Selasa, 25 November 2014

Kehidupan orang-orang Beriman di Syurga

Kehidupan yang baik,
Kehidupan yang indah
Kehidupan yang kekal.

Apa yang orang-orang beriman dapatkan di syurga, seimbang dengan yang mereka kerjakan di dunia. Orang-orang beriman ketika hidup di dunia, dipersempit ruang geraknya karena ada batasan-batasan syariat agar tidak mengikuti hawa nafsu.

QS An Nahl 97: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Ketika orang-orang beriman memperbaiki kehidupan dunianya, maka di akhirat nanti akan memnhdapatkan balasannya

QS Hud 108: “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.”

Kenikmatan di syurga

QS. Al Muthoffifiin 22: “Innal abrooro lafii na’iim” (Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga)
Orang-orang beriman di sini disebut dengan kata Abror, berasal dari kata Birr (kebaikan) dan Bar (daratan), yaitu agar orang-orang beriman memproduksi kebaikan seluas-luasnya, seluas daratan di dunia ini. Berbuat Al birr (kebajikan), bukan dengan kesempatan sisa, tenaga sisa, usaha sisa. Tapi yang terbaik.           

Apa itu Jannah?
Jannah yang diartikan syurga, adalah kebun yang ada pohon-pohon dan pohon kurma.
Jinaan adalah bentuk single dari Jannah.

Dalam Bahasa Arab, tidak disebut Jannah, kecuali bisa di dalam kebun itu terdapat pohon kurma dan pohon anggur. Dari ungkapan ini kita mengetahui betapa indahnya Jannah, negri yang penuh dengan kenikmatan di akhirat nanti.

Secara maknawi, disebut Jannah, yang maknanya Tertutup. Kenapa? Yaitu karena ketika di dunia, pahalanya masih belum terlihat, masih tertutup.

Siapakah yang Pertama-tama Masuk ke dalam Syurga?

A. As Saabiquun (Orang-orang Terdahulu)

QS Al Waqi’ah 10-12: “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan”

Di dalam ayat di atas disebutkan As Saabiquun (orang-orang terdahulu), yaitu orang-orang yang didekatkan oleh Allah. Ulama berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud dengan As Saabiquun ini.

1. Para Nabi
2. Orang-orang yang terdahulu beriman kepada Allah dan RasulNya, yaitu Muhajirin dan orang-orang yang berhijrah di masa awal.

QS At Taubah 100:Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar”

Wa a ‘addalahum jannaatin (Allah menyediakan bagi mereka surga-surga).

3. Orang-orang yang sempat menjalankan sholat menghadap ke dua kiblat, yaitu Masjidil Aqsha (kiblat pertama) dan kemudian Masjidil Haram (kiblat kedua).

4. Orang yang lebih awal ke masjid daripada yang lainnya. Orang yang pertama keluar berjuang di jalan Allah.

Dari ke empat pendapat di atas, terlihat secara zhohir terlihat para ulama berbeda pendapat, tapi ini bukan perbedaan hakiki. Ini menggambarkan orang-orang yang awal adalah yang terbaik. Jadi, jika ada kebaikan, jadikan kita orang yang pertama2 melakukannya.

B. Ash Haabul Yamiin (Mendapatkan buku catatan dengan tangan kanan)

QS Al Waqi’ah 27-40: “Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang mengalir terus-menerus, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk, Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta dan sebaya umurnya, untuk golongan kanan, segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.”

Mereka adalah orang-orang Islam yang dulu di dunia memproduksi kebaikan2 sehingga di akhirat mendapatkan buku catatan dengan tangan kanan.

C. Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama masuk Syurga.

Hadist: “Saya adalah Nabi yang terbanyak pengikutnya dan saya adalah orang pertama yang mengetuk pintu syurga.”

Hadist: “Ketika aku mengetuk pintu syurga, penjaga bertanya, siapa engkau. Aku menjawab, Saya Muhammad. Penjaga mengatakan, “aku diperintahkan tidak membukanya sebelum engkau masuk.”

D. Orang-orang fakir dari kelompok Muhajirin yang berhijrah dalam rangka berjuang ke Madinah.

Orang-orang fakir ini lebih dahulu masuk syurga daripada orang-orang kaya.

Hadist: “Sesungguhnya orang-orang fakir dari kalangan orang Muhajirin lebih dulu masuk syurga daripada orang-orang kaya, selisihnya 40 tahun.”
Siapa yang terakhir masuk syurga, sekaligus terakhir keluar dari neraka?
Hadist dari Abdullah bin Masud ra, dialog antara Allah dengan hamba-Nya. Hadist ini panjang.
“Sungguh saya mengetahui orang yang keluar dari neraka dan terakhir masuk syurga. Orang yang keluar dari neraka dalam keadaan merangkak itu dikatakan, “masuklah kamu ke dalam syurga.” Tapi orang itu mengkhayal, dalam pikirannya syurga sudah penuh, sehingga ia mengatakan, “Ya Allah, Syurga sudah penuh.”
Kata Allah, “Masuklah.”
Hal ini berulang sampai tiga kali.
Dan ketika ia sudah masuk syurga, Allah berfirman, “masuklah kamu ke syurga, kamu akan mendapatkan dunia dan seluruhnya dan 10 kali lipatnya.”

Bayangkan! Orang yang terakhir masuk syurga saja, masih mendapatkan kenikmatan yang sebegitu besarnya.

Tapi hal ini jangan sampai membuat kita berkata, “Ya sudah, saya masuk syurga yang terakhir saja deh.” Jangan seperti itu! Kita tidak akan sanggup merasakan neraka.

Kita berdoa pada Allah agar kita termasuk 70 ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab. Maka dari itu, kita berdoa: “Waja ‘alna lil muttaqiina imaama.” Agar kita menjadi lebih bertaqwa lagi, karena kita meminta supaya menjadi pemimpinnya orang bertaqwa. Kalau yang dipimpin saja adalah orang bertaqwa, berarti pemimpinnya harus lebih bertaqwa daripada yang dipimpin.

Berbuat baik itu jangan dengan yang sisa-sisa. Sisa umur, sisa jabatan, sisa dana. JANGAN! Orang-orang beriman yang cerdas adalah selalu yang berlomba-lomba untuk memproduksi kebaikan-kebaikan, sehingga syurganya nanti adalah syurga Firdaus. Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar