Kamis, 04 Juni 2015

Sikap Orang2 Beriman Terhadap Orang2 Kafir Yang Netral

Al Quran yang jelas adil. Oleh karena itu, setelah kita mengetahui dari kajian2 sebelumnya, bahwa orang2 beriman harus beda dengan orang2 yang bukan muslim, karena kitab sucinya juga berbeda.

Sikap orang beriman kepada saudaranya adalah loyal, sehingga tidak boleh ada sikap memusuhi, walau berbeda jamaah. Karena orang beriman itu wala’ (loyalitas) nya kepada Allah.

QS Al Maidah 55: Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah)

Pertanyaannya, bagaimana sikap orang beriman terhadap orang kafir yang tidak memusuhi, memerangi Islam?

1. Sikap ini dijelaskan Allah dalam QS Al Mumtahanah ayat 8.

Al Mumtahanah 8: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang- orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil

Allah tidak melarang kita untuk berbuat baik, untuk berbuat adil kepada mereka.

Islam tidak memerintahkan orang beriman untuk memerangi orang kafir karena kekufuran mereka. Tidak!

Laa ikrooha fiddiin (Tidak ada paksaan di dalam Agama).

Agar kita tidak sebatas memahami secara teori, mari kita lihat bagaimana realitas umat Islam dalam berbangsa dan bernegara, sebagai muslim yang punya tetangga orang kafir, apakah terputus hubungan mereka begitu saja? Tidak!

Hadist: Asma’ binti Abi Bakr ra menanyakan kepada Rasulullah tentang ibunya yang masih musyrik. "Yaa Rasulullah, ibu saya datang ingin bertemu denganku, apakah aku boleh menemuinya?"
Jawab Rasulullah, "iya silakan."

2. Perbedaan aqidah tidak menjadikan seorang muslim bersikap tidak adil kepada orang kafir.

Kisah lainnya:

1. Rasulullah memerintahkan sahabatnya, dalam rangka menjaga agamanya dan juga nyawanya, memerintahkan sahabat2nya agar hijrah ke Habasyah (Ethiopia), yang saat itu masyarakatnya beragama Kristen.

Ini menggambarkan nabi sangat perhatian terhadap sahabatnya, tidak mungkin membiarkan sahabat2nya terintimidasi.

2. Rasulullah benar2 obyektif, yaitu tidak menyamaratakan semua orang kafir. Orang2 Habasyah juga orang2 kafir, tapi di sana orang2 kafirnya beda dengan Quraisy, disebutkan bahwa orang2 Habsyah adalah orang yang jujur. Raja Najasy, Raja Habasyah saat itu, akhirnya masuk Islam, tapi menyembunyikan keIslamannya, karena mayoritas rakyatnya masih Nasrani. Ketika Raja Habasyah meninggal, Rasulullah tahu cara berterima kasih, Nabi mensholatkan jenazahnya dengan cara sholat ghaib.

3. Kisah yang berkaitan dengan Ibnu Abi Ma’bad. Rasulullah bisa berkomunikasi dengan baik. Ketika di perang Uhud kaum muslimin kalah, walau sebagian ulama mengatakan tidak kalah, karena setelah itu bangkit kembali.

Ketika Ma’bad datang sebagai utusan Abu Sufyan kepada Rasulullah, dan Rasulullah dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyampaikan kepada Abu Sufyan, “Kalian pulang saja, karena Muhammad sudah menyiapkan pasukan yang besar.” Ini yang membuat

3. Al Quran memberikan arahan kepada orang2 beriman untuk toleransi kepada orang2 yang bukan muslim.

QS Al Jatsiyah (45) ayat 14 dan 15:
14. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

15. Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan tentang ayat ini: Allah memerintahkan orang2 beriman untuk sabar terhadap orang2 kafir, agar tidak membalas kejahatan orang2 kafir, dan ini terjadi di awal2 Islam. Tujuannya, agar ini bisa menjadikan hati mereka lebih lembut. Dan itu terbukti, tidak terlalu lama, seluruh jazirah Arab menjadi Islam semua, karena akhlaq orang2 Islam.

Sebuah jamaah yang terdiri dari Rasulullah, diusir dari tanah airnya, dirampas hartanya, lalu hijrah ke Madinah, dan ketika kembali ke Mekkah, Nabi dan sahabat2nya tidak balas dendam.

Bagaimana perlakuan kaum muslimin ketika sudah menjadi jamaah yang besar? Nabi dan sahabat2nya tidak balas dendam, tidak menghancurkan berhala2 orang2 kafir. Nabi justru mempersilakan penduduk Negri Mekkah secara bebas, padahal mereka itu selama 13 tahun menyiksa Nabi dan para sahabat. Kalau ini bukan sejarah, bukan suatu hal yang sudah benar2 terjadi, mungkin orang akan mengatakan bahwa Al Quran hanya khayalan saja. Tapi kenyataannya, ini sudah terjadi dan ajaran Al Quran adalah nyata.

Jangan sampai ada orang yang takut dengan Islam, jangan sampai ada yang sentimen terhadap Islam. Tidak ada bahasa balas dendam di dalam Islam. Yang ada hanyalah, mereka diberikan kesempatan berpikir untuk melihat keindahan Islam, atau mereka tetap dalam kekufuran.

Tidaklah sama antara toleransi (at tasaamuh) dengan keberpihakan/loyalitas (al walaa’). Di satu sisi ajaran Islam adalah ajaran yang toleransi, karena kita tidak boleh memaksa orang lain untuk masuk Islam. Tapi itu bukan berarti ia memberikan loyalitasnya kepada mereka.

Toleransi menggambarkan kebebasan, termasuk kebebasan berakidah, beragama.
Sedangkan loyal adalah inti dalam ajaran akidah Islam.

Tidak boleh dicampur. Jangan sampai karena toleransi kepada non muslim, ia membenci saudara Islamnya, apalagi dalam rangka mendapatkan kepentingan2 dunia.

Dan sebaliknya, karena loyalnya kepada Islam, membuatnya tidak toleransi kepada non muslim. Kedua2nya tidak boleh.

Namun, saat pencampuradukan toleransi dan loyalitas itu terjadi, apa penyebabnya?

1. Al ghuluw (berlebihan)
Siapa pun di dunia ini kalau sudah ghuluw (berlebihan), maka ia akan masuk dalam pemahaman yang salah. Termasuk juga orang Yahudi, yang berlebihan sehingga meyakini Uzair anak tuhan. Orang2 Nasrani juga berlebihan, karena meyakini Isa sebagai anak tuhan.

QS At Taubah 30: Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putera Allah." Dan orang-orang Nasrani berkata, "Al Masih putera Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?

Kita kaum muslimin, jangan berlebihan, sehingga mencampuradukkan dua hal yang berbeda.

2. Niat yang buruk
Bisa jadi orang itu tahu bahwa toleransi itu berbeda dengan loyalitas, tapi karena punya hawa nafsu, maka dia mencampuradukkannya.


Sikap kaum muslimin sudah jelas toleransi kepada orang2 kafir yang tidak memerangi Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar