Sabtu, 01 November 2014

Kedudukan Hijrah

Betapa tingginya kedudukan hijrah di dalam Al Quranul Karim. Kalau kita membaca ayat2 Al Quran tentang hijrah, Allah menyebut hijrah bersamaan dengan menyebut ibadah2 lainnya yang penting. Bersama ibadah apa sajakah hijrah disebutkan?

A. Ash Shobru (bersabar)
QS An Nahl 110: “Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah menyebut orang2 yang berhijrah, di mana mereka setelah difitnah oleh orang2 kafir Quraisy dan teman2nya di kampung halamannya tidak menjamin kebebasan, mereka diusir, kemudian mereka berhijrah dan bersabar.”
Seperti apa pentingnya kesabaran, sehingga kesabaran disamakan dengan berhijrah? Bersabar adalah:

1. Wasiat Allah untuk setiap Rasul.
Tidak ada Nabi yang diutus oleh Allah kecuali diinstruksikan untuk sabar. Rasul yang paling mulia, masih diperintahkan untuk bersabar, sebagaimana ulul azmi diperintahkan untuk bersabar.
QS Al Ahqaf 35: “Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati (ulul ‘azmi),”

Mana ada di dunia ini yang lebih sabar dari Rasulullah SAW, tapi Rasulullah itu pun masih diperintahkan Allah untuk bersabar. Logikanya, Nabi yang ma’sum saja masih diperintahkan untuk bersabar, apalagi kita.
Semua ibadah yang penting, dibutuhkan kesabaran. Dalam mencari nafkah, untuk tetap komitmen berjamaah di masjid, dll, semua membutuhkan kesabaran.

2. Pucuk kepemimpinan
Tidak ada di dunia ini menjadi pemimpin yang diridhoi oleh Allah, kecuali sabar menjadi modalnya.
QS As Sajdah 24: “Dan kami jadikan di antara mereka para pemimpin, selalu memberikan petunjuk dengan perintah kami.”

3. Ma’iyatullah (keikutsertaan Allah)
“Innallaaha ma ‘ash shoobiriin” (Allah bersama orang2 yang bersabar)

B. Al Hijrah adalah Al Jihad
QS Al Baqoroh 218: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Urgensi Al Jihad, menurut Ibnu Asyur, seorang pakar tafsir, mengatakan, di dalam ayat di atas, Allah mengulang2 “alladzii” sampai dua kali, untuk mengagungkan hijrah dan jihad. Kalau Allah mengagungkan hijrah dan jihad, apakah kita sebagai hamba Allah sinis terhadap hijrah dan jihad? Tidak!

Ungkapan “ulaa ikal yarjuu narrahmatallah”, bagaimana harapan kita untuk mendapatkan rahmat Allah ini, keniscayaan, jalannya adalah jihad.
Orang2 yang berhirah dan berjihad diberikan sifat orang yg beruntung/sukses/mendapat kemenangan, sebagaimana Allah jelaskan di QS At Taubah 20: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”

Bukankah hidayah keislaman adalah kemenangan yang paling mahal, kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kita di Indonesia, mendapatkan Islam, adalah hasil proses hijrah yang dilakukan kaum muhajirin yang membawa Islam ke Indonesia.

C. Mengikuti Rasulullah (Ittiba’ur Rasul)
QS At Taubah 117: “Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.”

Mengikuti Rasul adalah ibadah yang sangat tinggi kedudukannya dalam Islam dan Sunnah.
Kenapa mengikuti Rasulullah itu disebut ibadah yang sangat tinggi kedudukannya? Karena mengikuti Rasulullah itu sebagai bukti bahwa seseorang, kita semuanya, beriman kepada Rasulullah.
Katakanlah wahai Muhammad, jika kamu benar2 menyintai Allah dan Rasul, maka ikutilah aku.
Ketika ada firman Allah yang dimulai dengan Qul (katakanlah), setelah itu adalah sesuatu yang sangat besar, sesuatu itu adalah menyintai Allah

Imam Ibnu Katsir mengatakan: ayat ini sebagai bantahan bagi orang yang mengaku menyintai Allah tapi dia tidak mengikuti Rasulullah SAW.
Kita lihat, apakah benar, mencintai Allah, tapi tidak mengikuti Rasulullah. Mengatakan cinta Allah dan cinta Rasul, tapi dalam mencari nafkah, dalam rumah tangga, dalam berpolitik, dalam berseni budaya, tidak mengikuti Rasulullah, Cinta dibuktikan dengan mengikuti, bukan pernyataan semata.

Krisis yang dialami umat Islam saat ini adalah krisis keteladanan. Orang2 yang menjadi teladan saat ini di masyarakat, adalah mereka yang mengaku cinta Allah cinta Rasul, tapi membenci ajaran yang dibawa Nabi.
QS An Nisa 61:
“Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah turunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul", niscaya kamu melihat orang-orang munafik berpaling darimu dengan sesungguhnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar