Selasa, 02 Juni 2015

Ujian dalam Kehidupan Dunia

Di antara sunnatullah, adalah ujian (al ibtila). Tidak ada dalam kehidupan ini sepi dari ujian. Untuk memahami bahwa ujian itu ketentuan Allah yang pasti terjadi, mari kita kembali kepada ayat2 Allah agar kita mempunyai persepsi yang benar tentang ujian, sehingga kita mempunyai sikap yang benar ketika menghadapi ujian Allah.

1. Ujian adalah sebuah realitas kemanusiaan

Setiap manusia pasti diuji oleh Allah SWT, apakah ia orang beriman atau bukan, apakah ia orang kaya atau bukan. Sehingga redaksi kata yang dipilih adalah al insan

QS Al Insan 2: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (nuthfah) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

QS Al Mulk 2: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.

Ketika Allah menciptkan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji siapa dari manusia yang terbaik amalnya.

Setiap manusia pasti diuji oleh Allah, dengan rasa sakit, haus, dan sebagainya

QS An Nisa 104: Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

Dalam peperangan, ketika orang muslim luka, merasa sakit, begitu juga dengan yang non muslim. Semua sama.

Semua manusia sama, sehingga ketika kita diuji, kita tidak merasa sebagai orang yang paling menderita.

2. Ujian adalah realitas keimanan

Setiap mukmin pasti diuji Allah untuk mengetahui apakah imannya benar atau tidak, asli atau palsu.

QS Al Ankabut 2: Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?

Ketika seseorang beriman, maka pasti ia diuji oleh Allah SWT. Ternyata tidak selamanya ujian itu buruk. Tidak selamanya ujian itu berupa sakit, karena sehat juga ujian. Tidak selamanya ujian itu berupa kemiskinan, karena kaya juga ujian. Tidak selamanya kekalahan itu ujian, karena kemenangan juga ujian, dstnya.

Ujian kemudahan justru lebih berat. Ketika sehat, sedikit orang yang emngingat Allah, dan ketika sakit ia banyak mengingat Allah. Ketika ia sulit, ia banyak mengingat Allah, dan ketika kaya, ia lupa mengingat Allah, seperti halnya Qarun.

QS Ibrahim 6: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir`aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu".

Ketika Allah memberikan nikmat kepada Bani Israil berupa keselamatan dari kejaran Firaun, justru di situ ujian yang terbesar.

Ini memberikan pelajaran bagi kita bahwasanya kesenangan itu juga ujian. Sehingga kita waspada ketika diberikan kesenangan, kita harus tahu bahwa itu juga ujian.

Sungguh mengagumkan urusan orang beriman, ketika diberi ujian dia sabar, dan itu baik baginya, dan ketika diberi nikmat ia bersyukur.

3. Ujian adalah realitas dakwah

Setiap mukmin diwajibkan untuk berdakwah, mengajak kepada Allah, dengan hikmah, dengan ansehat yang baik, dengan cara berdiskusi yang terbaik, bukan dengan cara yang menyakiti seseorang.

Ternyata tidak ada profesi yang lebih baik daripada dakwah. Tapi orang yang berdakwah itu pasti diuji Allah.

1. Diuji dari internal
Diuji dengan orang2 internal dirinya, orang tua yang menyayanginya, anak2 yang membanggakannya, diuji dengan istrinya, dengan saudara2nya, dengan harta benda miliknya.

Jika dia tidak lulus dari ujian ini, maka akan keluar dari taat kepada Allah, dan ia menjadi orang yang fasik.

QS At Taubah 24: Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

Jadi ada 8 perkara yang merupakan ujian yang ebrasal dari internal aktifis dakwah:
1. bapak2nya
2. anak2nya
3. saudara2nya
4. istrinya
5. keluarga besarnya
6. Harta bendanya
7. Bisnisnya
8. Rumah2nya

Sehingga kita jumpai orang berdakwah mengikuti selera masyarakat, bukan mengikuti aturan Allah. Kalau ini terjadi, bisa2 kita tidak mendapatkan petunjuk dari Allah.

Ancaman Allah SWT bagi orang2 yang berdakwah yang lebih menyintai dunia daripada Allah, Rasululllah dan berjuang di jalan Allah, maka digunakan kata “bi amrihi”, yaitu sesuatu yang misterius yang mengancam seseorang dalam berdakwah.

Ketika kita jujur dalam berdakwah, komitmen, maka kita akan memilih jalan dakwah.

2. Ujian yang datang dari luar

Ujian yang berasal dari orang2 yang tidak senang Islam, tidak senang Al Quran, yaitu berupa:
1. Ditangkap dan dipenjarakan,
2. Dibunuh
3. Diusir

QS Al Anfal 30: Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.

Dan Allah mengingatkan dengan ungkapan “wa idz” yang artinya, “ingatlah di saat itu”, ini adalah ketentuan Allah yang akan berulang.

Ketika seseorang berdakwah, sesungguhnya ia menyebarkan kasih sayang kepada orang seluruh dunia. Tapi ingatlah bahwa dakwah bukanlah hamparan karpet merah. Karena dakwah akan mengganggu kesenangan mereka, hobi mereka, dsbnya.

Rasulullah SAW, pernah mau dibunuh oleh penduduk Quraisy, atas inisiatif dari setan yang berubah bentuk menjadi orang tua dari daerah Najn. Dia memanas2i orang2 Quraisy agar membunuh Nabi. Begitu pula realitas bagi para dai hingga saat ini.

3. Ujian adalah realitas ukuran standarisasi

Ukuran untuk melihat siapa yang paling tegar menghadapi ujian, itulah orang2 terbaik.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, Nabi bersabda: “Manusia yang paling dahsyat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang2 yang shaleh, kemudian orang2 yang baik setelah zaman para Nabi dan orang2 sholeh.”

Orang yang tegas dalam memegang agamanya, maka akan ditambah lagi ujiannya. Kita pahami redaksi hadist ini, “ziidahalu,” yaitu orang itu diuji lagi demi kebaikan dirinya.


Jadi ketika orang mukmin diuji oleh Allah, lalu ia lulus ujian, maka ia akan lebih diuji lagi, dan ujian itu baik bagi dirinya, agar ia lebih tegar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar