Selasa, 09 Juni 2015

Jalan Menuju Kemandirian

Dalam kajian2 sebelumnya kita telah sama2 belajar tentang pentingnya bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang emmimpin diri sendiri, bukan dipimpin bangsa lain.

Bagaimana caranya?

Al Quran dan As Sunnah, sumber yang pastiu benar adanya, telah mengajarkan:

1. Planning
Jangan terjebak pada pekerjaan yang spontanitas, tanpa perencanaan. Sebuah perencanaan yang teliti yang melahirkan sebuah kemandirian.

Perencanaan yang benar2 berangkat dari perhitungan yang matang. Jangan sampai anak bangsa ini terjebak dalam istilah, “saya kira…” Harus berdasarkan angka2 yang kongkrit bukan angka siluman

2. Pengetahuan yang jelas

3. Skala prioritas
Karena realitasnya bangsa ini adalah bangsa manusia yang tidak bisa terlepas dari keterbatasnnya, sedangkan kebutuhan ada banyak

4. Potensi2 yang tersedia
Umat yang besar ini hidupnya bukan di atas awan, yang berdasarkan kata2 “kalau tidak salah”.

5. Kemampuan untuk mengembangkan

6. Obsesi ke depan
Anak kita yang lahir sekarang, kita didiidk untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang, sehingga obsesi kita adalah melihat puluhan tahun ke depan.

1. Planning
Para pemimpin kita zaman dulu, sudah dipersiapkan sejak usia 7 tahun, didatangkan guru2 untuk mempersiapkan ia menjadi pemimpin di masa depan.

Bukankah Nabi dipersiapkan Allah untuk menjadi pemimpin. Kenapa harus bersusah2 selama 13 tahun di Mekkah, dan kemudian hijrah ke Madinah, lalu kenapa bukan Madinah yang menjadi kota, tapi kenapa Mekkah, dsbnya.

Ini adalah bentuk perencanaan. Beliau ketika diusir dari Mekkah, tidak meminta tolong kepada Yahudi, Nasrani, Romawi, karena benar2 ingin membangun kemandirian.

Kekuatan ekonomi di Mesir bukan tanpa perencanaan, tapi karena Yusuf as mempersiapkannya dengan persiapan yang matang.

QS Yusuf 47-49:
47. Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu siapkan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

49. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras anggur."

Nabi Yusuf planning pertanian sbb:
Tujuh tahun semangat dalam bertani
Tujuh tahun kedua mempertahankannya
Satu tahun untuk memetik hasil

Jadi 15 tahun untuk merencanakan ekonomi.

Yusuf bukan semata2 seorang nabi, tapi Nabi yang memiliki perencanaan.

Ini bisa dimulai dari individu2 juga, mulai dari anggota keluarga hingga bangsa, terbiasa dnegan planning2.

2. Pengembangan Sistem Kehidupan
Sistem yang ada, harus selalu dikembangkan. Karena kita hidup menuju sekian ratus tahun ke depan, sehingga harus dilihat kembali.
Kita bersyukur kepada Allah dan para ulama yang telah merebut kemerdekaan dari Belanda. Tapi kita melihat masih banyak peninggalan Belanda. Bagaimana orang2 masih mau menggunakan hukum2 yang ditinggalkan oleh penjajah. Manusia mana pun yang telah merdeka, masak masih mau menggunakan peraturan peninggalan penjajah.

APalagi kita kaum muslimin yang mempunyai Allah, dengan Al Quran dan As Sunnah. Karena Al Quran bukan untuk umat Islam saja, tapi untuk seluruh manusia.

Meliputi juga system pendidikan kita. Pelatihan2 kita harus diperbaharui, dinamis. Kita ingin punya mobil yang besar, sementara di sekolah anak2 kita, mobil yang dipelajari masih mobil peninggalan zaman dahulu. Di negara2 lain, yang ingin menjadi Negara maju, dia beli mobil terbaru, kemudian dipreteli, dipelajari untuk bsia mengikuti bagaimana membuat mobil yang terbaru.

Kita ini dididik untuk menjadi pemimpin, bukan sekarang, tapi juga ke depannya.


3. Potensi Sumber Daya Manusia

Di dalam masalah2 yang berkaitan dengan manajerial, keuangan, harus dikembangkan. Di zaman Nabi ada uang emas dinar, dan dirham, sehingga tidak kenal penyusutan nilai mata uang yang melorot. Jika kita ingin baik, maju, adalah sebuah pengulangan yang baik2. Yang baik2 itu kita kembangkan, jangan sampai mengikuti yang buruk2.

QS At Taubah 122: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Di dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk kepada kaum muslimin, tidak boleh kaum muslimin seluruhnya perang pergi berjihad. Padahal kita tahu afdholul amal itu jihad. Tapi harus ada yang tetap di tempatnya untuk belajar ilmu agama.

Tidak semuanya menjadi Ibnu Abbas, tapi ada juga yang menjadi Khalid bin Walid.

Ada ornag yang punya potensi seperti Umar bin Khattab yang bisa melihat ummatnya. Karena ia melihat fenomena di masyarakat, kalau panglima perangnya Khalid, orang2 berkata, “asyik panglima perangnya adalah Khalid”. Khawatir dengan penyelenwangan aqidah, maka Umar mengganti panglima perang. Bukan akrena Umar tidak suka kepada Khalid.

Tidak ada istilah bangsa tertentu tidak terkalahkan. Karena ada yang mengatakan, Yahudi tidak terkalahkan. Padahal dulu Abdurrahman bin Auf miskin, tapi kemudian ia menjadi saudagar kaya karena ia bekerja dengan perencanaan yang matang.

Salman Al Farisi seorang ahli strategi perang. Ada juga Abu Dzarrin yang zuhud.

Sahabat2 Rasulullah mempunyai berbagai potensi.

Ketika kaum muslimin tidak mengadakan perencanaan, maka yang terjadi adalah, kita berada di satu lembah, dan Islam ada di lembah lainnya.

Kemandirian itu ada jalannya. Tidak akan terjadi secara spntanitas, dibutuhkan adalahnya planning dan pengembangan.

Ketika berada di masyarakat yang ebrmasalah ekonominya, kita bersungguh2 membangun ekobominya. Ketika umat Islam yang bolong2 kekuatan militernya, maka kita semua harus membantu menjadi militer yang kuat sehingga tidak dirampas bangsa lain. Ketika yang bolong2 aqidahnya, maka kita membangun aqidah bangsa itu agar tidak dibegal aqidah mereka.

Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar