, tidak berani zina, karena dia takut dengan kehidupan akhirat? Justru orang2 yang tidak beriman adanya hari akhirat, itu berani maksiat.
Secara umum manusia itu dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tidak pakai alas kaki dan sandang. Seperti yang dijelaskan dalama hadist berikut:

“Sesungguhnya kamu dikumpulkan oleh Allah dalam keadaan tidak pakai sandal dan pakaian dan tidak disunnat, manusia kembali seperti di awal dia diciptakan oleh Allah.
Siapa yang pertama diberikan pakaian? Dia adalah Nabi Ibrahim as.”

Bagaimana keadaan orang2 beriman di mahsyar itu?
Orang2 yang beriman, yang imannya bersih, yang tidak ada syirik, apakah itu mempersekutukan Allah dengan manusia, dengan jin, dengan dukun, dll, kalau imannya bersih dari itu semuanya, maka mereka akan merasakan aman di hari akhirat itu..
QS Al An ‘am 82: “Orang2 yang beriman, dan mereka tidak menodai imannya dengan kedzholiman (yang dimaksud ini adalah syirik), maka mereka itulah yang mendapat rasa aman, dan mereka itu lah yang mendapat petunjuk Allah SWT.”

Ini ayat yang mendasari bahwa orang2 beriman aman di dunia dan akhirat. Semoga kita menjadi orang2 yang mendapatkan rasa aman di hari akhirat nanti, jauh dari siksa. Aamiin.

Senin, 17 November 2014

Derajat Syuhada di Akhirat dan Jamaah yang termasuk Syuhada

Derajat Syuhada di Akhirat:

1. Di syurga itu ternyata ada beberapa tingkatan derajat/kedudukan. Derajat orang2 syahid di medan jihad itu memiliki seratus tingkat di akhirat.

Hadist: ”Sesungguhnya di syurga terdapat 100 tingkatan yang disediakan Allah bagi yang berjihad di jalan-Nya. Jarak antara satu tingkat dengan tingkatan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Maka jika kalian minta kepada Allah mintalah Surga Firdaus”
Ini dalil bahwasnya orang2 yang sayihd, mendapatkan 100 derajat di syurga

2. Begitu mujahid tewas di medan jihad, di saat itulah seluruh dosanya diampuni Allah, kecuali hutang. Maka berhati2lah dengan hutang. Siapa sih manusia di dunia ini tidak ingin diampuni oleh Allah?
 Hadist: dari Amr ibnu Ash, Rasul bersabda: “bagi yang syahid diampuni seluruh dosanya kecuali hutang. Tewas di medan jihad bisa menghapuskan seluruh dosa kecuali hutang.”

3. Warna luka orang yang darah itu warna darah, merah. Tapi harumnya, seperti harum misik, yang terwangi.
 Hadist: “Darahnya itu merah, lukanya merah, tapi harumnya adalah harum minyak misik.”

4. Diselamatkan dari adzab kubur

5. Rasa aman di saat hari kiamat

6. Diberikan mahkota kehormatan di kepalanya bahwa dia berbeda dengan yang lainnya

7. Dikawinkan oleh Allah dengan 72 bidadari

8. Diberikan hak untuk memberikan syafaat pertolongan 70 keluarganya, atas izin Allah.

9. Mereka disebut oleh Allah, sejajar dengan para Nabi.

QS An Nisa 69-70: orang2 yang syahid menjadi temannya pada Nabi, dekat dengan Nabi,
Siapa yang tidak bangga ketika namanya disebut bersama nama para Nabi,
Lalu, siapa sajakah yang disebut syahid?
Apakah setiap yang tewas, disebut syahid?

Di antara orang2 yang disebut oleh Islam sebagai syahid, ternyata ada banyak:
1. Terkena wabah tho’un
2. Orang yang meninggal karena sakit perut
3. Orang yang mati karena tenggelam
4. Orang yang mati karena terkena bangunan atau lainnya.
5. Orang yang syahid di jalan Allah SWT
6. Orang yang terbunuh secara zholim, dalam rangka mempertahankan harta bendanya.
Hadist: “Barangsiapa yang terbunuh karena menjaga harta bendanya, maka dia itulah orang syahid.”
7. Orang yang terbunuh, dalam rangka mempertahankan jiwanya.
Ini bukan orang yang berantem. Dia terbunuh karena membela jiwanya, atau kehormatan dirinya, anaknya, atau keluarganya. Insya Allah dia meninggal dalam keadaan syahid.
8. Orang yang jatuh dari kendaraannya, lalu mati, maka ia syahid.
Tujuan berkendaraannya adalah dalam rangka berjuang di jalan Allah.
9. Orang yang mati karena terkena penyakit lambung, maka ia juga syahid.
10. Seorang ibu yang meninggal, di perutnya masih ada anak, artinya, ia meninggal karena melahirkan.

Selain orang2 yang berperang di jalan Allah, masih ada syahid2 lainnya. Ketika sama2 disebut syahid, apakah pahalanya sama, statusnya sama?

Sudah tentu berbeda. Kita harus mampu memahami Islam secara menyeluruh, dengan melihat kajian lainnya, setelah melihat ayat2 dan hadist2 yang begitu banyak.

Pendapat Imam Nawawi, ketahuilah orang yang syahid itu ada 3 macam:
1. orang yang terbunuh disebabkan memerangi orang2 yang kafir. Hukumnya di dunia tidak dimandikan. Kenapa tidak dimandikan? Karena masih hidup, bersih. Bahkan dikuburkan bersama pakaian yang ia pakai. Tidak perlu juga disholati karena sudah dapat garansi dari Allah pasti masuk syurga.

2. mereka dapat pahala seperti orang syahid, tapi ketika ia meninggal, ia mendapatkan hukum di dunia, yaitu dimandikan dan disholati, sama seperti orang beriman lainnya. Tapi pahala mereka di akhirat adalah pahala orang yang syahid. Ini orang yang mati karena tenggelam, sakit perut, melahirkan, dsbnya.

3. Orang yang curang dalam pembagian ghonimah (harta rampasan perang)-nya. Ketika ia mati, ia tidak dimandikan dan disholati, karena secara kasat mata ia seperti syahid di medan perang, tapi pahala di akhirat tidak sama, karena ia tidak jujur dalam pembagian ghonimah.