Ada satu fenomena saat ini, yaitu kesalahfahaman dalam memaknai kemenangan, atau memaknai pertolongan. Ini disebabkan oleh:
1. Persepsi yang salah
Karena persepsinya tentang kemenangan hanya satu jenis kemenangan saja, maka ini membuatnya mudah kecewa.
2. Terburu2 ingin memetik hasil
Awalnya punya niat yang baik dalam
perjuangan hidup ini, tapi karena ingin terburu2 ingin memetik hasil, sehingga ia kecewa ketika kemenangan tidak sesuai dengan yang diharapkannya.
3. Penyimpangan dari manhaj (pedoman hidup)
Karena dilihatnya tidak menang2, sehingga
ia terjatuh dalam pesimis.
1. Al Gholabah al mubasshiroh
(kemenangan langsung)
Kemenangan itu bisa jadi berupa kemenangan yang langsung yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti yang Allah berikan kepada Nabi dan RasulNya.
Kemenangan itu bisa jadi berupa kemenangan yang langsung yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti yang Allah berikan kepada Nabi dan RasulNya.
QS Al Mujaadalah 21: Allah telah menetapkan,
"Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Mahakuat lagi
Mahaperkasa.
Kememangan yang langsung, di mana umat
islam, para Nabi dan Rasul dalam perjuangannya, dimenangkan oleh Allah SWT.
Ketika Allah memenangkan Daud AS, Musa AS,
Muhammad SAW di dalam perjuangannya, mereka dimenangkan oleh Allah SWT, dan
Allah membinasakan musuh2nya. Peperangan antara Nabi dengan kaum musyrikin
memang bisa jadi musuh2nya sempat menang, tapi pada bagian akhirnya, Allah memenangkan
Nabi.
QS Al Mu’min 51: Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),
Supaya kita percaya akan janji Allah, maka di ayat di atas Allah mempertegas dengan:
1. Inna
2. Lam
3. walladzii na aamanuu
Sehingga kemenangan yang langsung itu, yaitu mendapatkan rampasan perang dan larinya orang-orang kafir, adalah fakta yang tidak
terbantahkan yang dialami oleh para Rasul. Ini membuat umat Islam yakin bahwa mereka
tidak berjuang sendirian, tetapi ditemani oleh Allah SWT.
Kemenangan ini juga akan selalu
dianugerahkan kepada pengikut-pengikutnya yang masih mengikuti Sunnah-sunnah
Nabi, dan berjihad dengan segala keikhlasan kepada Allah, sebagaimana para
Rasul.
2. Allah membinasakan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah dengan cara memberikan keselamatan kepada para Nabi dan
Rasul dan orang-orang yang bersama mereka.
Yaitu peristiwa yang terjadi dengan Nabi
Nuh AS. Pertolongan Allah berupa:
1. Ajaaballohu duaat (Allah mengabulkan
doanya)
Ketika kita Nabi Nuh berdoa kemudian
dikabulkan, itu adalah pertolongan dari Allah.
2. Allah perintahkan Nuh agar membuat
kapal.
Sehingga ketika banjir, orang2 yang mendustakan RasulNya itu tenggelam, Nuh bersama pengikutnya diselamatkan di perahu. Ini adalah bentuk dari kemenangan dan pertolongan dari Allah.
Sehingga ketika banjir, orang2 yang mendustakan RasulNya itu tenggelam, Nuh bersama pengikutnya diselamatkan di perahu. Ini adalah bentuk dari kemenangan dan pertolongan dari Allah.
3. Ketika Allah membinasakan kaumnya Nabi
Nuh dengan tuufaan. Air turun dari langit dan air juga keluar dari sumber
air di dalam bumi. Ini juga bentuk pertolongan dari Allah.
4. Ketika Allah menyelamatkan Nuh dan
orang2 beriman, mereka berada di sebuah perahu dan berada dalam lindungan
Allah.
5. Pertolongan Allah diberikan kepada Nuh AS, adalah ketika Nuh
bersabar dalam dakwahnya.
Nuh berdoa, "ya Rabb, sesungguhnya aku berdakwa mengajak kaumku siang malam, untuk beribadah kepada Allah."
Padahal hanya sedikit yang mengikuti Nuh, tapi tidak ada satu pun ayat yang mengatakan bahwa Nuh gagal dalam berdakwah. Ukuran keberhasilan dakwah bukan dari jumlah, tapi komitmennya dengan ajaran Allah SWT. Allah yang memberikan hidayah, yang menggerakkan hati manusia. Yang penting adalah Nuh sabar dalam dakwahnya dan itu adalah bentuk kemenangan.
Nuh berdoa, "ya Rabb, sesungguhnya aku berdakwa mengajak kaumku siang malam, untuk beribadah kepada Allah."
Padahal hanya sedikit yang mengikuti Nuh, tapi tidak ada satu pun ayat yang mengatakan bahwa Nuh gagal dalam berdakwah. Ukuran keberhasilan dakwah bukan dari jumlah, tapi komitmennya dengan ajaran Allah SWT. Allah yang memberikan hidayah, yang menggerakkan hati manusia. Yang penting adalah Nuh sabar dalam dakwahnya dan itu adalah bentuk kemenangan.
Pertanyaan dari Host: #1. Ketika manusia dalam kondisi futur (berhenti dalam beramal soleh), kemudian dia diingatkan bahwa kemenangan akan diberikan Allah sebagaimana dalam QS Al Mujaadalah 21. Maka jawaban orang itu: "Itu kan Nabi yang
ditolong Allah, kalau kita kan belum tentu mendapatkan pertolongan Allah karena kita
manusia biasa"... Bagaimana sebaiknya sikap mukmin?
Jawaban:
Jawaban:
Di antara pilar-pilar keimanan kita adalah: at
tawaazun baina al ishtishlaa
Di antara pilar akidah yang akan membangun
kekuatan energi mentalitas kita adalah at tawaazun (keseimbangan) yaitu antara menyerahkan diri secara total kepada Allah, dibarengi
dengan upaya yang maksimal.
Kalau tidak tawaazun, misalnya ia percaya ditolong
Allah tapi tanpa dibarengi usaha, maka itu namanya terlalu PD, atau begitu pula
kebalikannya, ia berusaha dengan maksimal dan merasa semua hasilnya itu adalah semata-mata karena usahanya, itu juga kePD-an. Karena sesungguhnya hasil yang dia capai semata-mata karena Allah mengizinkan.
Seseorang yang futur dari hidayah, adalah
seseorang yang kehilangan salah satunya dari keseimbangan di atas, atau kehilangan kedua-duanya.
QS Al Mu'min 51: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),
QS Al Mu'min 51: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),
Sesungguhnya benar2 kami akan memenangkan
Nabi Rasul Kami, dan orang2 beriman.
Janji Allah akan kita dapatkan ketika kita memenuhi syarat kemenangan. Apa saja syarat-syarat kemenangan itu? Itu akan kita bahas di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Janji Allah akan kita dapatkan ketika kita memenuhi syarat kemenangan. Apa saja syarat-syarat kemenangan itu? Itu akan kita bahas di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Intinya, jangan sampai kita menyalahkan
Allah, mengatakan bahwa Allah tidak memenuhi janji. Justru manusia lah yang
merusak janji kepada Allah, karena berbuat maksiat.
Umar bin Khattab berkata, “Kemaksiatan kita (kaum muslimin) itu lebih berbahaya daripada musuh2nya”
Karena kalau umat Islam sudah berbuat maksiat, maka
pertolongan Allah akan terhalang pada diri kita. Memang orang kafir dengan berbagai medianya itu berbahaya, tapi yang lebih berbahaya lagi adalah ketika maksiat dilakukan di dalam tubuh umat Islam.
Pada perang Hunain, di awalnya hampir kalah,
bukan karena jumlahnya sedikit, tapi saat itu jumlah mereka banyak, tapi ada oknum
yang merasa sombong, yang mengatakan, "kami tidak akan terkalahkan oleh jumlah yang sedikit". Akhirnya setelah mereka taubat, barulah datang pertolongan
Allah dan mereka dimenangkan.
QS At Taubah 25: Sesungguhnya Allah telah
menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
QS At Taubah 26: Kemudian Allah menurunkan
ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah
menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan
bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.
QS At Taubah 27: Sesudah itu Allah menerima
taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Harus haqul yaqin kalau Allah memberikan
janjinya, pasti akan diberikan.
Pertanyaan Host #2. Kita harus haqqul yaqin dengan pertolongan Allah, tapi kalau dihubungkan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Berita kekerasan
menjadi berita sehari-hari, dan para penegak hukum gonjang ganjing, fitnah dsbnya. Bagaimana saran
ustadz kepada umat muslimin supaya tidak lelah, tidak putus asa dalam berdoa dalam mendapatkan pemimpin yang amanah, yang tegas, adil.
Jawaban:
Tidak ada permasalahan dalam kehidupan ini
kecuali pasti dalam Islam ada solusinya. Karena Al Quran adalah kitab petunjuk.
Petunjuk dalam seluruh kehidupan, termasuk
juga petunjuk agar bangsa dan Negara ini menjadi baik. Termasuk petunjuk bagaimana agar pemimpin-pemimpin ini menjadi pemimpin yang baik dan diteladani oleh Rakyatnya.
Kata Nabi: Seluruh umat ku masuk surga,
kecuali bagi orang yang tidak mau.
Siapa itu yang tidak mau?
"Barangsiapa yang taat kepadaku itu lah yang
masuk surga, dan barangsiapa yang tidak taat, itulah orang yang tidak mau masuk surga."
Ini ditujukan bukan saja ke pemimpinnya, tapi juga rakyatnya. Karena yang memilih pemimpin adalah rakyat, sehingga
yang harus mengikuti Al Quran dan Sunnah, itu adalah pemimpin dan rakyatnya. Karena pemimpin itu adalah potret dari rakyatnya.
Ketika rakyatnya baik maka mereka memilih pemimpin
yang terbaik.
Pertanyaan #3. Kalau yang dipilih oleh ummat Islam masih juga kalah, ini kenapa?
Jawaban:
Janji Allah berlaku untuk sepanjang masa. Ketika kalah, itu pasti ada kesalahan dalam kaum muslimin.
Di dunia ini, di negara manapun, ummat yang mengaku beragama Islam, ketika memilih pemimpin, harus diperiksa, apakah memilih pemimpin ini berdasarkan ridho Allah, atau berdasarkan yang lainnya? Seorang muslim, orientasinya harusnya Allah.
Di dunia ini, di negara manapun, ummat yang mengaku beragama Islam, ketika memilih pemimpin, harus diperiksa, apakah memilih pemimpin ini berdasarkan ridho Allah, atau berdasarkan yang lainnya? Seorang muslim, orientasinya harusnya Allah.
Sehingga kemenangan kaum muslimin harus
dimulai dari pendidikan keluarga, di antaranya adalah pendidikan kepemimpinan.
QS Al Furqan 74: Dan jadikanlah kami
pemimpin bagi orang2 yang bertaqwa.
Sehingga logikanya dalam berbangsa dan bernegara,
kalau yang dipimpin saja adalah orang2 bertaqwa, maka yang memimpin haruslah lebih bertaqwa lagi..
Jangan terjadi seperti di zaman Bani
Israil, yang juga merupakan sebab jatuhnya sebuah Negara yaitu:
1. kalau yang bersalah adalah orang2 kecil,
maka akan langsung dihukum
2. kalau yang bersalah adalah orang2 besar, dibiarkan, bahkan dihilangkan hukumannya
Sedangkan di dalam Islam, tuntunannya
adalah An Nisa 123 sbb:
QS An Nisa 123: (Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-anganmu, dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang
siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan
itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.
Tafsir Maudhuui atau tafsir tematik, yang kita kaji saat ini, yang lebih dominan adalah ayat2 Al Quran, dan bukan pendapat orang atau pendapat saya, karena manusia bisa salah. Itu sebabnya, yang harus lebih kental dibahas adalah ayat-ayat Al Quran itu sendiri.
QS Al Qomar 9-16:
9: Sebelum mereka, telah mendustakan (pula)
kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia
seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).
10: Maka dia mengadu kepada Tuhannya:
"bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu
menangkanlah (aku)"
11: Maka Kami bukakan pintu-pintu langit
dengan (menurunkan) air yang tercurah.
12: Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata
air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah
ditetapkan.
13: Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera)
yang terbuat dari papan dan paku,
14: Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami
sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).
15: Dan sesungguhnya telah Kami jadikan
kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
16: Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku.
Nuh AS penghikutnya cuma sedikit, tapi Allah memenangkan
Nuh.
Maka ketika kaum muslimin berjuang, ukurannya bukan dapat kursi berapa, dapat mentri berapa, bukan itu! Walau itu kita sukai. Tapi yang terpenting adalah komitmen dengan ajaran Allah.
Maka ketika kaum muslimin berjuang, ukurannya bukan dapat kursi berapa, dapat mentri berapa, bukan itu! Walau itu kita sukai. Tapi yang terpenting adalah komitmen dengan ajaran Allah.
Buat apa berkuasa, tapi akhir hidupnya ditenggelamkan seperti Firaun. Buat apa berkuasa berpuluh2 tahun tapi dibinasakan oleh
rakyatnya. Rakyatnya menghujatnya. Buat apa?
Kaum Nabi Nuh hanya disisakan yang beriman
saja.
Begitu juga kaum Nabi Huud, yaitu Kaum ‘Ad, tidak disisakan, kecuali yang beriman saja, walau jumlahnya hanya sedikit. Tapi tidak dikatakan bahwa Nabi Hud kalah.
Begitu juga kaum Nabi Huud, yaitu Kaum ‘Ad, tidak disisakan, kecuali yang beriman saja, walau jumlahnya hanya sedikit. Tapi tidak dikatakan bahwa Nabi Hud kalah.
QS Al A’rof 70-72:
70. Mereka berkata: "Apakah kamu
datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa
yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu
ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
71: Ia berkata: "Sungguh sudah pasti
kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian
hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek
moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk
itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg
menunggu bersama kamu".
72: Maka kami selamatkan Hud beserta
orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang
yang beriman.
Allah mencabut mereka sampai seakar2 nya kaum Nabi
Nuh, Nabi Hud sampai tidak ada satu pun tersisa orang2 yang tidak beriman. Begitu
juga yang terjadi pada kaum Nabi Luth dan Nabi Syuaib. Namun tidak demikian
pada kita, kaum Nabi Muhammad.
Kalau umat Nabi Muhammad, meski ada yang
tidak beriman, tidak dicabut sampai seakar2nya, masih ada yang dibiarkan dan
diberikan kesempatan untuk beriman.Maka seluruh risalah Nabi Muhammad adalah rahmat. Kalau ada umat Muhammad ada yang tidak mengikuti, tidak dibinasakan seluruhnya. Berbeda dengan ummat terdahulu.
Kita bersyukur dan berterimakasih kepada Allah,
kita diberi kesempatan untuk beriman.
Jangan berkata, itu kan zaman dulu ustadz.
Beda dengan zaman sekarang.
Ada sebagian yang berpikir, kan itu zaman
dahulu, ketika ada Nabi di tengah2 kaumnya, kalau mau bertanya, bisa langsung dijawab.
Kita diselamatkan oleh Allah, melalui musibah demi musibah, yang masih selalu diselamatkan oleh Allah.
Kita diselamatkan oleh Allah, melalui musibah demi musibah, yang masih selalu diselamatkan oleh Allah.
Al Anfal 32-33: Dan (ingatlah), ketika
mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika (Al Quran) ini benar
(wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Tetapi Allah tidak akan menghukum
mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula)
Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.
Kaidahnya dalam kehidupan ini: Allah tidak
akan membinasakan mereka (kaum yang tidak beriman) selama mereka masih memohon
ampunan.
Memang saat ini tidak ada lagi Nabi di
antara kita, tapi jika kita mau bertobat, maka Allah akan memberikan
pertolongan.
Ketika kita bertobat, Allah akan menyelamatkan kita dari berbagai adzab di dunia ini. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan, Kaum muslimin tidak boleh dua kali jatuh ke lubang yang sama.
Ketika kita bertobat, Allah akan menyelamatkan kita dari berbagai adzab di dunia ini. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan, Kaum muslimin tidak boleh dua kali jatuh ke lubang yang sama.
QS Muhammad 7: Hai orang2 yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan memperteguh kedudukanmu.