Kehidupan yang baik,
Kehidupan yang indah
Kehidupan yang kekal.
Apa yang orang-orang beriman dapatkan di
syurga, seimbang dengan yang mereka kerjakan di dunia. Orang-orang beriman ketika
hidup di dunia, dipersempit ruang geraknya karena ada batasan-batasan syariat
agar tidak mengikuti hawa nafsu.
QS An Nahl 97: “Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Ketika orang-orang beriman memperbaiki
kehidupan dunianya, maka di akhirat nanti akan memnhdapatkan balasannya
QS Hud 108: “Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang
lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.”
Kenikmatan di syurga
QS. Al Muthoffifiin 22: “Innal abrooro
lafii na’iim” (Sesungguhnya orang yang berbakti itu
benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga)
Orang-orang beriman di sini disebut dengan
kata Abror, berasal dari kata Birr (kebaikan) dan Bar (daratan), yaitu agar orang-orang
beriman memproduksi kebaikan seluas-luasnya, seluas daratan di dunia ini.
Berbuat Al birr (kebajikan), bukan dengan kesempatan sisa, tenaga sisa, usaha
sisa. Tapi yang terbaik.
Apa itu Jannah?
Jannah yang
diartikan syurga, adalah kebun yang ada pohon-pohon dan pohon kurma.
Jinaan adalah
bentuk single dari Jannah.
Dalam Bahasa
Arab, tidak disebut Jannah, kecuali bisa di dalam kebun itu terdapat pohon
kurma dan pohon anggur. Dari ungkapan ini kita mengetahui betapa indahnya
Jannah, negri yang penuh dengan kenikmatan di akhirat nanti.
Secara maknawi,
disebut Jannah, yang maknanya Tertutup. Kenapa? Yaitu karena ketika di dunia,
pahalanya masih belum terlihat, masih tertutup.
Siapakah yang
Pertama-tama Masuk ke dalam Syurga?
A. As Saabiquun
(Orang-orang Terdahulu)
QS Al Waqi’ah
10-12: “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang
didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan”
Di dalam ayat
di atas disebutkan As Saabiquun (orang-orang terdahulu), yaitu orang-orang yang
didekatkan oleh Allah. Ulama berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud
dengan As Saabiquun ini.
1. Para Nabi
2. Orang-orang
yang terdahulu beriman kepada Allah dan RasulNya, yaitu Muhajirin dan orang-orang
yang berhijrah di masa awal.
QS At Taubah
100: “Orang-orang terdahulu lagi yang
pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar”
Wa a ‘addalahum jannaatin (Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga).
3. Orang-orang
yang sempat menjalankan sholat menghadap ke dua kiblat, yaitu Masjidil Aqsha
(kiblat pertama) dan kemudian Masjidil Haram (kiblat kedua).
4. Orang yang
lebih awal ke masjid daripada yang lainnya. Orang yang pertama keluar berjuang
di jalan Allah.
Dari ke empat
pendapat di atas, terlihat secara zhohir terlihat para ulama berbeda pendapat,
tapi ini bukan perbedaan hakiki. Ini menggambarkan orang-orang yang awal adalah
yang terbaik. Jadi, jika ada kebaikan, jadikan kita orang yang pertama2
melakukannya.
B. Ash Haabul Yamiin
(Mendapatkan buku catatan dengan tangan kanan)
QS Al Waqi’ah
27-40: “Dan
golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara
pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang mengalir
terus-menerus, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan
tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk, Kami
menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung, lalu Kami jadikan
mereka perawan-perawan, yang penuh cinta dan sebaya umurnya, untuk golongan
kanan, segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar
pula dari orang yang kemudian.”
Mereka adalah orang-orang Islam
yang dulu di dunia memproduksi kebaikan2 sehingga di akhirat mendapatkan buku
catatan dengan tangan kanan.
C.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama masuk Syurga.
Hadist: “Saya adalah Nabi yang
terbanyak pengikutnya dan saya adalah orang pertama yang mengetuk pintu
syurga.”
Hadist: “Ketika aku mengetuk
pintu syurga, penjaga bertanya, siapa engkau. Aku menjawab, Saya Muhammad.
Penjaga mengatakan, “aku diperintahkan tidak membukanya sebelum engkau masuk.”
D.
Orang-orang fakir dari kelompok Muhajirin yang berhijrah dalam rangka berjuang
ke Madinah.
Orang-orang fakir ini lebih
dahulu masuk syurga daripada orang-orang kaya.
Hadist: “Sesungguhnya
orang-orang fakir dari kalangan orang Muhajirin lebih dulu masuk syurga
daripada orang-orang kaya, selisihnya 40 tahun.”
Siapa yang terakhir masuk
syurga, sekaligus terakhir keluar dari neraka?
Hadist dari Abdullah bin Masud
ra, dialog antara Allah dengan hamba-Nya. Hadist ini panjang.
“Sungguh saya mengetahui orang
yang keluar dari neraka dan terakhir masuk syurga. Orang yang keluar dari
neraka dalam keadaan merangkak itu dikatakan, “masuklah kamu ke dalam syurga.”
Tapi orang itu mengkhayal, dalam pikirannya syurga sudah penuh, sehingga ia
mengatakan, “Ya Allah, Syurga sudah penuh.”
Kata Allah, “Masuklah.”
Hal ini berulang sampai tiga
kali.
Dan ketika ia sudah masuk
syurga, Allah berfirman, “masuklah kamu ke syurga, kamu akan mendapatkan dunia
dan seluruhnya dan 10 kali lipatnya.”
Bayangkan! Orang yang terakhir
masuk syurga saja, masih mendapatkan kenikmatan yang sebegitu besarnya.
Tapi hal ini jangan sampai
membuat kita berkata, “Ya sudah, saya masuk syurga yang terakhir saja deh.”
Jangan seperti itu! Kita tidak akan sanggup merasakan neraka.
Kita berdoa pada Allah agar
kita termasuk 70 ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab. Maka dari itu, kita
berdoa: “Waja ‘alna lil muttaqiina
imaama.” Agar kita menjadi lebih bertaqwa lagi, karena kita meminta supaya
menjadi pemimpinnya orang bertaqwa. Kalau yang dipimpin saja adalah orang
bertaqwa, berarti pemimpinnya harus lebih bertaqwa daripada yang dipimpin.
Berbuat baik itu jangan dengan
yang sisa-sisa. Sisa umur, sisa jabatan, sisa dana. JANGAN! Orang-orang beriman
yang cerdas adalah selalu yang berlomba-lomba untuk memproduksi kebaikan-kebaikan,
sehingga syurganya nanti adalah syurga Firdaus. Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar