Selasa, 24 Februari 2015

At Tamkin fil Ardhi (Kekokohan dan Kekuasaan di Muka Bumi) Tayang 10, 12, dan 24 Feb 2015


Di antara buah dan hasil hidup di bawah naungan Al Quran adalah at tamkin fil ardh. Kenapa demikian? Karena:

1. Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan orang yang benar2 ihsan (professional) dalam amalnya.
Orang yang hidup di bawah naungan Al Quran, hidupnya tidak asal hidup, tapi ia berkarya yang terbaik. Allah menciptakan manusia untuk menguji siapa yang terbaik amalnya.

QS Al Mulk 2: “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya”

Perhatikan! Di ayat ini Allah tidak menyebutkan “yang paling banyak amalnya (aktsaru amala),” tapi “yang terbaik amalnya (ahsanu amala).” Karena yang terbanyak amalnya, belum tentu yang terbaik.

Apa definisi terbaik amalnya?
1. yang paling benar amalnya
2. yang paling ikhlas amalnya

Orang yang hidupnya di bawah naungan Al Quran, akan memproduksi kebaikan2.

2. Adalah janji Allah bahwa Allah akan memberikan kemenangan dan kekokohan hidup di dunia ini kepada orang2 beriman. Baik zaman dahulu hingga zaman sekarang.

QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,

Zaman dahulu seperti kisah Ash Habul Kahfi, kisah Yusuf as, atau zaman sekarang. Kalau seseorang sudah memenuhi janji Allah dan janji Allah itu pasti benar, maka umat Islam akan diberikan kekuatan yang kokoh.

Ketika kaum muslimin hidup di bawah naungan Al Quran, maka ia memenuhi janjinya kepada Allah, maka Allah akan memenuhi janjiNya dengan memberikan at tamkin kepada orang2 beriman. Umat Islam berabad2 bisa memimpin dunia, bukan hanya di Arab saja, tapi hingga ke Andalusia (Eropa) dan Asia. Sebaliknya, ketika umat muslimin meninggalkan Islam, ia bukan hanya tidak dipimpin, tapi ia juga diperbudak oleh bangsa lain.

Ada kisah, yaitu seorang syeikh ditanya tentang kenapa Andalusia jatuh ke tangan Spanyol setelah ratusan tahun di bawah kekhalifahan Islam?
Jawaban Syeikh: “Iya memang benar, ketika mereka masuk ke Andalusia mereka benar2 orang Islam, beriman, menyerahkan diri secara total kepada Allah. Tapi ketika mereka diusir dari Spanyol, mereka sudah menjadi orang2 yang fanatik dengan nasionalisme Arab, bukan lagi sebagai orang Islam.

Ini menandakan bahwa bangsa Arab sama saja dengan bangsa lainnya. Terbukti, bangsa Arab menjadi menjadi bangsa yang hebat dan mampu memimpin dunia, ketika mereka bersama Al Quran dan Sunnah. Tapi ketika mereka tidak lagi memegang Al Quran dan Sunnah, mereka dijajah oleh bangsa lain, Negara lain. Ini berlaku bukan hanya untuk saudara kita di Arab saja, tapi juga di Indonesia, di mana pun dan kapan pun, ketika kita kembali kepada Al Quran dan Sunnah, kita akan diberikan tamkin oleh Allah SWT.

Seorang mukmin yang diberikan tamkin ketika benar2 hidup di bawah Al Quran, maka ia akan aziz (mulya, tidak terkalahkan), qowiyyan (kuat), maniaan (mempunyai daya tahan yang luar biasa), marhuban (disegani oleh musuh2nya), mansuulan al millati kufri (dimenangkan oleh Allah atas agama2 kekufuran).

Apa makna at tamkin secara Bahasa? Berasal dari kata makkana, yumakkinu tamkinan, artinya: Allah menjadikan pada seorang muslim, kekuasaan (shultoonun) dan kemampuan (qudroh).

Yang memberikan isyarat terhadap makna ini adalah QS AL Kahfi 84.

QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan (tamkin) kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,

Ini kisah yang berkaitan dengan Zulkarnain, seorang raja yang adil, yang diberikan kekuasaan yang luas oleh Allah, ketika ia taat kepada Allah SWT.

Maknanya: Allah memberikan tamkin kepadanya.

Ini tidak tidak terjadi pada Raja Zulkarnain saja, tapi juga terjadi pada ummat2 yang lainnya, ketika Al Quran berbicara tentang Nabi Yusuf as. Yusuf as, mendapatkan ujian yang bermacam2, mulai dari ujian yang datang dari saudaranya sendiri yaitu dimasukkan ke sumur, fitnah perempuan, ujian ketika di penjara (sehingga sampai2 ada ungkapan “penjara adalah perguruan tinggi Nabi Yusuf”), diuji juga dengan kemudahan dan juga kekuasaan, dll… Ternyata ujian2 yang demikian itu bukan adzab, tapi merupakan tarbiyah dari Allah agar tampil lebih dewasa dan lebih matang. Sehingga ketika sudah menjadi pemimpin, ia sudah siap karena sudah diuji dengan ujian yang bermacam2, tapi akhirnya beliau diberikan at tamkin oleh Allah.

QS Yusuf 56-57:
56. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

Di sini dengan jelas Allah menyatakan makkaannaa. Allah SWT telah benar2 memberikan at tamkin kepada Yusuf di muka bumi. Allah berikan kekuasaan kemampuan, untuk mengatur Negara Mesir dengan aturan yang beliau kehendaki atas izin Allah sudah barang tentu, semuanya itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Apakah semua anugerah itu gratis? Tidak! Karena Yusuf sudah berbuat ihsan, professional, tidak asal kerja. Ketika ia bekerja maka ia bekerja dengan sebaik2nya, sehingga Allah membalasnya dengan at tamkin.

At tamkin adalah buah yang sangat baik dari buah2 hidup di bawah naungan Al Quran. Artinya, sesungguhnya Allah memberikan kekokohan di muka bumi melalui jalan orang2 beriman yang menjalankan amal2 soleh.

Jadi kalau orang2 beriman ingin memimpin dunia, ingin lepas dari semua bentuk penjajahan (dijajah makanannya, dijajah ekonominya, dijajah politiknya dstnya), maka harus benar2 hidup di bawah naungan Al Quran.
Mari kita lihat QS An Nuur 55, di ayat ini Allah menjanjikan kepada orang2 beriman untuk diberikan at tamkin.

QS An Nur 55; Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Janji Allah kepada orang2 beriman untuk diberikan tamkin, yaitu shultoon (kekuasaan) dan al qudroh (kemampuan), ternyata tidak gratis. Di dalam ayat ini, ada dua syarat yang harus dipenuhi:

1. Al iman

Ketika disebut iman, ini sudah barang tentu bukan sebatas pengakuan keimanan, tapi keimanan yang benar2 diharapkan oleh Allah SWT, yaitu yang dibuktikan dalam perbuatan.

Ulama mendefinisikan: Iman adalah iqror bil lisan, tasdiiqul bil jinan, wa amalu bil arkan. Diucapkan dengan lisan, ditetapkan di hati, dan dibuktikan oleh seluruh jiwa raga kita.

Ketika orang beriman, maka gerakan tangannya mengikuti kaidah iman. Orang beriman, ketika dia berbicara, maka pembicaraan menggambarkan bahwa dia itu beriman. Tidak berbicara dengan alasan kebebasan berbicara. Ketika dia melihat, maka dia tidak melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Ketika dia mendengar, maka pendengarannya hanyalah mendengarkan sesuatu yang sesuai digariskan oleh iman, tidak mendengarkan sesuatu yang berbau ghibah, membahayakan orang lain. Ketika dia berjalan, maka perjalannnya menuju tempat yang mempunyai faedah keimanan, tidak menuju tempat yang dilarang oleh keimanannya.

Jadi orang yang diberikan tamkin oleh Allah bukan sebatas mengaku beriman. Toh banyak orang yang mengaku beriman tapi kalah melulu? Yang salah bukan imannya, yang salah bukan Islamnya, tapi yang salah adalah orangnya. Kenapa dia mengaku beriman tapi tidak membuktikannya.
Alladziina aamanu minkum. Orang2 yang beriman di antara kalian, Pakai alladiina itu umum, artinya siapa pun yang mempunyai syarat keimanan seperti itu, maka akan diberikan at tamkin.

2. Al ladzzina aamanu minkum
Kenapa dikatakan minkum, dari kalian. Ini adalah isyarat yang lembut agar seluruh kaum muslimin benar2 bermuhasabah. Karena yang diberikan janji oleh Allah bukan semua orang beriman, tapi sebagian dari kalian. Menggambarkan tidak semua orang Islam diberikan kemenangan, apalagi bila orang Islamnya tidak menjalankan iman. Jadi kalau mengaku beragama Islam tapi imannya tidak benar, tidak akan diberikan tamkiin. Tidak semua orang Islam diberikan kemenangan, apalagi jika orang Islamnya tidak mengamalkan ajaran iman.

Ada kisah menarik seorang alim, ketika ia bekerja di jalan Allah, dia memilih di Negara lain, bukan negaranya sendiri. Ketika ditanya kenapa?  Beliau menjawab, “Bagaimana mungkin saya bisa menang bekerja di jalan Allah, tapi orang2nya tidak shlat, dan sering main gaplek. Maka saya hijrah ke Negara lain yang orang2nya sholat.” Dan memang benar, ia mendapatkan at tamkin di Negara itu.


Insya Allah akan disampaikan lebih jauh tentang at tamkin di kajian2 selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar