Sabtu, 28 Februari 2015

Tafsir Al Hayah edisi akhir pekan: Makna Kemenangan dan Pertolongan Allah, Tayang 7 dan 28 Februari 2015

Ada satu fenomena saat ini, yaitu kesalahfahaman dalam memaknai kemenangan, atau memaknai pertolongan. Ini disebabkan oleh:

1. Persepsi yang salah
Karena persepsinya tentang kemenangan hanya satu jenis kemenangan saja, maka ini membuatnya mudah kecewa.

2. Terburu2 ingin memetik hasil
Awalnya punya niat yang baik dalam perjuangan hidup ini, tapi karena ingin terburu2 ingin memetik hasil, sehingga ia kecewa ketika kemenangan tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

3. Penyimpangan dari manhaj (pedoman hidup)
Karena dilihatnya tidak menang2, sehingga ia terjatuh dalam pesimis.


Maka dari itu kita harus mengetahui berbagai makna kemenangan yang luas di dalam Al Quran.

1.  Al Gholabah al mubasshiroh (kemenangan langsung)

Kemenangan itu bisa jadi berupa kemenangan yang langsung yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti yang Allah berikan kepada Nabi dan RasulNya.

QS Al Mujaadalah 21: Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sungguh, Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.


Kememangan yang langsung, di mana umat islam, para Nabi dan Rasul dalam perjuangannya, dimenangkan oleh Allah SWT.

Ketika Allah memenangkan Daud AS, Musa AS, Muhammad SAW di dalam perjuangannya, mereka dimenangkan oleh Allah SWT, dan Allah membinasakan musuh2nya. Peperangan antara Nabi dengan kaum musyrikin memang bisa jadi musuh2nya sempat menang, tapi pada bagian akhirnya, Allah memenangkan Nabi.

QS Al Mu’min 51: Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

Supaya kita percaya akan janji Allah, maka di ayat di atas Allah mempertegas dengan:
1. Inna 
2. Lam 
3. walladzii na aamanuu


Sehingga kemenangan yang langsung itu, yaitu mendapatkan rampasan perang dan larinya orang-orang kafir, adalah fakta yang tidak terbantahkan yang dialami oleh para Rasul. Ini membuat umat Islam yakin bahwa mereka tidak berjuang sendirian, tetapi ditemani oleh Allah SWT.

Kemenangan ini juga akan selalu dianugerahkan kepada pengikut-pengikutnya yang masih mengikuti Sunnah-sunnah Nabi, dan berjihad dengan segala keikhlasan kepada Allah, sebagaimana para Rasul.


2. Allah membinasakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan cara memberikan keselamatan kepada para Nabi dan Rasul dan orang-orang yang bersama mereka.

Yaitu peristiwa yang terjadi dengan Nabi Nuh AS. Pertolongan Allah berupa:

1. Ajaaballohu duaat (Allah mengabulkan doanya)
Ketika kita Nabi Nuh berdoa kemudian dikabulkan, itu adalah pertolongan dari Allah.

2. Allah perintahkan Nuh agar membuat kapal. 
Sehingga ketika banjir, orang2 yang mendustakan RasulNya itu tenggelam, Nuh bersama pengikutnya diselamatkan di perahu. Ini adalah bentuk dari kemenangan dan pertolongan dari Allah.

3. Ketika Allah membinasakan kaumnya Nabi Nuh dengan tuufaan. Air turun dari langit dan air juga keluar dari sumber air di dalam bumi. Ini juga bentuk pertolongan dari Allah.

4. Ketika Allah menyelamatkan Nuh dan orang2 beriman, mereka berada di sebuah perahu dan berada dalam lindungan Allah.

5. Pertolongan Allah diberikan kepada Nuh AS, adalah ketika Nuh bersabar dalam dakwahnya. 

Nuh berdoa, "ya Rabb, sesungguhnya aku berdakwa mengajak kaumku siang malam, untuk beribadah kepada Allah."

Padahal hanya sedikit yang mengikuti Nuh, tapi tidak ada satu pun ayat yang mengatakan bahwa Nuh gagal dalam berdakwah. Ukuran keberhasilan dakwah bukan dari jumlah, tapi komitmennya dengan ajaran Allah SWT. Allah yang memberikan hidayah, yang menggerakkan hati manusia. Yang penting adalah Nuh sabar dalam dakwahnya dan itu adalah bentuk kemenangan.


Pertanyaan dari Host: #1. Ketika manusia dalam kondisi futur (berhenti dalam beramal soleh), kemudian dia diingatkan bahwa kemenangan akan diberikan Allah sebagaimana dalam QS Al Mujaadalah 21. Maka jawaban orang itu: "Itu kan Nabi yang ditolong Allah, kalau kita kan belum tentu mendapatkan pertolongan Allah karena kita manusia biasa"... Bagaimana sebaiknya sikap mukmin?

Jawaban:

Di antara pilar-pilar keimanan kita adalah: at tawaazun baina al ishtishlaa
Di antara pilar akidah yang akan membangun kekuatan energi mentalitas kita adalah at tawaazun (keseimbangan) yaitu antara menyerahkan diri secara total kepada Allah, dibarengi dengan upaya yang maksimal.

Kalau tidak tawaazun, misalnya ia percaya ditolong Allah tapi tanpa dibarengi usaha, maka itu namanya terlalu PD, atau begitu pula kebalikannya, ia berusaha dengan maksimal dan merasa semua hasilnya itu adalah semata-mata karena usahanya, itu juga kePD-an. Karena sesungguhnya hasil yang dia capai semata-mata karena Allah mengizinkan.

Seseorang yang futur dari hidayah, adalah seseorang yang kehilangan salah satunya dari keseimbangan di atas, atau kehilangan kedua-duanya.  

QS Al Mu'min 51: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

Sesungguhnya benar2 kami akan memenangkan Nabi Rasul Kami, dan orang2 beriman. 

Janji Allah akan kita dapatkan ketika kita memenuhi syarat kemenangan. Apa saja syarat-syarat kemenangan itu? Itu akan kita bahas di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Intinya, jangan sampai kita menyalahkan Allah, mengatakan bahwa Allah tidak memenuhi janji. Justru manusia lah yang merusak janji kepada Allah, karena berbuat maksiat.

Umar bin Khattab berkata, “Kemaksiatan kita (kaum muslimin) itu lebih berbahaya daripada musuh2nya”

Karena kalau umat Islam sudah berbuat maksiat, maka pertolongan Allah akan terhalang pada diri kita. Memang orang kafir dengan berbagai medianya itu berbahaya, tapi yang lebih berbahaya lagi adalah ketika maksiat dilakukan di dalam tubuh umat Islam.

Pada perang Hunain, di awalnya hampir kalah, bukan karena jumlahnya sedikit, tapi saat itu jumlah mereka banyak, tapi ada oknum yang merasa sombong, yang mengatakan, "kami tidak akan terkalahkan oleh jumlah yang sedikit". Akhirnya setelah mereka taubat, barulah datang pertolongan Allah dan mereka dimenangkan.

QS At Taubah 25: Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.

QS At Taubah 26: Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

QS At Taubah 27: Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Harus haqul yaqin kalau Allah memberikan janjinya, pasti akan diberikan.

Pertanyaan Host #2. Kita harus haqqul yaqin dengan pertolongan Allah, tapi kalau dihubungkan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Berita kekerasan menjadi berita sehari-hari, dan para penegak hukum gonjang ganjing, fitnah dsbnya. Bagaimana saran ustadz kepada umat muslimin supaya tidak lelah, tidak putus asa dalam berdoa dalam mendapatkan pemimpin yang amanah, yang tegas, adil. 

Jawaban:
Tidak ada permasalahan dalam kehidupan ini kecuali pasti dalam Islam ada solusinya. Karena Al Quran adalah kitab petunjuk.

Petunjuk dalam seluruh kehidupan, termasuk juga petunjuk agar bangsa dan Negara ini menjadi baik. Termasuk petunjuk bagaimana agar pemimpin-pemimpin ini menjadi pemimpin yang baik dan diteladani oleh Rakyatnya.

Kata Nabi: Seluruh umat ku masuk surga, kecuali bagi orang yang tidak mau.
Siapa itu yang tidak mau?
"Barangsiapa yang taat kepadaku itu lah yang masuk surga, dan barangsiapa yang tidak taat, itulah orang yang tidak mau masuk surga."

Ini ditujukan bukan saja ke pemimpinnya, tapi juga rakyatnya. Karena yang memilih pemimpin adalah rakyat, sehingga yang harus mengikuti Al Quran dan Sunnah, itu adalah pemimpin dan rakyatnya. Karena pemimpin itu adalah potret dari rakyatnya.

Ketika rakyatnya baik maka mereka memilih pemimpin yang terbaik.


Pertanyaan #3. Kalau yang dipilih oleh ummat Islam masih juga kalah, ini kenapa?

Jawaban:

Janji Allah berlaku untuk sepanjang masa. Ketika kalah, itu pasti ada kesalahan dalam kaum muslimin.

Di dunia ini, di negara manapun, ummat yang mengaku beragama Islam, ketika memilih pemimpin, harus diperiksa, apakah memilih pemimpin ini berdasarkan ridho Allah, atau berdasarkan yang lainnya? Seorang muslim, orientasinya harusnya Allah.

Sehingga kemenangan kaum muslimin harus dimulai dari pendidikan keluarga, di antaranya adalah pendidikan kepemimpinan.

QS Al Furqan 74: Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang2 yang bertaqwa.

Sehingga logikanya dalam berbangsa dan bernegara, kalau yang dipimpin saja adalah orang2 bertaqwa, maka yang memimpin haruslah lebih bertaqwa lagi..

Jangan terjadi seperti di zaman Bani Israil, yang juga merupakan sebab jatuhnya sebuah Negara yaitu:
1. kalau yang bersalah adalah orang2 kecil, maka akan langsung dihukum
2. kalau yang bersalah adalah orang2 besar, dibiarkan, bahkan dihilangkan hukumannya

Sedangkan di dalam Islam, tuntunannya adalah An Nisa 123 sbb:

QS An Nisa 123: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu, dan bukan (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.

Tafsir Maudhuui atau tafsir tematik, yang kita kaji saat ini, yang lebih dominan adalah ayat2 Al Quran, dan bukan pendapat orang atau pendapat saya, karena manusia bisa salah. Itu sebabnya, yang harus lebih kental dibahas adalah ayat-ayat Al Quran itu sendiri.

QS Al Qomar 9-16:

9: Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).

10: Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)"

11: Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.

12: Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.

13: Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku,

14: Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).

15: Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

16: Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.

Nuh AS penghikutnya cuma sedikit, tapi Allah memenangkan Nuh. 

Maka ketika kaum muslimin berjuang, ukurannya bukan dapat kursi berapa, dapat mentri berapa, bukan itu! Walau itu kita sukai. Tapi yang terpenting adalah komitmen dengan ajaran Allah. 

Buat apa berkuasa, tapi akhir hidupnya ditenggelamkan seperti Firaun. Buat apa berkuasa berpuluh2 tahun tapi dibinasakan oleh rakyatnya. Rakyatnya menghujatnya. Buat apa?

Kaum Nabi Nuh hanya disisakan yang beriman saja. 

Begitu juga kaum Nabi Huud, yaitu Kaum ‘Ad, tidak disisakan, kecuali yang beriman saja, walau jumlahnya hanya sedikit. Tapi tidak dikatakan bahwa Nabi Hud kalah.

QS Al A’rof 70-72:
70. Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar".

71: Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu".

72: Maka kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman.

Allah mencabut mereka sampai seakar2 nya kaum Nabi Nuh, Nabi Hud sampai tidak ada satu pun tersisa orang2 yang tidak beriman. Begitu juga yang terjadi pada kaum Nabi Luth dan Nabi Syuaib. Namun tidak demikian pada kita, kaum Nabi Muhammad.

Kalau umat Nabi Muhammad, meski ada yang tidak beriman, tidak dicabut sampai seakar2nya, masih ada yang dibiarkan dan diberikan kesempatan untuk beriman.Maka seluruh risalah Nabi Muhammad adalah rahmat. Kalau ada umat Muhammad ada yang tidak mengikuti, tidak dibinasakan seluruhnya. Berbeda dengan ummat terdahulu.

Kita bersyukur dan berterimakasih kepada Allah, kita diberi kesempatan untuk beriman.

Jangan berkata, itu kan zaman dulu ustadz. Beda dengan zaman sekarang.

Ada sebagian yang berpikir, kan itu zaman dahulu, ketika ada Nabi di tengah2 kaumnya, kalau mau bertanya, bisa langsung dijawab.

Kita diselamatkan oleh Allah, melalui musibah demi musibah, yang masih selalu diselamatkan oleh Allah.

Al Anfal 32-33: Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika (Al Quran) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.

Kaidahnya dalam kehidupan ini: Allah tidak akan membinasakan mereka (kaum yang tidak beriman) selama mereka masih memohon ampunan. 

Memang saat ini tidak ada lagi Nabi di antara kita, tapi jika kita mau bertobat, maka Allah akan memberikan pertolongan.

Ketika kita bertobat, Allah akan menyelamatkan kita dari berbagai adzab di dunia ini. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan, Kaum muslimin tidak boleh dua kali jatuh ke lubang yang sama.

QS Muhammad 7: Hai orang2 yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan memperteguh kedudukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar