Rabu, 26 November 2014

Tingkatan Surga dan Penghuninya

Kita tidak boleh ragu sedikitpun bahwasanya perbedaan tingkat keimanan seseorang sangat berhubungan dengan tingkat kebahagiaan mereka di surga nanti, walau nanti semua yang berada di surga pasti bahagia.

Surga itu bertingkat-tingkat. Sama dengan neraka, ada tingkatan-tingkatannya.

Setiap derajat di surga, ada penghuninya.

Kita sebagai orang beriman, sudah barang tentu harus selalu meningkatkan keimanan kita. Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan “Jaddiduu iimaanakum” (perbaharuilah keimanan kalian).

QS Ali Imran 162-163: “Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

QS Al Anfal 2-4: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”

QS Al Isra’ 21: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.”

Ini beberapa ayat tentang surga itu bertingkat sesuai dengan kualitas keimanan mereka di dunia ini.

Pemahamana ini bukan sekedar wisata intelektual, tapi sebagai panduan kita agar terus memperbaiki derajat keimanan kita.

QS An Nisa 69-70: “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.”

Para Nabi, shiddqin, syuhada, dan sholihin

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: barang siapa yang melakukan amal sholeh, melaksanakan perintah Allah dan RasulNya, menjauhi larangan Allah dan RasulNya, maka dia akan menemani para Nabi, setelah itu shiddiqin, setelah itu syuhada, setelah itu sholihin di surga nanti..

Sebagaimana kita ketahui bahwa para Nabi derajatnya paling tinggi. Di antara para Nabi yang satu dengan yang lainnya juga tidak sama. Ini artinya, melebihkan satu daripada yang lainnya, juga terjadi di antara para Nabi.

QS Al Baqarah 253: “Itulah para Rasul, Kami lebihkan mereka dari sebagian yang lain.”

QS Al Isra’ 55: “Dan sungguh benar-benar Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian Nabi-nabi dari sebagian lainnya.”

Ketika kita mengetahui, di antara para Nabi juga ada yang lebih mulia dari Nabi yang lainnya, ini juga membuat kita yakin bahwa di antara manusia kita juga harus menjadi yang terbaik di antara manusia lainnya. Dalam hal mendapatkan surga, kita jangan mau mengalah.

Ketika kita berdoa “waja ‘alna lil muttaqiina imaama,” bukan berarti kita berambisi menjadi pemimpin, Bukan! Tapi agar keimanan kita tinggi.

Apa Nama Kedudukan yang Tertinggi di Surga?

Di syurga ada satu kedudukan yang musthofa (terpilih). Tingkatan syurga paling tinggi, hanya satu, yaitu untuk kedudukan Nabi yang paling mulia, itu disebut Al Wasiilah, dan itu diberikan kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Seperti sudah dibahas pada pertemuan yang lalu, Sunnah Nabi mengikuti bacaan adzan dan berdoa setelahnya, agar meminta Wasiilah. Kenapa? Karena kedudukan wasilah yang tinggi di surga.

Hadist: “Tidak selayaknya diberikan kepada hamba-hamba Allah selain saya orangnya, dan hamba-hambaku yang memintanya, maka akan mendapatkan syafa'atku.”

Apa itu Wasiilah?
Nabi menjawab: derajat tertinggi di syurga. Dan tidak akan mendapatkannya kecuali satu orang saja, dan saya mengharapkan saya lah orangnya.

Setelah kita tahu secara umum, para Nabi yang tertinggi derajatnya, maka yang kedua adalah orang-orang yang shiddiq. Siapa Shiddiquun?

Mereka itu adalah kaum masyarakat yang kedudukannya di bawah para Nabi dalam keutamaannya. Jadi hamba2 Allah yang utama yang derajatnya di bawah para Nabi. Ar Rozi dalam tafsir al Kabir mengatakan, mufassir

1. Orang yang percaya, tidak ada keraguan sedikitpun.
2. Sahabat-sahabat Nabi yang paling utama.
3. Abu Bakar As Siddiq
4. Ibrahim adalah nabi yang siddiq.

Bagaimana kita memahami Nabi Ibrahim dan Abu Bakar ra yang juga sama2 siddiq? Sudah barang tentu derajat Nabi Ibrahim lebih tinggi dari Sahabat.

3. Asy Syuhada, yaitu orang2 yang tewas karena menegakkan kalimat Allah.
Bagaimana kalau orang yang berangkat karena
Barangsiapa yang berjuang agar kalimat Allah paling tinggi, itulah yang di jalan Allah SWT.
Memang luar biasa ujian Allah terhadap orang2 yang syahid, sehingga wajar derajat mereka tinggi di syurga nanti.

QS An Nisa 95-96: “Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

QS At Taubah 19-20: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

Allah menegaskan dalam ayat2 di atas keistimewaan pejuang-pejuang itu, yaitu Allah tegaskan dengan sebutan “tidaklah sama” dan sebutan “beberapa derajat” dan sebutan “dari sisi Allah.”

4. As Shoolihuun, umumnya orang-orang mukmin yang sholeh.

Yang sholeh luar dalam, baik ketika terang-terangan maupun ketika tidak ada orang. Mereka memproduksi kebaikan-kebaikan.
Sholih dalam aqidah dan amal. Di situ tidak ada syirik, kufur, nifak. Jadi kalau ada orang Islam yang ragu terhadap isi Al Quran dan As Sunnah, itu tandanya ia tidak sholeh.

Maka jelaslah bagi kita semua bahwa sifat orang mukmin ini berbeda-beda, sehingga ketika kita bandingkan orang yang syahid dengan orang yang soleh, kita tahu, bahwa setiap orang yang syahid pasti ia soleh, tapi tidak setiap yang soleh adalah syahid. Karena ada orang yang soleh tapi tidak berani berjihad, jadi kedudukannya tetap di tingkatan soleh.


Seorang mukmin yang cerdas, pemahaman ini tidak sekedar sebagai pengetahuan, tapi harus menjadi kurikulum kehidupannya, sehingga kita benar-benar berjuang di jalan Allah, mengikuti para Nabi dan Rasul, sehingga kita akan dikumpulkan bersama mereka di syurga. Karena seseorang itu bersama dengan orang yang dicintai. Aamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar