Sabtu, 29 November 2014

Pandangan Orang Kafir terhadap Kehidupan Dunia (Harta Benda)

Ternyata mereka melihat kehidupan dunia ini sebatas kulitnya, sebatas apa yang nampak di dunia ini, yaitu berupa bangunan, makanan, minuman, pakaian. Mereka lupa dengan apa yang sebenarnya ada di dunia ini, bahwa dunia ini adalah ujian, dan akan berakibat pada kehidupan akhiratnya.

QS Ar Rum 7: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”

Mereka mengetahui cara membuat pesawat terbang, mobil, gedung yang tinggi. Mereka tahu yang zhahir-zhahir (yang tampak bentuknya) saja, tapi mereka tidak tahu mana yang membahayakan dan mana yang tidak membahayakan. Senjata yang dibuat mestinya hanya untuk memberantas yang jahat, tapi juga dipakai untuk membantai kaum muslimin.

Mereka lalai dari kehidupan akhirat.

Ulama tafsir mengatakan, “lalai dari kehidupan akhirat” merupakan isyarat bahwa Allah mencela kehidupan dunia dari orang-orang kafir. Yang dicela adalah sudut pandang/cara mereka melihat kehidupan dunia, yaitu dunia hanya untuk dunia. Sehingga kalau mereka gagal, lantas mereka bunuh diri. Orang Islam tidak boleh mengikuti kelalaian ini.

Ungkapan lalai (al ghaflah) dari kehidupan akhirat adalah perbuatan kriminal yang membahayakan. Kenapa lalai dari kehidupan akhirat itu sangat berbahaya? Karena orang yang lalai tidak punya paradigma yang jelas. Timbangannya eror. Sesuatu yang buruk dianggap baik. Sesuatu yang merusak, malah dianggap hobi, dsbnya. Orang yang lalai akan menimbang sebuah peristiwa dengan timbangan yang salah. Menimbang ketokohan bisa lalai. Seorang durjana bisa dianggap pahlawan. Itu karena timbangannya sudah eror.

Allah menciptakan dunia ini dengan visi misi yang jelas, yaitu untuk memproduksi kebaikan-kebaikan dan hasilnya akan didapatkan seutuhnya di akhirat. Ketika orang kafir tidak memperhatikan akhirat maka orang kafir akan mewujudkan kehidupan dunianya dengan melakukan segala cara.

Persepsi Orang Kafir Terhadap Harta

Orang-orang beriman ketika melihat harta benda, maka mereka melihatnya dari persepsi yang benar, bahwa harta sekedar hiasan, dan juga harta sebagai ujian. Sehingga harta bendanya digunakan dalam rangka kebaikan-kebaikan. Sebagaimana orang beriman juga melihat harta benda sebagai alat untuk membangun dunia dan akhiratnya. Orang2 beriman melihat harta bendanya dengan seimbang.

Cara pandang orang-orang beriman melihat harta benda, berbeda dengan cara pandang orang2 kafir, dikarenakan memang referensinya berbeda.

1. Harta benda sebagai gengsi (kebanggaan)

Orang-orang kafir melihat harta benda itu sebagai nilai dan gengsi (kebanggaan). Mereka bisa menuhankan harta benda. Jadi, ukuran kehormatan dilihat dari al maal (harta). Sehingga untuk mendapatkan kehormatan (harta benda) itu, mereka gunakan berbagai cara, meskipun harus mengeruk kekayaan bangsa lain, merampas kekayaan bangsa muslim, dsbnya.

QS Saba’ 35: “Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.”

Persepsi mereka adalah seperti ini. “Mana mungkin kami disiksa, buktinya saya diberikan kekuasaan, harta dan anak yang banyak.”

Ternyata persepsi yang awalnya dihinggapi orang-orang kafir ini, lama kelamaan menular ke orang-orang beriman. Melihat seseorang malah melihat hartanya. Sehingga tidak sedikit orang-orang di dunia ini yang kagum dengan orang kafir, dikarenakan seleranya sudah sama, yaitu memandang harta benda itu sebagai segala-galanya.

Hal ini dituturkan di dalam Al Quran Surat Al Kahfi 32-44, yaitu kisah orang yang mempunyai dua kebun (shohibul jannatain) yang luas, dia mengganggap dirinya lebih baik, dengan berkata, “saya lebih banyak harta benda daripada kamu dan saya lebih mulia.”

QS Al Kahfi 32-44: “Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat".

Padahal bagi orang beriman yang punya pegangan yang jelas, yaitu referensinya Al Quran, mestinya mengetahui bahwa tidak ada hubungannya antara harta benda dengan kemuliaan di hadapan Allah. Harta benda diberikan Allah kepada siapa pun, baik itu kepada orang kafir, muslim, apakah orang itu benar, atau pun salah.

Jadi kalau ada orang kaya yang mendapatkan hartanya dengan cara maksiat, lalu ditegur oleh seorang muslim dan ia menjawab “bagaimana mungkin saya dimurkai Allah, buktinya saya kaya, justru kamu itu yang dilaknat karena kamu miskin.”
Naudzubillahi min dzaalik.

2. Harta akan membuatnya kekal di dunia.

Mereka mengira bahwa harta benda itu bisa menjadikan mereka kekal. Sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya, meskipun harus merampok, menjajah Negara lain.

Di dalam surat Al Humazah, Allah menjelaskan bagaimana orang-orang kafir yang siang malamnya hanya dipakai untuk menghitung harta benda. Mereka mengira bahwa harta bendanya itu bisa menjadikan dia kekal, mengantarkannya pada tingkatan keabadian di dunia ini. Seolah2 jika ia telah menguasai harta benda, ia bisa kekal di dunia ini. Maka Allah sebut; “yah sabu anna maa lahuu akh ladah” (dia mengira hartanya itu bisa mengekalkannya).

Ini memberikan kinayah (kiasan) atau sindirian, bahwasanya orang2-orang kafir itu tenggelam dalam nafsunya, bersenang2 tanpa batas, seolah2 dia tidak akan mati.

Orang yang tahu bahwa dirinya akan mati, tidak mungkin berani berbuat maksiat.

3. Kikir, bakhil terhadap harta.
Mencintai harta benda dengan cinta yang gila, sehingga berpikiran kalau sedikit saja harta bendanya berkurang, dia pikir dia akan mati, bakhil! Maka orang yang bakhil itu menderita, dia hitung-hitung terus harta bendanya

QS An Nisa 37: "(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya pada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan".

Di ayat di atas Allah mulai dengan kata “Alladziina” ini maknanya untuk umum, yaitu siapa saja. Siapa saja yang kikir, yang pelit, yang hartanya tidak digunakan untuk berjuang di jalan Allah, apalagi ia sampai menghalang-halangi manusia untuk berbuat baik, berinfak di jalan Allah, dan menyembunyikan nikmat Allah yang diberikan padanya, maka orang2 kafir itu akan disiksa dengan siksa yang menghinakan.

Orang yang berbuat kikir seperti itu adalah orang-orang kafir yang menutupi nikmat Allah, sehingga ketika perbuatan ini hina, Allah akan balas dengan kehinaan

Semoga kita semua dijadikan oleh Allah sebagai orang-orang yang cerdas, yang tidak tertipu dengan harta benda. Aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar