Sabtu, 08 November 2014

Pedoman Kehidupan (Tafsir QS Al 'Ashr)

Surat Al 'Ashr, surat yang pendek, namun kandungannya luar biasa. “Seandainya Allah SWT di dalam Al Quran hanya menurunkan surat Al 'Ashr, kandungannya sudah cukup,” kata Imam Syafi’i. Apa yang menjadikan Imam Syafi’I kagum dengan Surat Al 'Ashr?

1. Allah bersumpah dengan waktu.
Ketika ada makhluk dipakai untuk bersumpah oleh Allah, itu tandanya hal itu adalah penting.
Waktu bagaikan pedang. Kalau kita bisa menggunakan untuk mendayagunakan kebaikan, maka kita bisa mendapatkan kebaikan, jika tidak, maka sebaliknya. Waktu adalah membangun dan menghancurkan.

Seperti apa waktu dikelola? Ini ada dalam surat Al 'Ashr.
Di dalam surat ini Allah memvonis dengan ungkapan “innal insaana lafii khusrin” (sesungguhnya manusia benar2 tenggelam dalam kerugian).
“Khusrin” (kerugian) memunjukkan nakhiroh, menggambarkan kerugian ini benar2 kerugian yang besar. Kerugian individu, bangsa dan Negara. Yaitu selama manusia itu hanya sebagai manusia, maka disebutkan insan. Manusia dengan sisi kemanusiaannya saja tidak cukup untuk menjadi orang yang beruntung.

Maka dalam AQ ketika Allah menyebutkan manusia dengan al insan, itu untuk manusia dalam kondisi negatif, misalnya: manusia diciptakan dalam keadaan lemah atau manusia yang dzholim dan bodoh (QS Al Ahzab 72-73).

QS Al Ahzab (33) 72-73: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Ketika manusia di dunia ini hidup hanya dengan sisi kemanusiaannya saja, tidak menggunakan keimanannya, maka kalau dia itu berrumahtangga, maka rumahtangga itu akan hancur, kalau itu Negara, maka Negara itu akan rugi dan bangkrut.
Apa panduan kehidupan yang menjadikan kita umat manusia selamat dari kerugian?
Jawabannya: beriman.

Orang beriman itulah yang tidak rugi. Tidak rugi dalam keluarganya, dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena orang beriman mengikuti perintah2 Allah. Ketika orang lain terjatuh ke zina, maka orang beriman tidak akan terjatuh ke zina. Karena orang beriman tidak menyekutukan Allah dengan apa pun. Tidak dengan berhala, pemimpinnya, hawa nafsunya.
QS Al Anam 82: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Orang2 yang beiman yang tidak menodai imannya dengan kedzhoiman dan syirik, itulah orang yang akan mendapatkan rasa aman
Secara individu dia aman, tidak terkena stress. Keluarganya aman, tidak kena bahaya selingkuh, bahaya narkoba, bahaya tawruan, dsb. Masyarakatnya aman, masyarakat yang terdiri dari keluarga2 muslim, aman. Betapa sebuah bangsa yang dulunya carut marut, mereka berubah menjadi Negara yang sukses karena rakyatnya terdiri dari orang2 yang beriman.

2. Kiat sukses orang beriman: amal sholeh dan amal jama’i.
Karena Allah berfirman dalam surat Al 'Ashr ini, yang disebut adalah orang2 yang beriman, dan orang2 yang beramal sholeh (semua dalam bentuk jamak).
Jadi orang yang sukses bukanlah orang yang sendirian. Meskipun dia berada di tengah2 jutaan manusia, tapi tidak ada orang yang mengikutinya, tidak ada yang bekerjasama dengannya, jika dia terperangkap dalam penyakit individual.

“Kamu harus berjamaah, karena syaitan bersama orang2 yang sendirian. Sesungguhnya serigala menerkam kambing yang jauh dari gerombolannya sendirian.”
Ketika anak bangsa ini bersatu padu, maka kekuatan bangsa manapun di dunia ini, tidak akan berani mengintai kita, memata2i kita.

Keluarga besar yang bersatu beramal jamai, juga sebuah bangsa yang sama2 kerja dan bekerja sama, maka bangsa itu akan bangkit dari kebangkrutan jenis apa pun. Kebangkrutan ekonomi, sosial politik, pendidikan.

3. Kita harus saling wasiat mewasiati dengan kebenaran, dan kebenaran itu datangnya dari Allah. Semua yang dari Allah pastilah benar, hakiki, dan tidak ada istilah kebenaran itu relatif. Tapi kalau kebenaran yang datang dari kita manusia, bisa benar bisa salah, seperti yang disampaikan oleh Imam Malik, “setiap pendapat bisa diterima ditolak. Tapi jika sudah disebut, qoollAlloh (berkata Allah), qoola rasul (berkata Rasul), maka perkataan itu sudah pasti benar.

Pertanyaannya: apa tujuan saling menasehati?
Dalam rangka menjaga prinsip kehidupan ini.
Hidup ini harus punya prinsip. Karena kita meyakini hidup ini bukan di dunia saja. Kita harus punya prinsip. Rumah tangga kita punya prinsip, Negara kita punya prinsip. Dan itu harus selalu dinasehati.

Untuk menjadi tetap jujur, di saat banyak orang yang tidak jujur, maka harus selalu dinasehati.Untuk tetap mendapatkan yang halal, ketika sebagian besar manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang alasannya demi keluarganya, itu semuanya membutuhkan nasehat. Kita harus saling nasehat menasehati. Melibatkan kedua belah pihak.

Bila itu sebuah keluarga, melibatkan anak dan orang tuanya, bila itu pesantren melibatkan pesanren dengan santrinya. Jika itu suatu Negara, maka harus melibatkan pemerintah dan rakyatnya. Jadi harus kedua belah pihak.
Radhiyallahu Umar bin Khattab menerima nasehat dari rakyat kecil, yaitu ketika Umar mau meringankan jumlah mahar, lalu dinasehati oleh seorang perempuan kenapa umar membatasi, padahal Al Quran tidak membatasi? Umar mengatakan sekaligus mengaku di depan rakyatnya, tidak ada gengsi, “PEREMPUAN ITU BENAR DAN UMAR SALAH.”
Umar yang begitu hebat, yaitu sampai2 ada 5 peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat Al Quran karena menyetujui pendapat umar, mau dinasehati oleh rakyatnya.

4. Saling nasehat menasehati dengan kesabaran.
Kenapa? Karena kita semua lemah. Karena kita merasakan kesulitan barang sedikit saja, kita sudah tidak sabar. Mendapatkan ancaman kecil saja, terkadang tidak sabar. Untuk itu mari kita bangun tradisi yang sangat mulia, yaitu saling menasehati dengan sabar. Untuk menjaga agar selalu berkesinambungan dalam memproduksi kebaikan, dan itu membutuhkan kesabaran. Kalau orang mengatakan kesabaran itu ada batasnya, maka dari itu mari kita tingkatkan kesabarannya, “ishbiruu wa shoobiruu.”

Jika kita saling menguatkan, maka insya Allah kita akan tetap tegar.
Surat Al 'Ashr ini panduan agar kita tidak rugi dalam hidup ini. Kebiasaan para ulama ketika berkumpul dengan saudara dan teman2nya, mereka belum mau berpisah kalau belum saling membacakan surat Al 'Ashr. Ini adalah Sunnah Rasulullah. Inilah yang harus diabadikan dalam kurikulum pendidikan kita, yaitu membaca surat Al 'Ashr di sekolah-sekolah pada jam terakhir mau berpisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar