Senin, 27 Oktober 2014

Sikap Orang Beriman terhadap Orang Munafik

Seorang muslim itu cerdas, ia tahu bahwa ia tidak hidup sendirian, tapi hidup bersama manusia2 lainnya. Ia juga paham bahwa setiap manusia itu berbeda-beda pemahamannya terhadap Islam.
Orang2 beriman ini juga berinteraksi dengan orang2 munafik, orang yang mengaku Islam tetapi dalam dirinya menyimpan kebencian terhadap Islam.

Di antara karakteristik ajaran Islam, ajaran Al Quran, adalah bertahap. Termasuk menyikapi orang2 munafik. Bagaimana caranya?

1. Sesuai dengan dzhohirnya.
Mengaku sebagai orang Islam, maka sikap ini yang pertama harus diprioritaskan. Kita hanyalah menyikapi manusia sesuai dengan dzhohirnya, kita tidak berhak memvonis seseorang dengan bathiniyahnya, karena yang tahu isi hati manusia hanya Allah SWT. Kita tidak boleh mengatakan, “orang itu mengaku2 Islam, tapi hatinya tidak.”
Tidak boleh mengatakan seperti itu, karena hanya Allah yang tahu isi manusia.

2. Memaafkan.
Ketika orang2 munafik, yang mengaku beragama Islam ini mendapatkan panggilan jihad, maka mereka tidak ikut berjuang dengan alasan2 yang didatangkan untuk meyakinkan dengan agar tidak berjuang.

QS At Taubah 42-43: “Sekiranya (yang kamu serukan kepada mereka) ada keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, niscaya mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu terasa sangat jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jikalau kami sanggup niscaya kami berangkat bersamamu.” Mereka membinasakan diri sendiri dan Allah mengetahui bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
Allah memaafkanmu (Muhammad). Mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhalangan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta.”

Di antara sifat orang munafik, tidak sanggup menerima tugas2 yang berat. Kalau perjalanan itu dekat dan mendapatkan kesenangan, mereka mau ikut. Tapi di saat ada perintah berangkat jihad di perak Tabuk, mereka minta izin,

Allah yang yang menciptkana Nabi, tapi Alloh memberikan contoh ketika menegur seseorang. Di QS At Taubah 43 itu Allah menegur Nabi, dengan cara yang lembut.
“Allah memaafkanmu (Muhammad), kenapa engkau memaafkan mereka.”

3. Mengumumkan perang (baru sebatas diumumkan)
Al Quran mentarbiyah umat Islam agar umat ini cerdas, termasuk dalam menyikapi orang2 munafik sesuai dengan dzhohirnya, yaitu beragama Islam, lalu Nabi dengan santun memaafkan orang2 munafik yang bersikap abstain dalam menerima tugas2 dakwah.

Kaum Muslimini tidak dibiarkan tertipu dengan kebiasaan orang munafik yang memang suka menipu. Jika mereka tidak berhenti berbuat kerusakan, yaitu sesuatu yang membahayakan internal ummat Islam, maka akan diumumkan perang, dan Al Quran memberikan semangat kepada Rasulullah untuk melakukan hal ini.

QS Al Ahzab 60-62 adalah sebuah pengumuman dari Allah: sungguh jika orang2 munafik dan orang2 yang di dalam hatinya ada keraguan, keingkaran, tidak juga berhenti, maka umumkan agar memerangi mereka, dan tidak boleh bertetangga dengan Rasulullah. Ini lah sikap ketiga, agar seluruh umat Islam di dunia ini tegas kepada orang2 munafik.

Tiga sifat, yaitu sifat nifaq, hatinya ragu terhadap Islam, dan berbuat keonaran, sebenarnya untuk mensifati satu orang, yaitu munafik.

Orang2 seperti itu harus diberikan sanksi: mereka tidak boleh dijadikan tetangga kamu, kecuali sedikit (yang diperkirakan masih bisa berubah), dan mereka dilaknat (dijauhkan dari rahmat Allah). Bisa jadi orang munafik itu kaya, berkuasa, popular, tapi dia dilaknat oleh Allah sehingga ketenarannya, kekuasaannya, kekayaannya tidak memberikan keberkahan pada dirinya.
Pura2 beragama Islam tapi memusuhi Islam, maka orang2 seperti ini tidak boleh berdekatan dengan pemimpin Islam, karena sifat itu dilaknat oleh Allah.

4. Bila setelah diiberi peringatan. tidak juga berubah, maka akan diperangi.
Instruksi untuk tegas terhadap orang2 kafir dan munafik dijelaskan di QS At Taubah 73 dan At Tahrim 9: Hai Nabi, perangilah orang2 kafir dan orang2 munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka.

Apa korelasi antara orang kafir dengan munafik? Sehingga dalam dua ayat di atas orang kafir dan orang munafik disambungkan dengan huruf “waw” (dan), karena keduanya menunjukkan adanya kesamaan.

Orang kafir dan orang munafik sama2 memerangi kaum muslimin. Orang munafik memerangi dari dalam, dan orang2 kafir dari luar. Musuh dari dalam, lebih berbahaya, karena mereka mengatakan: “kami saudaramu.” Padahal mereka musuh yang sebenarnya. Orang kafir jelas kekafirannya, sedangkan orang munafik mengaku beragama Islam, tetapi memerangi dari dalam.

Allah memerintahkan Nabi dan kaum muslimin memerangi kaum munafik. Apa bentuk memeranginya?
Ath Thobari mengatakan, memerangi orang munafik dengan cara berargumentasi saja.
Tapi tidak semua ulama seperti Ath Thobari, yaitu cukup dengan berargumentasi saja, ada juga ulama yang mengatakan: ketika orang2 munafik sudah berada di barisan kaum muslimin, tidak cukup dengan berargumentasi. Memerangi kaum kafir dengan senjata, maka memerangi kaum munafik juga dengan senjata.

Pada saat perang kemerdekaan Indonesia, kita juga menemukan orang-orang munafik. Bukankah ketika kita dijajah Belanda, ada orang2 Indonesia yang menjadi kaki tangan Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar