Kita tidak boleh ragu sedikitpun bahwasanya
perbedaan tingkat keimanan seseorang sangat berhubungan dengan tingkat
kebahagiaan mereka di surga nanti, walau nanti semua yang berada di surga pasti
bahagia.
Surga itu bertingkat-tingkat. Sama dengan
neraka, ada tingkatan-tingkatannya.
Setiap derajat di surga, ada penghuninya.
Kita sebagai orang beriman, sudah barang
tentu harus selalu meningkatkan keimanan kita. Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan “Jaddiduu iimaanakum” (perbaharuilah
keimanan kalian).
QS Ali Imran 162-163: “Apakah
orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa
kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi
Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
QS Al Anfal 2-4: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia.”
QS Al Isra’ 21: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka
atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya
dan lebih besar keutamaannya.”
Ini beberapa ayat tentang surga itu
bertingkat sesuai dengan kualitas keimanan mereka di dunia ini.
Pemahamana ini bukan sekedar wisata
intelektual, tapi sebagai panduan kita agar terus memperbaiki derajat keimanan
kita.
QS An Nisa 69-70: “Dan barangsiapa
yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah,
dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.”
Para Nabi, shiddqin, syuhada, dan sholihin
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan:
barang siapa yang melakukan amal sholeh, melaksanakan perintah Allah dan
RasulNya, menjauhi larangan Allah dan RasulNya, maka dia akan menemani para
Nabi, setelah itu shiddiqin, setelah itu syuhada, setelah itu sholihin di surga
nanti..
Sebagaimana kita ketahui bahwa para Nabi derajatnya
paling tinggi. Di antara para Nabi yang satu dengan yang lainnya juga tidak
sama. Ini artinya, melebihkan satu daripada yang lainnya, juga terjadi di
antara para Nabi.
QS Al Baqarah 253: “Itulah para Rasul, Kami
lebihkan mereka dari sebagian yang lain.”
QS Al Isra’ 55: “Dan sungguh benar-benar
Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian Nabi-nabi dari sebagian
lainnya.”
Ketika kita mengetahui, di antara para Nabi
juga ada yang lebih mulia dari Nabi yang lainnya, ini juga membuat kita yakin
bahwa di antara manusia kita juga harus menjadi yang terbaik di antara manusia
lainnya. Dalam hal mendapatkan surga, kita jangan mau mengalah.
Ketika kita berdoa “waja ‘alna lil muttaqiina imaama,” bukan berarti kita berambisi menjadi
pemimpin, Bukan! Tapi agar keimanan kita tinggi.
Apa Nama Kedudukan yang Tertinggi di Surga?
Di syurga ada satu kedudukan yang musthofa
(terpilih). Tingkatan syurga paling tinggi, hanya satu, yaitu untuk kedudukan
Nabi yang paling mulia, itu disebut Al Wasiilah, dan itu diberikan kepada Nabi
kita Muhammad SAW.
Seperti sudah dibahas pada pertemuan yang
lalu, Sunnah Nabi mengikuti bacaan adzan dan berdoa setelahnya, agar meminta
Wasiilah. Kenapa? Karena kedudukan wasilah yang tinggi di surga.
Hadist: “Tidak selayaknya diberikan kepada
hamba-hamba Allah selain saya orangnya, dan hamba-hambaku yang memintanya, maka
akan mendapatkan syafa'atku.”
Apa itu Wasiilah?
Nabi menjawab: derajat tertinggi di syurga.
Dan tidak akan mendapatkannya kecuali satu orang saja, dan saya mengharapkan
saya lah orangnya.
Setelah kita tahu secara umum, para Nabi
yang tertinggi derajatnya, maka yang kedua adalah orang-orang yang shiddiq.
Siapa Shiddiquun?
Mereka itu adalah kaum masyarakat yang
kedudukannya di bawah para Nabi dalam keutamaannya. Jadi hamba2 Allah yang
utama yang derajatnya di bawah para Nabi. Ar Rozi dalam tafsir al Kabir
mengatakan, mufassir
1. Orang yang percaya, tidak ada keraguan
sedikitpun.
2. Sahabat-sahabat Nabi yang paling utama.
3. Abu Bakar As Siddiq
4. Ibrahim adalah nabi yang siddiq.
Bagaimana kita memahami Nabi Ibrahim dan
Abu Bakar ra yang juga sama2 siddiq? Sudah barang tentu derajat Nabi Ibrahim
lebih tinggi dari Sahabat.
3. Asy Syuhada, yaitu orang2 yang tewas
karena menegakkan kalimat Allah.
Bagaimana kalau orang yang berangkat karena
Barangsiapa yang berjuang agar kalimat
Allah paling tinggi, itulah yang di jalan Allah SWT.
Memang luar biasa ujian Allah terhadap
orang2 yang syahid, sehingga wajar derajat mereka tinggi di syurga nanti.
QS An Nisa 95-96: “Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang
tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk
satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik
(surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta
rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
QS At Taubah 19-20: “Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi
Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Allah menegaskan dalam ayat2 di atas keistimewaan
pejuang-pejuang itu, yaitu Allah tegaskan dengan sebutan “tidaklah sama” dan
sebutan “beberapa derajat” dan sebutan “dari sisi Allah.”
4. As Shoolihuun, umumnya orang-orang
mukmin yang sholeh.
Yang sholeh luar dalam, baik ketika terang-terangan
maupun ketika tidak ada orang. Mereka memproduksi kebaikan-kebaikan.
Sholih dalam aqidah dan amal. Di situ tidak
ada syirik, kufur, nifak. Jadi kalau ada orang Islam yang ragu terhadap isi Al
Quran dan As Sunnah, itu tandanya ia tidak sholeh.
Maka jelaslah bagi kita semua bahwa sifat
orang mukmin ini berbeda-beda, sehingga ketika kita bandingkan orang yang
syahid dengan orang yang soleh, kita tahu, bahwa setiap orang yang syahid pasti
ia soleh, tapi tidak setiap yang soleh adalah syahid. Karena ada orang yang
soleh tapi tidak berani berjihad, jadi kedudukannya tetap di tingkatan soleh.
Seorang mukmin yang cerdas, pemahaman ini
tidak sekedar sebagai pengetahuan, tapi harus menjadi kurikulum kehidupannya,
sehingga kita benar-benar berjuang di jalan Allah, mengikuti para Nabi dan
Rasul, sehingga kita akan dikumpulkan bersama mereka di syurga. Karena
seseorang itu bersama dengan orang yang dicintai. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar