Sabtu, 28 Februari 2015

Tafsir Al Hayah edisi akhir pekan: Makna Kemenangan dan Pertolongan Allah, Tayang 7 dan 28 Februari 2015

Ada satu fenomena saat ini, yaitu kesalahfahaman dalam memaknai kemenangan, atau memaknai pertolongan. Ini disebabkan oleh:

1. Persepsi yang salah
Karena persepsinya tentang kemenangan hanya satu jenis kemenangan saja, maka ini membuatnya mudah kecewa.

2. Terburu2 ingin memetik hasil
Awalnya punya niat yang baik dalam perjuangan hidup ini, tapi karena ingin terburu2 ingin memetik hasil, sehingga ia kecewa ketika kemenangan tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

3. Penyimpangan dari manhaj (pedoman hidup)
Karena dilihatnya tidak menang2, sehingga ia terjatuh dalam pesimis.


Maka dari itu kita harus mengetahui berbagai makna kemenangan yang luas di dalam Al Quran.

1.  Al Gholabah al mubasshiroh (kemenangan langsung)

Kemenangan itu bisa jadi berupa kemenangan yang langsung yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti yang Allah berikan kepada Nabi dan RasulNya.

QS Al Mujaadalah 21: Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.


Kememangan yang langsung, di mana umat islam, para Nabi dan Rasul dalam perjuangannya, dimenangkan oleh Allah SWT.

Ketika Allah memenangkan Daud AS, Musa AS, Muhammad SAW di dalam perjuangannya, mereka dimenangkan oleh Allah SWT, dan Allah membinasakan musuh2nya. Peperangan antara Nabi dengan kaum musyrikin memang bisa jadi musuh2nya sempat menang, tapi pada bagian akhirnya, Allah memenangkan Nabi.

QS Al Mu’min 51: Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

Supaya kita percaya akan janji Allah, maka di ayat di atas Allah mempertegas dengan:
1. Inna 
2. Lam 
3. walladzii na aamanuu


Sehingga kemenangan yang langsung itu, yaitu mendapatkan rampasan perang dan larinya orang-orang kafir, adalah fakta yang tidak terbantahkan yang dialami oleh para Rasul. Ini membuat umat Islam yakin bahwa mereka tidak berjuang sendirian, tetapi ditemani oleh Allah SWT.

Kemenangan ini juga akan selalu dianugerahkan kepada pengikut-pengikutnya yang masih mengikuti Sunnah-sunnah Nabi, dan berjihad dengan segala keikhlasan kepada Allah, sebagaimana para Rasul.


2. Allah membinasakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan cara memberikan keselamatan kepada para Nabi dan Rasul dan orang-orang yang bersama mereka.

Yaitu peristiwa yang terjadi dengan Nabi Nuh AS. Pertolongan Allah berupa:

1. Ajaaballohu duaat (Allah mengabulkan doanya)
Ketika kita Nabi Nuh berdoa kemudian dikabulkan, itu adalah pertolongan dari Allah.

2. Allah perintahkan Nuh agar membuat kapal. 
Sehingga ketika banjir, orang2 yang mendustakan RasulNya itu tenggelam, Nuh bersama pengikutnya diselamatkan di perahu. Ini adalah bentuk dari kemenangan dan pertolongan dari Allah.

3. Ketika Allah membinasakan kaumnya Nabi Nuh dengan tuufaan. Air turun dari langit dan air juga keluar dari sumber air di dalam bumi. Ini juga bentuk pertolongan dari Allah.

4. Ketika Allah menyelamatkan Nuh dan orang2 beriman, mereka berada di sebuah perahu dan berada dalam lindungan Allah.

5. Pertolongan Allah diberikan kepada Nuh AS, adalah ketika Nuh bersabar dalam dakwahnya. 

Nuh berdoa, "ya Rabb, sesungguhnya aku berdakwa mengajak kaumku siang malam, untuk beribadah kepada Allah."

Padahal hanya sedikit yang mengikuti Nuh, tapi tidak ada satu pun ayat yang mengatakan bahwa Nuh gagal dalam berdakwah. Ukuran keberhasilan dakwah bukan dari jumlah, tapi komitmennya dengan ajaran Allah SWT. Allah yang memberikan hidayah, yang menggerakkan hati manusia. Yang penting adalah Nuh sabar dalam dakwahnya dan itu adalah bentuk kemenangan.


Pertanyaan dari Host: #1. Ketika manusia dalam kondisi futur (berhenti dalam beramal soleh), kemudian dia diingatkan bahwa kemenangan akan diberikan Allah sebagaimana dalam QS Al Mujaadalah 21. Maka jawaban orang itu: "Itu kan Nabi yang ditolong Allah, kalau kita kan belum tentu mendapatkan pertolongan Allah karena kita manusia biasa"... Bagaimana sebaiknya sikap mukmin?

Jawaban:

Di antara pilar-pilar keimanan kita adalah: at tawaazun baina al ishtishlaa
Di antara pilar akidah yang akan membangun kekuatan energi mentalitas kita adalah at tawaazun (keseimbangan) yaitu antara menyerahkan diri secara total kepada Allah, dibarengi dengan upaya yang maksimal.

Kalau tidak tawaazun, misalnya ia percaya ditolong Allah tapi tanpa dibarengi usaha, maka itu namanya terlalu PD, atau begitu pula kebalikannya, ia berusaha dengan maksimal dan merasa semua hasilnya itu adalah semata-mata karena usahanya, itu juga kePD-an. Karena sesungguhnya hasil yang dia capai semata-mata karena Allah mengizinkan.

Seseorang yang futur dari hidayah, adalah seseorang yang kehilangan salah satunya dari keseimbangan di atas, atau kehilangan kedua-duanya.  

QS Al Mu'min 51: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

Sesungguhnya benar2 kami akan memenangkan Nabi Rasul Kami, dan orang2 beriman. 

Janji Allah akan kita dapatkan ketika kita memenuhi syarat kemenangan. Apa saja syarat-syarat kemenangan itu? Itu akan kita bahas di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Intinya, jangan sampai kita menyalahkan Allah, mengatakan bahwa Allah tidak memenuhi janji. Justru manusia lah yang merusak janji kepada Allah, karena berbuat maksiat.

Umar bin Khattab berkata, “Kemaksiatan kita (kaum muslimin) itu lebih berbahaya daripada musuh2nya”

Karena kalau umat Islam sudah berbuat maksiat, maka pertolongan Allah akan terhalang pada diri kita. Memang orang kafir dengan berbagai medianya itu berbahaya, tapi yang lebih berbahaya lagi adalah ketika maksiat dilakukan di dalam tubuh umat Islam.

Pada perang Hunain, di awalnya hampir kalah, bukan karena jumlahnya sedikit, tapi saat itu jumlah mereka banyak, tapi ada oknum yang merasa sombong, yang mengatakan, "kami tidak akan terkalahkan oleh jumlah yang sedikit". Akhirnya setelah mereka taubat, barulah datang pertolongan Allah dan mereka dimenangkan.

QS At Taubah 25: Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.

QS At Taubah 26: Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

QS At Taubah 27: Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Harus haqul yaqin kalau Allah memberikan janjinya, pasti akan diberikan.

Pertanyaan Host #2. Kita harus haqqul yaqin dengan pertolongan Allah, tapi kalau dihubungkan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Berita kekerasan menjadi berita sehari-hari, dan para penegak hukum gonjang ganjing, fitnah dsbnya. Bagaimana saran ustadz kepada umat muslimin supaya tidak lelah, tidak putus asa dalam berdoa dalam mendapatkan pemimpin yang amanah, yang tegas, adil. 

Jawaban:
Tidak ada permasalahan dalam kehidupan ini kecuali pasti dalam Islam ada solusinya. Karena Al Quran adalah kitab petunjuk.

Petunjuk dalam seluruh kehidupan, termasuk juga petunjuk agar bangsa dan Negara ini menjadi baik. Termasuk petunjuk bagaimana agar pemimpin-pemimpin ini menjadi pemimpin yang baik dan diteladani oleh Rakyatnya.

Kata Nabi: Seluruh umat ku masuk surga, kecuali bagi orang yang tidak mau.
Siapa itu yang tidak mau?
"Barangsiapa yang taat kepadaku itu lah yang masuk surga, dan barangsiapa yang tidak taat, itulah orang yang tidak mau masuk surga."

Ini ditujukan bukan saja ke pemimpinnya, tapi juga rakyatnya. Karena yang memilih pemimpin adalah rakyat, sehingga yang harus mengikuti Al Quran dan Sunnah, itu adalah pemimpin dan rakyatnya. Karena pemimpin itu adalah potret dari rakyatnya.

Ketika rakyatnya baik maka mereka memilih pemimpin yang terbaik.


Pertanyaan #3. Kalau yang dipilih oleh ummat Islam masih juga kalah, ini kenapa?

Jawaban:

Janji Allah berlaku untuk sepanjang masa. Ketika kalah, itu pasti ada kesalahan dalam kaum muslimin.

Di dunia ini, di negara manapun, ummat yang mengaku beragama Islam, ketika memilih pemimpin, harus diperiksa, apakah memilih pemimpin ini berdasarkan ridho Allah, atau berdasarkan yang lainnya? Seorang muslim, orientasinya harusnya Allah.

Sehingga kemenangan kaum muslimin harus dimulai dari pendidikan keluarga, di antaranya adalah pendidikan kepemimpinan.

QS Al Furqan 74: Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang2 yang bertaqwa.

Sehingga logikanya dalam berbangsa dan bernegara, kalau yang dipimpin saja adalah orang2 bertaqwa, maka yang memimpin haruslah lebih bertaqwa lagi..

Jangan terjadi seperti di zaman Bani Israil, yang juga merupakan sebab jatuhnya sebuah Negara yaitu:
1. kalau yang bersalah adalah orang2 kecil, maka akan langsung dihukum
2. kalau yang bersalah adalah orang2 besar, dibiarkan, bahkan dihilangkan hukumannya

Sedangkan di dalam Islam, tuntunannya adalah An Nisa 123 sbb:

QS An Nisa 123: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu, dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.

Tafsir Maudhuui atau tafsir tematik, yang kita kaji saat ini, yang lebih dominan adalah ayat2 Al Quran, dan bukan pendapat orang atau pendapat saya, karena manusia bisa salah. Itu sebabnya, yang harus lebih kental dibahas adalah ayat-ayat Al Quran itu sendiri.

QS Al Qomar 9-16:

9: Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).

10: Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)"

11: Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.

12: Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.

13: Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku,

14: Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).

15: Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

16: Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.

Nuh AS penghikutnya cuma sedikit, tapi Allah memenangkan Nuh. 

Maka ketika kaum muslimin berjuang, ukurannya bukan dapat kursi berapa, dapat mentri berapa, bukan itu! Walau itu kita sukai. Tapi yang terpenting adalah komitmen dengan ajaran Allah. 

Buat apa berkuasa, tapi akhir hidupnya ditenggelamkan seperti Firaun. Buat apa berkuasa berpuluh2 tahun tapi dibinasakan oleh rakyatnya. Rakyatnya menghujatnya. Buat apa?

Kaum Nabi Nuh hanya disisakan yang beriman saja. 

Begitu juga kaum Nabi Huud, yaitu Kaum ‘Ad, tidak disisakan, kecuali yang beriman saja, walau jumlahnya hanya sedikit. Tapi tidak dikatakan bahwa Nabi Hud kalah.

QS Al A’rof 70-72:
70. Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar".

71: Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu".

72: Maka kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman.

Allah mencabut mereka sampai seakar2 nya kaum Nabi Nuh, Nabi Hud sampai tidak ada satu pun tersisa orang2 yang tidak beriman. Begitu juga yang terjadi pada kaum Nabi Luth dan Nabi Syuaib. Namun tidak demikian pada kita, kaum Nabi Muhammad.

Kalau umat Nabi Muhammad, meski ada yang tidak beriman, tidak dicabut sampai seakar2nya, masih ada yang dibiarkan dan diberikan kesempatan untuk beriman.Maka seluruh risalah Nabi Muhammad adalah rahmat. Kalau ada umat Muhammad ada yang tidak mengikuti, tidak dibinasakan seluruhnya. Berbeda dengan ummat terdahulu.

Kita bersyukur dan berterimakasih kepada Allah, kita diberi kesempatan untuk beriman.

Jangan berkata, itu kan zaman dulu ustadz. Beda dengan zaman sekarang.

Ada sebagian yang berpikir, kan itu zaman dahulu, ketika ada Nabi di tengah2 kaumnya, kalau mau bertanya, bisa langsung dijawab.

Kita diselamatkan oleh Allah, melalui musibah demi musibah, yang masih selalu diselamatkan oleh Allah.

Al Anfal 32-33: Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika (Al Quran) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.

Kaidahnya dalam kehidupan ini: Allah tidak akan membinasakan mereka (kaum yang tidak beriman) selama mereka masih memohon ampunan. 

Memang saat ini tidak ada lagi Nabi di antara kita, tapi jika kita mau bertobat, maka Allah akan memberikan pertolongan.

Ketika kita bertobat, Allah akan menyelamatkan kita dari berbagai adzab di dunia ini. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan, Kaum muslimin tidak boleh dua kali jatuh ke lubang yang sama.

QS Muhammad 7: Hai orang2 yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan memperteguh kedudukanmu.

Jumat, 27 Februari 2015

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Di antara dasar2 hubungan kita dalam bermasyarakat adalah al amru bil maruf wa nahyu anil munkar. Diberikan semangat untuk mengajak berbuat baik, dan semangat untuk menjauhi keburukan.

Ma’ruf itu adalah sesuatu yang kebaikannya diketahui melalui Islam dan melalui akal sehat.

Ukuran yang baik, bukan suatu kebiasaan tertentu. Ukurannya adalah Islam dan akal sehat. Kalau Allah SWT telah menyebut ma’ruf, meskipun dunia menginformasikan yang berbeda, dan media memberitakan setiap saat untuk membentuk opini, tetap saja itu ma’ruf

Al munkar adalah sesuatu yang ditolak oleh Islam dan akal sehat,

Allah SWT ketika memberikan ajaranNya, ini demi kebaikan kita semua. Sedangkan orang yang menyukai kemungkaran, maka itu membahayakan orang lain. Meskipun itu menambah anggaran kekayaan Negara, tapi bila itu munkar, maka harus ditolak.

Amar ma’ruf nahi munkar tidak mungkin dilakukan oleh individu, tapi harus berjamaah. Harus ada ummah.

QS Ali Imran 104: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Seseorang mungkin bisa menyuruh saudara nya untuk sholat, berbuat baik pada orang tua, itu bisa dilakukan secara per orangan karena ringan. Tapi apabila kemunkaran dilakukan oleh penguasa, atau pengusaha besar, mencegah kemungkaran ini sulit untuk dilakukan oleh per seorangan. Maka mencegah kemungkaran harus dilakukan oleh ummat yang mempunyai kekuatan, yang punya energy untuk amar ma’ruf nahi munkar, maka dari itu di ayat di atas perintah ditujukan kepada segolongan ummat, sehingga amar mma'ruf nahi munkar itu dilakukan secara berjamaah.

Memang ini berat, tapi ini adalah kemenangan yang besar.

Ulaaika humul muflihuunn, menggambarkan bahwa masyarakat yang sukses adalah orang-orang yg selalu menegakkan amar maruf nahi munkar.

Cara amar ma’ruf nahi munkar juga harus benar. Jangan sampai kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar, tapi justru dengan melakukan kemunkaran yang lebih besar.

Apa keutamaan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan bermasyarakat?

1. Daerah yang ma’ruf akan semakin luas. Sehingga ketika kita di rumah, yang lebih dominan adalah yang baik-baik. Di kantor, yang lebih dominan adalah yang ma’ruf. Di pasar, yang lebih dominan adalah yang ma’ruf, sehingga orang tidak mau berbuat curang, dstnya. Ketika amar ma’ruf ditegakkan di seluruh lini masyarakat, maka daerah kemungkaran semakin kecil.

Tidak kita katakan bahwa kemungkaran akan lenyap. Karena kemunkaran tidak mungkin lenyap, tapi kemungkaran akan menjadi dilakukan secara sembunyi2. Tapi berbeda dengan kondisi di mana kemungkaran sudah secara terbuka dilakukan dimana2. Perzinaan dipertontonkan, dan pelakunya malah menjadi idola. Naudzubillahi min dzalik. Bila perzinaan menjadi bebas seperti ini, maka orang tua menjadi tidak tenang, apabila anaknya kuliah di luar kota. Tidak tercipta ketenangan di dalam masyarakat.

Ketika seluruh elemen masyarakat sudah menyintai perbuatan ma’ruf dan membenci kemungkaran, maka seandainya ada orang yang melakukan perzinaan, maka dia melakukannya secara sembunyi2.

Harus ada hisbah, yaitu tim tertentu yang dibentuk oleh pemerintah, yang tugasnya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga tidak akan ada PNS jalan2 di Mall di jam kerja, anak2 sekolah di Mall di jam sekolah, dstnya.  Sehingga pelanggaran2 tidak akan terjadi. Hisbah ini memiliki legal formal, sehingga tidak ada kekacauan mengenai keabsahannya.

Setiap muslim juga dididik dengan hisbah, sehingga tidak akan diam ketika ma’ruf ditinggalkan, dan tidak akan diam ketika kemunkaran dikerjakan di masyarakat. Karena setiap muslim walau ia tidak diangkat oleh pemerintah sebagai tim hisbah, tapi ia sudah memiliki semangat amar maruf nahi munkar.

2. Menjadi umat terbaik.
Ada ayat2 yang tidak membutuhkan tafsir karena sudah jelas, seperti dalam QS Ali Imran 110 ini.
Ali Imran 110:  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Begitu pentingnya, amar maruf nahi munkar sampai2 disebutkan lebih dahulu daripada watukminuunabillah (beriman kepada Allah). Untuk menjaga keimanan sebuah keluarga, masyarakat, dibutuhkan amar maruf nahi munkar. Sehingga akan semakin sedikit hal2 yang melenceng dari Islam, sehingga penyebutan amar maruf nahi munkar didahulukan.

3.  Selamat dari Fitnah, Malapetaka, musibah, laknat
Masyarakat manapun di dunia ini, di mana umat muslimnya rajin ibadah, maka akan diselamatkan.

QS Al Anfal 25: Dan takutlah terhadap fitnah (malapetaka) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya,

Fitnah di sini adalah malapetaka. Yang tidak hanya menimpa orang2 dzholim saja tapi seluruh masyarakat kena, juga orang2 soleh, yaitu karena mereka mendiamkan kemungkaran. Karena membiarkan kemungkaran, berarti ia telah mengundang murka Allah.

Hadist yang disampaikan melalui Abu Bakar Ash Shiddiq,
Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.”

QS Al A’raf 164-166: Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa". Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina”

Ketika orang2 beramar maruf nahi munkar, menasehati masyarakatnya, ada saja sebagian masyarakat yang usil, mengkritisi, mengomentari, kenapa sibuk2 mengurusi orang lain, “kalau Allah saja menghendaki kemunkaran, kenapa sibuk2 mengurusi orang lain?” Maka dijawab oleh para dai, “agar kami bisa menjawab saat kami ditanya di hari Akhirat nanti, dan agar masyarakat bertaqwa.” Di situlah orang2 yang mencegah kemunkaran.

4. Diselamatkan Allah dari laknat

Al Maidah 78-79:
78. Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
79. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.

Lagi2 berbicara tentang bani Israil. Memang tidak ada bangsa yang ada sejak zaman dulu dan masih hidup hingga kini, yang melebih penyebutannya di dalam Al Quran daripada bangsa bani Israil. Ini menggambarkan agar umat Islam waspada dari mereka.

Kenapa mereka dilaknat Allah? Karena tdk melaksanakan tugas amar ma’ruf Nahi munkar.

Bangsa Yahudi dilaknat Allah di QS Al A’raf 166. Sampai-sampai yahudi dilaknat menjadi kera. Apakah kera benar atau siaftanya yang seperti kera, wallahua’lam.

5. Kepemimpinan di dunia
Akan diberikan tamkin, kepemimpinan di muka bumi ini.
QS Al Haj 39-41:
39. Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
40. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,
41. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Semoga masyarakat kita diberikan petunjuk oleh Allah untuk beramar ma’ruf nahi munkar secara bersama2. Sehingga lebih banyak kebaikannya, dan lebih sempit keburukannya. Aamiin..


Rabu, 25 Februari 2015

Sifat2 Orang Kafir dalam Kehidupan Dunia

Ketika Al Quran menjelaskan begitu panjang ttg kehidupan orang kafir, ini bukanlah kebetulan, ini ada tujuannya. Agar kita sebagai orang beriman, tidak menyerupai orang2 kafir. Di antaranya adalah memotong2 iman. Beriman kepada nabi yang satu tapi kufur kepada nabi yang lainnya. Beriman kepada ajaran yang satu, tapi kufur kepada ajaran yang lainnya. Jadi berimannya itu atas dasar hawa nafsu, kebudayaan.

QS An Nisa 150-151:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)", serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir),

151. Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.

Sebagai orang yang beriman, kita mengetahui dan mengimani bahwa seluruh ajaran Nabi, semuanya adalah datangnya dari Allah. Sumbernya sama, walau pun mungkin ada perbedaan detil2 karena sesuai zamannya, tapi Nabi kita adalah Nabi akhir zaman, sehingga tidak ada perbedaan sama sekali.

Orang2 kafir itu sifatnya adalah memotong2 keimanannya. Orang seperti ini, walau mengaku beriman, tapi kufur kepada yang lainnya, maka sesungguhnya ia kafir. Allah SWT memvonis mereka “ulaaika humul kaafiruuna haqqo” (mereka itu lah orang2 yang kafir yang sebenar2nya kafir).

Sampai2 Allah berfirman meletakkan isim dhohir di tempatnya isim dhomir, lil kaafirin, untuk orang2 kafir.

Menolak orang2 terdahulu yang membelah2 keimanan, dan Allah menegur mereka dengan teguran yang keras, dan menyebabkan kehinaan dalam kehidupan dunia

QS Al Baqarah 85-86:

85. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat

86. Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong.

Jangan sampai orang2 beriman memilah milih ajaran2 Allah SWT, kalau ajaran toelrani mau tapi ajaran jihad tidak mau, atau sebaliknya. Ajaran Islam adalah ajaran yang mengajarkan toleransi dan juga jihad.

Ketika kita beriman kepada ajaran2 tentang rumah tangga kita, dan juga ajharan tentang berbangsa dan bernegara. Jangan pilah pilih. Kalau sampai pila pilih maka akan terjadi apa yang terjadi pada orang kafir, dan akan dikenakan adzab.

2. Sebagian yang lainnya melindungi sebagian lainnya.

Orang2 kafir ini hidup dalam satu masyarakat yang utuh, apa pun agamanya, mereka saling mendukung untuk ememrangi kaum muslimin. Seluruh kaum muslimin di dunia tidak ada yang boleh emragukan hal ini, karena Allah yang paling tahu tentang mereka mengatakan tentang hal ini.

QS Al Maidah 51: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Jadi iman itu bukan sekedar pengakuan, tapi iman harus dibuktikan dnegan keberpihakan. Iman adalah al wala wal bara. Menyintai yang dicintai Allah, membenci yang dibenci Allah.
Kok ada orang2 yang mengaku Islam tapi mengangkat orang kafir sebagai pemimpin mereka. Maka Allah tidak akan memberikan hidayah kepada orang2 yang dzholim seperti ini. Meskipun seluruh dunia mengatakan bahwa pilihan itu adalah benar, tapi Allah akan menghinakan mereka.

QS Al Anfal 73: Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Orang2 kafir akan saling menolong, saling melindungi. Orang2 beriman justru harus solid, janagn cakar2arn. Orang2 kafir saja saling mendukung, masak sih sesame orang Islam malah cakar2an. Kalau itu terjadi, maka akan terjadi fitnah yang besar.

3. Merusak janji

Sehingga kita kaum muslimin dalam berbangsa dan bernegara, harus waspada. Merusak janji dengan Allah saja

QS Al Baqarah 26-27:
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Orang kafir manapun di dunia ini, apa pun bahasanya, maka karakter mereka adalah merusak janji. Tidakkah kita ingat di dunia ini, mereka membunuh kaum msulimin, lalu minta damai, belum kelar perjanjian daamianya mereka sudah membunuh lagi

Makna di dalam ayat di atas:
1. Perintah Allah kepada mahkhlukNya, ketika Allah berwasiat yang berupa perintah yang harus dilakukan, dan yang harus dicegah, mereka langgar.

2. Ini turun berkaitan dengan orang kafir ahlul kitab yahudi dan nasrani, dan orang2 munafik, yaitu mereka tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW, padahal di kitab suci mereka ada nabi terakhir, yaitu Ahmad. Karena benci iri, mereka tidak mau mengakui.
Ini pelajaran yang harus kita ambil, jangan sampai membenci saudara karena benci.

3. Seluruh orang yang syirik, kufur, dan nifaq, mereka semuanya merusak janji Allah.

QS Al A’raf  :

Manusia dulunya berjanji, sebelum alam kita diciptakan di dunia ini, tapi kemudian mereka ingkar.

4. Janji bahwa mereka akan damai, tapi mereka menyerang lebih dahulu.

QS Al Anfal 55-57:
55. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.

56. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).

57. Maka jika engkau (Muhammad) mengungguli mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, agar mereka mengambil pelajaran

Jangan sampai kita terlena dalam pergaulan dunia, agar kita tidak tertipu. Karena ummat Islam telah terbuktikan dalam sejarah, tidak sedikit yang kalah dalam pertempuran karena tertipu dnegan perjanjian dengan orang kafir.

Semoga kita semua diselamatkan oelh Allah dari sifat2 tidak terpuji itu. Aamiin.




Selasa, 24 Februari 2015

At Tamkin fil Ardhi (Kekokohan dan Kekuasaan di Muka Bumi) Tayang 10, 12, dan 24 Feb 2015


Di antara buah dan hasil hidup di bawah naungan Al Quran adalah at tamkin fil ardh. Kenapa demikian? Karena:

1. Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan orang yang benar2 ihsan (professional) dalam amalnya.
Orang yang hidup di bawah naungan Al Quran, hidupnya tidak asal hidup, tapi ia berkarya yang terbaik. Allah menciptakan manusia untuk menguji siapa yang terbaik amalnya.

QS Al Mulk 2: “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya”

Perhatikan! Di ayat ini Allah tidak menyebutkan “yang paling banyak amalnya (aktsaru amala),” tapi “yang terbaik amalnya (ahsanu amala).” Karena yang terbanyak amalnya, belum tentu yang terbaik.

Apa definisi terbaik amalnya?
1. yang paling benar amalnya
2. yang paling ikhlas amalnya

Orang yang hidupnya di bawah naungan Al Quran, akan memproduksi kebaikan2.

2. Adalah janji Allah bahwa Allah akan memberikan kemenangan dan kekokohan hidup di dunia ini kepada orang2 beriman. Baik zaman dahulu hingga zaman sekarang.

QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,

Zaman dahulu seperti kisah Ash Habul Kahfi, kisah Yusuf as, atau zaman sekarang. Kalau seseorang sudah memenuhi janji Allah dan janji Allah itu pasti benar, maka umat Islam akan diberikan kekuatan yang kokoh.

Ketika kaum muslimin hidup di bawah naungan Al Quran, maka ia memenuhi janjinya kepada Allah, maka Allah akan memenuhi janjiNya dengan memberikan at tamkin kepada orang2 beriman. Umat Islam berabad2 bisa memimpin dunia, bukan hanya di Arab saja, tapi hingga ke Andalusia (Eropa) dan Asia. Sebaliknya, ketika umat muslimin meninggalkan Islam, ia bukan hanya tidak dipimpin, tapi ia juga diperbudak oleh bangsa lain.

Ada kisah, yaitu seorang syeikh ditanya tentang kenapa Andalusia jatuh ke tangan Spanyol setelah ratusan tahun di bawah kekhalifahan Islam?
Jawaban Syeikh: “Iya memang benar, ketika mereka masuk ke Andalusia mereka benar2 orang Islam, beriman, menyerahkan diri secara total kepada Allah. Tapi ketika mereka diusir dari Spanyol, mereka sudah menjadi orang2 yang fanatik dengan nasionalisme Arab, bukan lagi sebagai orang Islam.

Ini menandakan bahwa bangsa Arab sama saja dengan bangsa lainnya. Terbukti, bangsa Arab menjadi menjadi bangsa yang hebat dan mampu memimpin dunia, ketika mereka bersama Al Quran dan Sunnah. Tapi ketika mereka tidak lagi memegang Al Quran dan Sunnah, mereka dijajah oleh bangsa lain, Negara lain. Ini berlaku bukan hanya untuk saudara kita di Arab saja, tapi juga di Indonesia, di mana pun dan kapan pun, ketika kita kembali kepada Al Quran dan Sunnah, kita akan diberikan tamkin oleh Allah SWT.

Seorang mukmin yang diberikan tamkin ketika benar2 hidup di bawah Al Quran, maka ia akan aziz (mulya, tidak terkalahkan), qowiyyan (kuat), maniaan (mempunyai daya tahan yang luar biasa), marhuban (disegani oleh musuh2nya), mansuulan al millati kufri (dimenangkan oleh Allah atas agama2 kekufuran).

Apa makna at tamkin secara Bahasa? Berasal dari kata makkana, yumakkinu tamkinan, artinya: Allah menjadikan pada seorang muslim, kekuasaan (shultoonun) dan kemampuan (qudroh).

Yang memberikan isyarat terhadap makna ini adalah QS AL Kahfi 84.

QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan (tamkin) kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,

Ini kisah yang berkaitan dengan Zulkarnain, seorang raja yang adil, yang diberikan kekuasaan yang luas oleh Allah, ketika ia taat kepada Allah SWT.

Maknanya: Allah memberikan tamkin kepadanya.

Ini tidak tidak terjadi pada Raja Zulkarnain saja, tapi juga terjadi pada ummat2 yang lainnya, ketika Al Quran berbicara tentang Nabi Yusuf as. Yusuf as, mendapatkan ujian yang bermacam2, mulai dari ujian yang datang dari saudaranya sendiri yaitu dimasukkan ke sumur, fitnah perempuan, ujian ketika di penjara (sehingga sampai2 ada ungkapan “penjara adalah perguruan tinggi Nabi Yusuf”), diuji juga dengan kemudahan dan juga kekuasaan, dll… Ternyata ujian2 yang demikian itu bukan adzab, tapi merupakan tarbiyah dari Allah agar tampil lebih dewasa dan lebih matang. Sehingga ketika sudah menjadi pemimpin, ia sudah siap karena sudah diuji dengan ujian yang bermacam2, tapi akhirnya beliau diberikan at tamkin oleh Allah.

QS Yusuf 56-57:
56. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

Di sini dengan jelas Allah menyatakan makkaannaa. Allah SWT telah benar2 memberikan at tamkin kepada Yusuf di muka bumi. Allah berikan kekuasaan kemampuan, untuk mengatur Negara Mesir dengan aturan yang beliau kehendaki atas izin Allah sudah barang tentu, semuanya itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Apakah semua anugerah itu gratis? Tidak! Karena Yusuf sudah berbuat ihsan, professional, tidak asal kerja. Ketika ia bekerja maka ia bekerja dengan sebaik2nya, sehingga Allah membalasnya dengan at tamkin.

At tamkin adalah buah yang sangat baik dari buah2 hidup di bawah naungan Al Quran. Artinya, sesungguhnya Allah memberikan kekokohan di muka bumi melalui jalan orang2 beriman yang menjalankan amal2 soleh.

Jadi kalau orang2 beriman ingin memimpin dunia, ingin lepas dari semua bentuk penjajahan (dijajah makanannya, dijajah ekonominya, dijajah politiknya dstnya), maka harus benar2 hidup di bawah naungan Al Quran.
Mari kita lihat QS An Nuur 55, di ayat ini Allah menjanjikan kepada orang2 beriman untuk diberikan at tamkin.

QS An Nur 55; Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Janji Allah kepada orang2 beriman untuk diberikan tamkin, yaitu shultoon (kekuasaan) dan al qudroh (kemampuan), ternyata tidak gratis. Di dalam ayat ini, ada dua syarat yang harus dipenuhi:

1. Al iman

Ketika disebut iman, ini sudah barang tentu bukan sebatas pengakuan keimanan, tapi keimanan yang benar2 diharapkan oleh Allah SWT, yaitu yang dibuktikan dalam perbuatan.

Ulama mendefinisikan: Iman adalah iqror bil lisan, tasdiiqul bil jinan, wa amalu bil arkan. Diucapkan dengan lisan, ditetapkan di hati, dan dibuktikan oleh seluruh jiwa raga kita.

Ketika orang beriman, maka gerakan tangannya mengikuti kaidah iman. Orang beriman, ketika dia berbicara, maka pembicaraan menggambarkan bahwa dia itu beriman. Tidak berbicara dengan alasan kebebasan berbicara. Ketika dia melihat, maka dia tidak melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Ketika dia mendengar, maka pendengarannya hanyalah mendengarkan sesuatu yang sesuai digariskan oleh iman, tidak mendengarkan sesuatu yang berbau ghibah, membahayakan orang lain. Ketika dia berjalan, maka perjalannnya menuju tempat yang mempunyai faedah keimanan, tidak menuju tempat yang dilarang oleh keimanannya.

Jadi orang yang diberikan tamkin oleh Allah bukan sebatas mengaku beriman. Toh banyak orang yang mengaku beriman tapi kalah melulu? Yang salah bukan imannya, yang salah bukan Islamnya, tapi yang salah adalah orangnya. Kenapa dia mengaku beriman tapi tidak membuktikannya.
Alladziina aamanu minkum. Orang2 yang beriman di antara kalian, Pakai alladiina itu umum, artinya siapa pun yang mempunyai syarat keimanan seperti itu, maka akan diberikan at tamkin.

2. Al ladzzina aamanu minkum
Kenapa dikatakan minkum, dari kalian. Ini adalah isyarat yang lembut agar seluruh kaum muslimin benar2 bermuhasabah. Karena yang diberikan janji oleh Allah bukan semua orang beriman, tapi sebagian dari kalian. Menggambarkan tidak semua orang Islam diberikan kemenangan, apalagi bila orang Islamnya tidak menjalankan iman. Jadi kalau mengaku beragama Islam tapi imannya tidak benar, tidak akan diberikan tamkiin. Tidak semua orang Islam diberikan kemenangan, apalagi jika orang Islamnya tidak mengamalkan ajaran iman.

Ada kisah menarik seorang alim, ketika ia bekerja di jalan Allah, dia memilih di Negara lain, bukan negaranya sendiri. Ketika ditanya kenapa?  Beliau menjawab, “Bagaimana mungkin saya bisa menang bekerja di jalan Allah, tapi orang2nya tidak shlat, dan sering main gaplek. Maka saya hijrah ke Negara lain yang orang2nya sholat.” Dan memang benar, ia mendapatkan at tamkin di Negara itu.


Insya Allah akan disampaikan lebih jauh tentang at tamkin di kajian2 selanjutnya.

Rabu, 11 Februari 2015

Menyebarkan Dakwah (Rambu2 dan Syarat2 Kemenangan tayang ulang 9 dan 11 February 2015)

 Kita ini akan dimenangkan oleh Allah dengan syarat kita selalu bersemangat untuk dakwah di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun. Apa dalilnya?

QS Al Anfal 47: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.  

Tujuan dakwah:
1. Ketika kita keluar dari rumah, tujuannya adalah berjihad menyebarkan dakwah. Ketika dakwah tersebar, maka tidak perlu pakai perang untuk menyebarkan Islam.

Tujuan jihad adalah menyebarkan dakwah, dengan rahmat (kasih sayang), agar seluruh manusia di dunia ini bisa menikmati indahnya Islam. Fakta membuktikan ternyata Islam yang begitu indah ini terhalangi oleh pihak2 tertentu yang tidak menyukai dengan indahnya Islam, dan menghalang2i tersebarnya Islam, sehingga dibutuhkan perang jihad fi sabilillah.

2. Yang ditinggikan oleh orang2 yang berdakwah harusnya adalah kalimat Allah, bukan gurunya, bukan golongannya.
Jangan sampai umat Islam memilah2 ketika mendengarkan dakwah yang bukan berasal dari gurunya, maka dia tidak suka. Dakwah ini bukan untuk golongan tertentu.

Ada juga kalangan yang mengaku umat Islam, yang ketika Islam dihina, sebagian orang diam saja, tapi ketika yang dihina adalah gurunya, golongannya, atau kelompoknya maka semuanya bangkit, seolah2 gurunya, golongannya dan kelompoknya itu lebih penting daripada Allah, Rasul, Quran, dan Islam.

Atau ketika harga bbm naik, banyak yang demo, tapi ketika Islam diinjak2, sedikit yang peduli. Ini seolah2 bbm itu lebih penting daripada Islam.

QS Yusuf 108: Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Ketika kita berdakwah itu mengajak kepada Allah, bukan kepada saya, bukan kepada golongan kami, mazhab kami, guru kami.

Kebanggaan yang benar dan mutlak hanya lah kepada Allah.

3. Menjelaskan kebenaran kepada setiap manusia, baik kepada yang sudah beragama Islam atau pun yang belum beragama Islam.
Jangan sampai seseorang tidak berdakwah karena takut tidak enak kepada orang lain, takut tidak diundang lagi karena tidak sesuai dengan selera pengundang. Tidak! Dakwah itu untuk mengingatkan, kepada yang sudah beriman supaya semakin beriman, dan yang belum beriman agar menjadi semakin paham tentang Islam.

Ketika ulama plintat plintut tidak menerangkan kebenaran dengan jelas maka  ummat tetap dalam keadaan bodoh, tidak tahu mana yang benar dengan jelas.

Ketika berdakwah itu merupakan syarat kemenangan dengan menjelaskan Islam, yaitu memudahkan manusia untuk mengenal Islam, maka manusia akan berbondong2 masuk Islam, sebagaimana yang dijelaskan di dalam surat An Nashr.

Bukankah Nabi dulunya dimusuhi oleh kaumnya, pergi ke Thaif bahkan mau dibunuh oleh orang2 Thaif, tapi apa yang terjadi setelah itu? Kalian melihat manusia berbondong-bondong masuk Islam.

Karena Nabi meskipun diperlakukan apa saja, beliau tetap menyampaikan kebenaran.

Apa pentingnya kita capek2 mengajak manusia untuk mengikuti ajaran Allah?

1. Orang yang berdakwah akan mendapatkan kebaikan kepada si penyeru.
Dakwah bermanfaat kepada dirinya sendiri, yaitu agar nanti ketika semua menghadap Allah, kita diloloskan dari pengadilan Allah karena kita telah melaksanakan tugas bernama dakwah.

QS Al A’raf 164: Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.

Kenapa sibuk2 berdakwah sih? Kan yang penting kamu sudah selamat dan biarkan saja orang lain diadzab oleh Allah.

Apa jawaban aktifis dakwah ini? Agar kami punya alasan kepada Rabb kami bahwa dulu kami telah sampaikan pesan2. Masalah apakah didengarkan atau tidak oleh mereka, itu adalah hak Allah.

2. Faedah yang kembali kepada eksternal, yaitu masyarakat
Kalau muslimin di Indonesia yang sebenarnya jumlahnya mayoritas ini, semuanya berdakwah, baik itu di rumah tangganya, di masyarakatnya, di kantornya, di sekolahnya, semua berdakwah, maka di mana2 akan kita saksikan taqwa. Ketaqwaan ada di kantor, di pasar, di Mall, di rumah tangga, dll. Sehingga tidak akan ada lagi kita dengar kekerasan dalam rumah tangga, dsbnya.

Kalau masyarakat berdakwah siang malam, maka akan dijauhkan dari kemaksiatan. Kita lihat di kota mana pun, maupun di desa manapun, bila aktifitas dakwah banyak berada di sana, maka akan tercipta suasana yang menunjang untuk ketaqwaan. Lingkungan yang baik seperti itu sangat mahal. Sehingga ada orang yang sudah tua mau meninggalkan kampung halamannya untuk pindah ke tempat yang seperti itu. Ia giat mengkaji Islam, belajar Islam dan ini lebih dia cintai daripada kampong halamannya sendiri.

3. Al Imaamah (kepemimpinan)
Seseorang atau organisasi, atau apa pun namanya, akan diberikan hak untuk memimpin. Hak kepememimpinan ini adalah untuk memberikan petunjuk agar orang2 mengikuti petunjuk Allah.

QS Al Anbiya 73: Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah

Di sini Allah memberikan isim dzhomir (Subyek) Kami (naa), yaitu Allah, yaitu untuk mengagungkan. Berarti, pemimpin mana pun yang dijadikan Allah pemimpin, itu adalah adzhim (agung).

Seorang pemimpin harus selalu memberikan petunjuk kepada rakyatnya agar beriman kepada Allah. Memberikan petunjuk dengan perintah Kami, artinya dalah selalu mengajak manusia ke jalan Allah.

Kalau ada orang yang bukan berdakwah yang dimenangkan oleh Allah, bukan janji Allah yang salah, tapi ini karena aktifis dakwahnya. Dimurkai oleh Allah.

QS Ash Shaff 2-3: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Dakwah ini adalah nikmat bagi yang mengamalkannya, tapi bencana bagi orang yang tidak menjalankannya.

Tiga sifat ini, yaitu Tawadhu’, Ikhlash’ dan Nashru Dakwah (menyebarkan dakwah), menjadikan seseorang dekat dengan Allah, dan bila seseorang sudah dekat dengan Allah, menjadi termasuk factor terpenting untuk mendapatkan kemenangan2 dari Allah.

Allah mewanti2 kaum muslimin, agar menjauhi sifat2 tercela yang dimiliki orang2 kafir. Tidak boleh sombong, riya’, menghalang2i manusia dari ajaran Allah.

Sifat2 ini lah yang menjadikan hancurnya orang2 musyrik dan kafir Quraisy, mereka kalah dalam perang badar. Makanya kita jangan mengikuti sifat2 orang kafir, karena Islam itu ajaran yang adil. Karena walau kita mengaku beragama Islam, tapi mengikuti sifat2 orang kafir, maka akan berlaku baginya ayat berikut:

An Nisa 123: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah

Berbeda dengan kaum kafir dalam mensikapi kemenangan. Bila kaum muslimin diberikan diberikan kemenangan, maka mereka bertasbih. Kenapa harus bertasbih? Karena mereka yakin betul kemenangan itu datangnya dari Allah, dan kita istighfar ketika menang, karena khawatir dalam meraih kemenagan itu ada campuran kita berbuat maksiat.

Umar bin Khattab ketika diberikan kemenangan maka ia berdoa, “Ya Allah aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku termasuk orang2 yang diberi istidraaj”.

Istidraaj itu adalah kesenangan sesaat yang nantinya akan digantikan dengan adzab. Seperti Allah berikan istidraaj kepada Firaun atau orang2 yang kaya tapi tidak disyukuri.


Semoga kita tetap menjadi aktifitas dakwah yang istiqomah, sehingga diberikan kemenangan dakwah oleh Allah. Aamiin..

Senin, 09 Februari 2015

Rambu2 dan Syarat2 Kemenangan: Menyebarkan Dakwah


Kita ini akan dimenangkan oleh Allah dengan syarat kita selalu bersemangat untuk dakwah di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun. Apa dalilnya?

QS Al Anfal 47: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.  

Tujuan dakwah:
1. Ketika kita keluar dari rumah, tujuannya adalah berjihad menyebarkan dakwah. Ketika dakwah tersebar, maka tidak perlu pakai perang untuk menyebarkan Islam.

Tujuan jihad adalah menyebarkan dakwah, dengan rahmat (kasih sayang), agar seluruh manusia di dunia ini bisa menikmati indahnya Islam. Fakta membuktikan ternyata Islam yang begitu indah ini terhalangi oleh pihak2 tertentu yang tidak menyukai dengan indahnya Islam, dan menghalang2i tersebarnya Islam, sehingga dibutuhkan perang jihad fi sabilillah.

2. Yang ditinggikan oleh orang2 yang berdakwah harusnya adalah kalimat Allah, bukan gurunya, bukan golongannya.
Jangan sampai umat Islam memilah2 ketika mendengarkan dakwah yang bukan berasal dari gurunya, maka dia tidak suka. Dakwah ini bukan untuk golongan tertentu.

Ada juga kalangan yang mengaku umat Islam, yang ketika Islam dihina, sebagian orang diam saja, tapi ketika yang dihina adalah gurunya, golongannya, atau kelompoknya maka semuanya bangkit, seolah2 gurunya, golongannya dan kelompoknya itu lebih penting daripada Allah, Rasul, Quran, dan Islam.

Atau ketika harga bbm naik, banyak yang demo, tapi ketika Islam diinjak2, sedikit yang peduli. Ini seolah2 bbm itu lebih penting daripada Islam.

QS Yusuf 108: Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Ketika kita berdakwah itu mengajak kepada Allah, bukan kepada saya, bukan kepada golongan kami, mazhab kami, guru kami.

Kebanggaan yang benar dan mutlak hanya lah kepada Allah.

3. Menjelaskan kebenaran kepada setiap manusia, baik kepada yang sudah beragama Islam atau pun yang belum beragama Islam.
Jangan sampai seseorang tidak berdakwah karena takut tidak enak kepada orang lain, takut tidak diundang lagi karena tidak sesuai dengan selera pengundang. Tidak! Dakwah itu untuk mengingatkan, kepada yang sudah beriman supaya semakin beriman, dan yang belum beriman agar menjadi semakin paham tentang Islam.

Ketika ulama plintat plintut tidak menerangkan kebenaran dengan jelas maka  ummat tetap dalam keadaan bodoh, tidak tahu mana yang benar dengan jelas.

Ketika berdakwah itu merupakan syarat kemenangan dengan menjelaskan Islam, yaitu memudahkan manusia untuk mengenal Islam, maka manusia akan berbondong2 masuk Islam, sebagaimana yang dijelaskan di dalam surat An Nashr.

Bukankah Nabi dulunya dimusuhi oleh kaumnya, pergi ke Thaif bahkan mau dibunuh oleh orang2 Thaif, tapi apa yang terjadi setelah itu? Kalian melihat manusia berbondong-bondong masuk Islam.

Karena Nabi meskipun diperlakukan apa saja, beliau tetap menyampaikan kebenaran.

Apa pentingnya kita capek2 mengajak manusia untuk mengikuti ajaran Allah?

1. Orang yang berdakwah akan mendapatkan kebaikan kepada si penyeru.
Dakwah bermanfaat kepada dirinya sendiri, yaitu agar nanti ketika semua menghadap Allah, kita diloloskan dari pengadilan Allah karena kita telah melaksanakan tugas bernama dakwah.

QS Al A’raf 164: Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.

Kenapa sibuk2 berdakwah sih? Kan yang penting kamu sudah selamat dan biarkan saja orang lain diadzab oleh Allah.

Apa jawaban aktifis dakwah ini? Agar kami punya alasan kepada Rabb kami bahwa dulu kami telah sampaikan pesan2. Masalah apakah didengarkan atau tidak oleh mereka, itu adalah hak Allah.

2. Faedah yang kembali kepada eksternal, yaitu masyarakat
Kalau muslimin di Indonesia yang sebenarnya jumlahnya mayoritas ini, semuanya berdakwah, baik itu di rumah tangganya, di masyarakatnya, di kantornya, di sekolahnya, semua berdakwah, maka di mana2 akan kita saksikan taqwa. Ketaqwaan ada di kantor, di pasar, di Mall, di rumah tangga, dll. Sehingga tidak akan ada lagi kita dengar kekerasan dalam rumah tangga, dsbnya.

Kalau masyarakat berdakwah siang malam, maka akan dijauhkan dari kemaksiatan. Kita lihat di kota mana pun, maupun di desa manapun, bila aktifitas dakwah banyak berada di sana, maka akan tercipta suasana yang menunjang untuk ketaqwaan. Lingkungan yang baik seperti itu sangat mahal. Sehingga ada orang yang sudah tua mau meninggalkan kampung halamannya untuk pindah ke tempat yang seperti itu. Ia giat mengkaji Islam, belajar Islam dan ini lebih dia cintai daripada kampong halamannya sendiri.

3. Al Imaamah (kepemimpinan)
Seseorang atau organisasi, atau apa pun namanya, akan diberikan hak untuk memimpin. Hak kepememimpinan ini adalah untuk memberikan petunjuk agar orang2 mengikuti petunjuk Allah.

QS Al Anbiya 73: Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah

Di sini Allah memberikan isim dzhomir (Subyek) Kami (naa), yaitu Allah, yaitu untuk mengagungkan. Berarti, pemimpin mana pun yang dijadikan Allah pemimpin, itu adalah adzhim (agung).

Seorang pemimpin harus selalu memberikan petunjuk kepada rakyatnya agar beriman kepada Allah. Memberikan petunjuk dengan perintah Kami, artinya dalah selalu mengajak manusia ke jalan Allah.

Kalau ada orang yang bukan berdakwah yang dimenangkan oleh Allah, bukan janji Allah yang salah, tapi ini karena aktifis dakwahnya. Mari kita lihat ayat berikut:

QS Ash Shaff 2-3: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Dakwah ini adalah nikmat bagi yang mengamalkannya, tapi bencana bila tidak menjalankannya.

Tawadhu’, Ikhlash’ dan Nashru Dakwah (menyebarkan dakwah), adalah syarat untuk mendapatkan kemenangan2 dari Allah.

Dalam Al Anfal 47 di atas, Allah mewanti2 kaum muslimin, agar menjauhi sifat2 tercela yang dimiliki orang2 kafir. Tidak boleh sombong, riya’, menghalang2i manusia dari ajaran Allah.

Sifat2 ini lah yang menjadikan hancurnya orang2 musyrik dan kafir Quraisy, mereka kalah dalam perang badar.

Ajaran Islam adalah ajaran yang tidak ada basa basi. Barangsiapa berbuat kejahatan, pasti dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan tidak akan mendapatkan perlindungan dan pertolongan Allah.

An Nisa 123: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah

Berbeda dengan kaum kafir dalam mensikapi kemenangan. Bila kaum muslimin diberikan diberikan kemenangan, maka mereka bertasbih. Kenapa harus bertasbih? Karena mereka yakin betul kemenangan itu datangnya dari Allah, dan kita istighfar ketika menang, karena khawatir dalam meraih kemenagan itu ada kekhilafan yang kita lakukan.

Umar bin Khattab berdoa, “Ya Allah jangan sampai aku termasuk orang2 yang diberi istidraaj”. Istidraaj itu adalah kesenangan sesaat yang nantinya akan digantikan dengan adzab.


Semoga kita tetap menjadi aktifitas dakwah yang istiqomah, sehingga diberikan kemenangan dakwah oleh Allah. Aamiin..