Di antara buah dan hasil hidup di bawah
naungan Al Quran adalah at tamkin fil ardh. Kenapa demikian? Karena:
1. Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan
orang yang benar2 ihsan (professional) dalam amalnya.
Orang yang hidup di bawah naungan Al Quran,
hidupnya tidak asal hidup, tapi ia berkarya yang terbaik. Allah menciptakan
manusia untuk menguji siapa yang terbaik amalnya.
QS Al Mulk 2: “Liyabluwakum ayyukum ahsanu
‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya”
Perhatikan! Di ayat ini Allah tidak
menyebutkan “yang paling banyak amalnya (aktsaru amala),” tapi “yang terbaik
amalnya (ahsanu amala).” Karena yang terbanyak amalnya, belum tentu yang
terbaik.
Apa definisi terbaik amalnya?
1. yang paling benar amalnya
2. yang paling ikhlas amalnya
Orang yang hidupnya di bawah naungan Al
Quran, akan memproduksi kebaikan2.
2. Adalah janji Allah bahwa Allah akan
memberikan kemenangan dan kekokohan hidup di dunia ini kepada orang2 beriman.
Baik zaman dahulu hingga zaman sekarang.
QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya
jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
Zaman dahulu seperti kisah Ash Habul Kahfi,
kisah Yusuf as, atau zaman sekarang. Kalau seseorang sudah memenuhi janji Allah
dan janji Allah itu pasti benar, maka umat Islam akan diberikan kekuatan yang
kokoh.
Ketika kaum muslimin hidup di bawah naungan
Al Quran, maka ia memenuhi janjinya kepada Allah, maka Allah akan memenuhi
janjiNya dengan memberikan at tamkin kepada orang2 beriman. Umat Islam berabad2
bisa memimpin dunia, bukan hanya di Arab saja, tapi hingga ke Andalusia (Eropa)
dan Asia. Sebaliknya, ketika umat muslimin meninggalkan Islam, ia bukan hanya
tidak dipimpin, tapi ia juga diperbudak oleh bangsa lain.
Ada kisah, yaitu seorang syeikh ditanya tentang
kenapa Andalusia jatuh ke tangan Spanyol setelah ratusan tahun di bawah kekhalifahan
Islam?
Jawaban Syeikh: “Iya memang benar, ketika
mereka masuk ke Andalusia mereka benar2 orang Islam, beriman, menyerahkan diri
secara total kepada Allah. Tapi ketika mereka diusir dari Spanyol, mereka sudah
menjadi orang2 yang fanatik dengan nasionalisme Arab, bukan lagi sebagai orang
Islam.
Ini menandakan bahwa bangsa Arab sama saja
dengan bangsa lainnya. Terbukti, bangsa Arab menjadi menjadi bangsa yang hebat
dan mampu memimpin dunia, ketika mereka bersama Al Quran dan Sunnah. Tapi
ketika mereka tidak lagi memegang Al Quran dan Sunnah, mereka dijajah oleh bangsa
lain, Negara lain. Ini berlaku bukan hanya untuk saudara kita di Arab saja,
tapi juga di Indonesia, di mana pun dan kapan pun, ketika kita kembali kepada
Al Quran dan Sunnah, kita akan diberikan tamkin oleh Allah SWT.
Seorang mukmin yang diberikan tamkin ketika
benar2 hidup di bawah Al Quran, maka ia akan aziz (mulya, tidak terkalahkan),
qowiyyan (kuat), maniaan (mempunyai daya tahan yang luar biasa), marhuban
(disegani oleh musuh2nya), mansuulan al millati kufri (dimenangkan oleh Allah
atas agama2 kekufuran).
Apa makna at tamkin secara Bahasa? Berasal
dari kata makkana, yumakkinu tamkinan, artinya: Allah menjadikan pada seorang
muslim, kekuasaan (shultoonun) dan kemampuan (qudroh).
Yang memberikan isyarat terhadap makna ini
adalah QS AL Kahfi 84.
QS Al Kahfi 84: Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan (tamkin) kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan
kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
Ini kisah yang berkaitan dengan Zulkarnain,
seorang raja yang adil, yang diberikan kekuasaan yang luas oleh Allah, ketika
ia taat kepada Allah SWT.
Maknanya: Allah memberikan tamkin
kepadanya.
Ini tidak tidak terjadi pada Raja
Zulkarnain saja, tapi juga terjadi pada ummat2 yang lainnya, ketika Al Quran
berbicara tentang Nabi Yusuf as. Yusuf as, mendapatkan ujian yang bermacam2,
mulai dari ujian yang datang dari saudaranya sendiri yaitu dimasukkan ke sumur,
fitnah perempuan, ujian ketika di penjara (sehingga sampai2 ada ungkapan “penjara
adalah perguruan tinggi Nabi Yusuf”), diuji juga dengan kemudahan dan juga
kekuasaan, dll… Ternyata ujian2 yang demikian itu bukan adzab, tapi merupakan
tarbiyah dari Allah agar tampil lebih dewasa dan lebih matang. Sehingga ketika
sudah menjadi pemimpin, ia sudah siap karena sudah diuji dengan ujian yang
bermacam2, tapi akhirnya beliau diberikan at tamkin oleh Allah.
QS Yusuf 56-57:
56. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan
kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia
kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang
Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
baik.
57. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu
lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.
Di sini dengan jelas Allah menyatakan
makkaannaa. Allah SWT telah benar2 memberikan at tamkin kepada Yusuf di muka
bumi. Allah berikan kekuasaan kemampuan, untuk mengatur Negara Mesir dengan
aturan yang beliau kehendaki atas izin Allah sudah barang tentu, semuanya itu
merupakan rahmat dari Allah SWT. Apakah semua anugerah itu gratis? Tidak!
Karena Yusuf sudah berbuat ihsan, professional, tidak asal kerja. Ketika ia
bekerja maka ia bekerja dengan sebaik2nya, sehingga Allah membalasnya dengan at
tamkin.
At tamkin adalah buah yang sangat baik dari
buah2 hidup di bawah naungan Al Quran. Artinya, sesungguhnya Allah memberikan
kekokohan di muka bumi melalui jalan orang2 beriman yang menjalankan amal2
soleh.
Jadi kalau orang2 beriman ingin memimpin
dunia, ingin lepas dari semua bentuk penjajahan (dijajah makanannya, dijajah
ekonominya, dijajah politiknya dstnya), maka harus benar2 hidup di bawah
naungan Al Quran.
Mari kita lihat QS An Nuur 55, di ayat ini
Allah menjanjikan kepada orang2 beriman untuk diberikan at tamkin.
QS An Nur 55; Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Janji Allah kepada orang2 beriman untuk diberikan
tamkin, yaitu shultoon (kekuasaan) dan al qudroh (kemampuan), ternyata tidak
gratis. Di dalam ayat ini, ada dua syarat yang harus dipenuhi:
1. Al iman
Ketika disebut iman, ini sudah barang tentu
bukan sebatas pengakuan keimanan, tapi keimanan yang benar2 diharapkan oleh
Allah SWT, yaitu yang dibuktikan dalam perbuatan.
Ulama mendefinisikan: Iman adalah iqror bil
lisan, tasdiiqul bil jinan, wa amalu bil arkan. Diucapkan dengan lisan,
ditetapkan di hati, dan dibuktikan oleh seluruh jiwa raga kita.
Ketika orang beriman, maka gerakan tangannya
mengikuti kaidah iman. Orang beriman, ketika dia berbicara, maka pembicaraan
menggambarkan bahwa dia itu beriman. Tidak berbicara dengan alasan kebebasan
berbicara. Ketika dia melihat, maka dia tidak melihat sesuatu yang diharamkan
oleh Allah. Ketika dia mendengar, maka pendengarannya hanyalah mendengarkan
sesuatu yang sesuai digariskan oleh iman, tidak mendengarkan sesuatu yang
berbau ghibah, membahayakan orang lain. Ketika dia berjalan, maka perjalannnya
menuju tempat yang mempunyai faedah keimanan, tidak menuju tempat yang dilarang
oleh keimanannya.
Jadi orang yang diberikan tamkin oleh Allah
bukan sebatas mengaku beriman. Toh banyak orang yang mengaku beriman tapi kalah
melulu? Yang salah bukan imannya, yang salah bukan Islamnya, tapi yang salah
adalah orangnya. Kenapa dia mengaku beriman tapi tidak membuktikannya.
Alladziina aamanu minkum. Orang2 yang
beriman di antara kalian, Pakai alladiina itu umum, artinya siapa pun yang
mempunyai syarat keimanan seperti itu, maka akan diberikan at tamkin.
2. Al ladzzina aamanu minkum
Kenapa dikatakan minkum, dari kalian. Ini
adalah isyarat yang lembut agar seluruh kaum muslimin benar2 bermuhasabah.
Karena yang diberikan janji oleh Allah bukan semua orang beriman, tapi sebagian
dari kalian. Menggambarkan tidak semua orang Islam diberikan kemenangan,
apalagi bila orang Islamnya tidak menjalankan iman. Jadi kalau mengaku beragama
Islam tapi imannya tidak benar, tidak akan diberikan tamkiin. Tidak semua orang
Islam diberikan kemenangan, apalagi jika orang Islamnya tidak mengamalkan ajaran
iman.
Ada kisah menarik seorang alim, ketika ia
bekerja di jalan Allah, dia memilih di Negara lain, bukan negaranya sendiri.
Ketika ditanya kenapa? Beliau menjawab,
“Bagaimana mungkin saya bisa menang bekerja di jalan Allah, tapi orang2nya
tidak shlat, dan sering main gaplek. Maka saya hijrah ke Negara lain yang
orang2nya sholat.” Dan memang benar, ia mendapatkan at tamkin di Negara itu.
Insya Allah akan disampaikan lebih jauh
tentang at tamkin di kajian2 selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar