Minggu, 05 Oktober 2014

Kehidupan dalam naungan Al Quran

Tafsir Al Hayah ini menggunakan pendekatan tafsir tematik, sehingga fokusnya pada tema2 besar Al Quranul Karim yang dekat dengan Kehidupan.

1. Al Quranul Karim memanggil seluruh orang beriman kepada kehidupan sehingga mereka memahami kehidupan.
QS Al Anfal 24: “Ya orang2 beriman penuhilah panggilan Allah dan Rasul ketika menyeru kamu kepada sesuatu yang menghidupkan kalian.”
Di ayat di atas, kita sudah dipanggil oleh Allah sebagai orang beriman, tapi kita masih disuruh untuk beriman. Artinya kita masih disuruh mewujudkan keimanan kita, dan ketika orang2 beriman mewujudkan kehidupan keimanannya, ia akan menghasilkan kebaikan2.

2. Al Quran pedoman kehidupan, yang memanggil mengajak orang2 beriman, untuk merelisasikan kehidupan keimanan.
Meskipun kita sudah beriman, tapi ingat, iman itu bukan sebatas ucapan, sebatas status di KTP kita, tapi iman itu harus mewujud, direalisasikan dalam amal ibadah kita, sehingga iman yang benar akan memberikan kehidupan untuk menggerakkan hati kita kepada kebenaran. Sehingga ketika mukmin diberikan jabatan, maka ia akan menjalankannya dengan sebenar2nya, ia akan jujur.
Seorang mukmin tidak mungkin menjadi pendusta. Al Quran memanggil kita untuk merealisasikan keimanan.

3. Al Quran menyeru orang2 beriman untuk memenuhi sebab (berusaha semaksimal mungkin),.
Seorang mukmin percaya bahwa seluruh ketentuan di dunia ini membutuhkan kerja yang sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang baik.

4. Al Quran menyeru kita untuk mempersiapkan kekuatan kita, sehingga kita menjadi bangsa yang kuat
QS Al Anfal 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Di QS Al Anfal 60, kata Wa a ‘idduu (dan siapkanlah) di atas adalah kata kerja perintah (fi’lu amri). Pada prinsipnya perintah Allah itu wajib. kecuali jika ada perintah lainnya. Sehingga kaum mukmin harus kuat, kuat secara fisik, ruhiyah maupun pikiran.

Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.
Ketika Allah memerintahkan kita untuk kuat, hikmahnya, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat, sehingga tidak akan diintervensi oleh bangsa lain. Jika bangsa ini lemah, maka bangsa kita bisa dipermainkan oleh bangsa lain, meski jumlah kita banyak.

5. Al Quran mengajak kita semuanya untuk mempersiapkan diri dengan sebenar2nya persiapan untuk mengemban amanah yang besar, di mana makhluk Allah yang lain (langit, bumi, gunung) menolaknya karena tidak sanggup. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia.

Kenapa manusia mau memikul amanah yang besar? Karena manusia sangat zhalim dan bodoh. Kapan manusia itu zhalim dan bodoh? Ketika manusia terjebak tidak bisa mengikuti petunjuk Allah.

Jadi amanah yang berat ini harus kita persiapkan dan di antara amanah yang besar itu adalah amanah kepemimpinan. Di mana ayah kita, yaitu Adam as diciptakan untuk memimpin dunia (sayyidul li hadzal kaum).
Kepemimpinan dalam AQ adalah membangun (imarah) dan memperbaiki (ishlah).
Ketika Nabi dating ke Madinah, Nabi membangun Madinah, bukannya merampas harta Madinah.

6. Al Quran mengajak seluruh ummat manusia kepada tujuan dari kehidupan.
Tidak sedikit manusia yang kehilangan dari tujuan hidup. Sehingga kita kasihan dan harus membantunya ketika melihat seseorang membunuh dirinya sendiri dengan narkoba, seseorang korupsi, dll.


QS Adz Dzariyat 56: tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu.

Seorang hamba yang selalu menyembah Allah, seluruh aktifitasnya harus benar2 bernilai ibadah, kita berimahtangga kita beribadah, kita membangun bangsa dan Negara kita beribadah. Tidak ada rakyat yang dirugikan dan tidak ada pemimpin yang takut

Dalam lingkup rumah tangga, kita dengar dari Kementrian Agama bahwa angka perceraian setiap tahun meningkat. Padahal mayoritas kita adalah umat Islam. Kenapa demikian? Karena kita khawairkan ketika seseorang menikah dengan tujuan bukan ibadah, tapi untuk bersenang2. Tapi jika tujuannya ibadah, semakin tua, kita akan makin emncintai pasangan kita. Walau sudah meninggal, ia masih mengingat2 pasangannya.

Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, adalah ibadah, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat karena satu visi dan misi, yaitu ibadah.

7. Al Quran mengajarkan kepada seluruh kehidupan manusia tentang timbangan ukuran paradigma yang benar untuk menimbang kehidupan ini.
Seluruh kehidupan di dunia ini tidak lebih dari senda gurau dan permainan. Berbeda dengan akhirat yang kehidupan yang hakiki.

Ketika kehidupan ini tidak dikaitkan dengan akhirat, maka isinya hanya senda gurau. Hukum dipermainkan, yang benar bisa kalah, yang salah bisa menang, dsb. Berbeda jika kita mengacu pada Al Quran, timbangannya jelas, tidak aka nada orang yg dizholomi.

Berbagai pendapat/opini di tengah2 masyarakat, dapat membuat bingung jika kita tidak punya timbangan. Kenapa orang2 yang sama2 punya pengetahuan agama dalilnya berbeda2. Jika timbangannya benar, maka kita terima, tapi kalau timbangannya salah, kita tolak. Jadi kita harus bisa menimbang setiap peristiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar