Dalam kajian2 sebelumnya kita telah sama2
belajar tentang pentingnya bangsa kita menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang
emmimpin diri sendiri, bukan dipimpin bangsa lain.
Bagaimana caranya?
Al Quran dan As Sunnah, sumber yang pastiu
benar adanya, telah mengajarkan:
1. Planning
Jangan terjebak pada pekerjaan yang
spontanitas, tanpa perencanaan. Sebuah perencanaan yang teliti yang melahirkan
sebuah kemandirian.
Perencanaan yang benar2 berangkat dari
perhitungan yang matang. Jangan sampai anak bangsa ini terjebak dalam istilah, “saya
kira…” Harus berdasarkan angka2 yang kongkrit bukan angka siluman
2. Pengetahuan yang jelas
3. Skala prioritas
Karena realitasnya bangsa ini adalah bangsa
manusia yang tidak bisa terlepas dari keterbatasnnya, sedangkan kebutuhan ada
banyak
4. Potensi2 yang tersedia
Umat yang besar ini hidupnya bukan di atas
awan, yang berdasarkan kata2 “kalau tidak salah”.
5. Kemampuan untuk mengembangkan
6. Obsesi ke depan
Anak kita yang lahir sekarang, kita didiidk
untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang, sehingga obsesi kita adalah
melihat puluhan tahun ke depan.
1. Planning
Para pemimpin kita zaman dulu, sudah
dipersiapkan sejak usia 7 tahun, didatangkan guru2 untuk mempersiapkan ia
menjadi pemimpin di masa depan.
Bukankah Nabi dipersiapkan Allah untuk
menjadi pemimpin. Kenapa harus bersusah2 selama 13 tahun di Mekkah, dan
kemudian hijrah ke Madinah, lalu kenapa bukan Madinah yang menjadi kota, tapi
kenapa Mekkah, dsbnya.
Ini adalah bentuk perencanaan. Beliau
ketika diusir dari Mekkah, tidak meminta tolong kepada Yahudi, Nasrani, Romawi,
karena benar2 ingin membangun kemandirian.
Kekuatan ekonomi di Mesir bukan tanpa
perencanaan, tapi karena Yusuf as mempersiapkannya dengan persiapan yang
matang.
QS Yusuf 47-49:
47. Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu
bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa
yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu
makan.
48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh
(tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu siapkan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu
simpan.
49. Setelah itu akan datang tahun, di mana
manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras anggur."
Nabi Yusuf planning pertanian sbb:
Tujuh tahun semangat dalam bertani
Tujuh tahun kedua mempertahankannya
Satu tahun untuk memetik hasil
Jadi 15 tahun untuk merencanakan ekonomi.
Yusuf bukan semata2 seorang nabi, tapi Nabi
yang memiliki perencanaan.
Ini bisa dimulai dari individu2 juga, mulai
dari anggota keluarga hingga bangsa, terbiasa dnegan planning2.
2. Pengembangan Sistem Kehidupan
Sistem yang ada, harus selalu dikembangkan.
Karena kita hidup menuju sekian ratus tahun ke depan, sehingga harus dilihat
kembali.
Kita bersyukur kepada Allah dan para ulama
yang telah merebut kemerdekaan dari Belanda. Tapi kita melihat masih banyak
peninggalan Belanda. Bagaimana orang2 masih mau menggunakan hukum2 yang
ditinggalkan oleh penjajah. Manusia mana pun yang telah merdeka, masak masih
mau menggunakan peraturan peninggalan penjajah.
APalagi kita kaum muslimin yang mempunyai
Allah, dengan Al Quran dan As Sunnah. Karena Al Quran bukan untuk umat Islam
saja, tapi untuk seluruh manusia.
Meliputi juga system pendidikan kita.
Pelatihan2 kita harus diperbaharui, dinamis. Kita ingin punya mobil yang besar,
sementara di sekolah anak2 kita, mobil yang dipelajari masih mobil peninggalan
zaman dahulu. Di negara2 lain, yang ingin menjadi Negara maju, dia beli mobil
terbaru, kemudian dipreteli, dipelajari untuk bsia mengikuti bagaimana membuat
mobil yang terbaru.
Kita ini dididik untuk menjadi pemimpin,
bukan sekarang, tapi juga ke depannya.
3. Potensi Sumber Daya Manusia
Di dalam masalah2 yang berkaitan dengan
manajerial, keuangan, harus dikembangkan. Di zaman Nabi ada uang emas dinar,
dan dirham, sehingga tidak kenal penyusutan nilai mata uang yang melorot. Jika
kita ingin baik, maju, adalah sebuah pengulangan yang baik2. Yang baik2 itu
kita kembangkan, jangan sampai mengikuti yang buruk2.
QS At Taubah 122: Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.
Di dalam ayat ini, Allah memberikan
petunjuk kepada kaum muslimin, tidak boleh kaum muslimin seluruhnya perang
pergi berjihad. Padahal kita tahu afdholul amal itu jihad. Tapi harus ada yang
tetap di tempatnya untuk belajar ilmu agama.
Tidak semuanya menjadi Ibnu Abbas, tapi ada
juga yang menjadi Khalid bin Walid.
Ada ornag yang punya potensi seperti Umar
bin Khattab yang bisa melihat ummatnya. Karena ia melihat fenomena di
masyarakat, kalau panglima perangnya Khalid, orang2 berkata, “asyik panglima
perangnya adalah Khalid”. Khawatir dengan penyelenwangan aqidah, maka Umar
mengganti panglima perang. Bukan akrena Umar tidak suka kepada Khalid.
Tidak ada istilah bangsa tertentu tidak
terkalahkan. Karena ada yang mengatakan, Yahudi tidak terkalahkan. Padahal dulu
Abdurrahman bin Auf miskin, tapi kemudian ia menjadi saudagar kaya karena ia
bekerja dengan perencanaan yang matang.
Salman Al Farisi seorang ahli strategi
perang. Ada juga Abu Dzarrin yang zuhud.
Sahabat2 Rasulullah mempunyai berbagai
potensi.
Ketika kaum muslimin tidak mengadakan
perencanaan, maka yang terjadi adalah, kita berada di satu lembah, dan Islam
ada di lembah lainnya.
Kemandirian itu ada jalannya. Tidak akan
terjadi secara spntanitas, dibutuhkan adalahnya planning dan pengembangan.
Ketika berada di masyarakat yang ebrmasalah
ekonominya, kita bersungguh2 membangun ekobominya. Ketika umat Islam yang
bolong2 kekuatan militernya, maka kita semua harus membantu menjadi militer
yang kuat sehingga tidak dirampas bangsa lain. Ketika yang bolong2 aqidahnya,
maka kita membangun aqidah bangsa itu agar tidak dibegal aqidah mereka.
Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang
mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar