Rabu, 27 Mei 2015

Al Quran dan Ilmu Pengetahuan

Kita hidup di zaman ilmu pengetahuan atau teknologi. Yang harus kita ingat adalah, ilmu pengetahuan dan teknologi itu kedudukannya adalah sarana. Dan Al Quranul Karim adalah kitab hidayah, kitab petunjuk. Memberi petunjuk kepada manusia tentang seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketika kita mempelajari ilmu pengetahuan, jangan keluar dari hidayah Al Quranul Karim.

Kenapa kita kaitkan antara ilmu dengan Al Quran?

1. Al Quran mengajak seluruh umat manusia kepada ilmu pengetahuan

Al Quran mengentaskan kegelapan menuju kepada Nur (cahaya) Islam.

Tidak ada di dunia ini kitab apa pun yang melebihi Al Quran ketika mengajak umat manusia agar membangun peradabannya.

Ayat yang pertama turun, yaitu 5 ayat pertama Surat Al Alaq, itu berbicara tentang ilmu. Tidak berbicara tentang politik, ekonomi, budaya, dsbnya, walau itu semuanya penting.

Sampai kata ilmu disebut dalam bentuk fiil madhi dan fiil mudhori’ di surat Al Alaq.

Iqro’ bismirobbikalladzii kholaq
Kholaqol insaana min ‘alaq
Iqro’ warabbukal akram
Alladzii ‘allama bil qolam
‘Allamal insaana maa lam ya’lam

Sejak diturunkan Al Quran kali pertama, yang diajarkan adalah urgensi tentang pentingnya ilmu.


2. Di dalam Al Quran tidak ada doa yang minta ditambah dan ditambah, kecuali ilmu.

QS Thaha 114: Wa qul robbi dzidnii ilma (dan katakanlah, Wahai Tuhanku, tambahkan untukku ilmu)

Harta penting, kekuasaan penting, tapi itu semua tidak diminta sebagai doa di Al Quran untuk dibanyakkan. Karena harta, kekuasaan dan sebagainya itu bisa jadi sia2 jika tidak ada ilmunya.

Negara akan baik kalau pemimpinnya berilmu, rakyatnya berilmu. Sehingga kebijakan2nya tepat, berbeda dengan orang yang tidak berilmu.

3. Ketika disebut ilmu di dalam Al Quran, tidak ada dikotomi antara ilmu umum dengan ilmu agama. Semua jenis ilmu.

Tidak ada Negara di dunia ini, yang berkomitmen menuntut ilmu, kecuali dia adalah Negara maju.

4. Ilmu saja tidak cukup. Ilmu adalah nikmat tapi juga bencana. Bagaimana bisa?

Kita paham, bagaimana nikmatnya orang yang berilmu. Karena setiap perbuatan didasarkan pada ilmu sehingga tidak sesat. Tapi ilmu yang tidak didasari pada keimanan kepada Allah, akan membawa kepada bencana.

QS Ar Ruum 7: Mereka hanya mengetahui sisi lahir kehidupan dunia; sedang mereka lalai dari kehidupan akhirat.

Allah mengakui orang2 kafir itu berilmu, tapi kalau lupa Allah, maka yang akan turun adalah bencana.

Bukankah Negara yang ahli tentang tsunami, diguncang dengan tsunami. Negara yang ahli tentang pesawat, juga pesawat terbangnya jatuh.

Musibah bukan hanya menimpa negara2 miskin, tapi juga menimpa negara2 yang katanya maju. Karena keilmuwan mereka digunakan untuk menyombongkan diri kepada Allah. Selalu analisanya mengaitkan ini semua dengan alam, seolah2 alam tidak ada penciptanya.

Ketika ilmu itu terputus dari yang memberi ilmu, maka ilmu akan menjadi bencana.

Berbeda dengan orang2 beriman, yang ketika ia berilmu, semakin menambah takutnya kepada Allah. Definisi orang berilmu dalam QS Fathir adalah: sesungguhnya orang yang takut dari hambaNya adalah ulama.

Jadi ulama itu adalah orang yang takut kepada Allah. Tidak takut kalau tidak terkenal, tidak takut kalau tidak mendapatkan pangkat, tidak takut disebut dengan sebutan orang alim.

Ulama itu selalu tawadhu, tidak menyombongkan dirinya.

Marilah kita berikan contoh, ketika diberikan ilmu pengetahuan dengan inovasi2 baru, membuat kita semakin dekat dengan Allah, semakin takut terhadap Allah.

Orang2 beriman ketika menghadapi cuaca, angina, tidak hanya menganalisis sebatas dhohir, tapi juga langsung mengingat Allah SWT. Dengan berdoa, “ya Allah jadikanlah angina ini angina rahmat, bukan angin bencana”

Ketika kita menyaksikan hujan, kita tidak sebatas menganalisa supaya tidak terjadi banjir, tapi kita juga tidak lepa terhadap Allah dengan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan rahmat, dan bukan hujan bencana.”

Keterpaduan hati dan pikiran kita dengan Al Quran, itu yang mengantarkan kita kepada Allah.

5. Tidak akan terjadi tabrakan, antara kebenaran Al Quran dengan kebenaran ilmu pengetahuan.

Karena kedua2nya datang dari Allah. Al Quran adalah wahyu dari Allah, disampaikan melalui jibril kepada Rasulullah. Sedangkan kebenaran ilmiah juga dari Allah, melalui penelitian2. Kemampuan meneliti itu juga dari Allah, karena otak manusianya dari Allah.

Para sahabat Nabi hidup di zaman sebelum kebangkitan ilmu pengetahuan. Tapi mereka sudah beriman kepada Al Quran, meski tidak ada kebenaran ilmiyah.

Ketika kita mempelajari kemukjizatan ilmu pengetahuan di dalam Al Quran. Jangan jadikan penelitian itu ditarik2 untuk menafsirkan Al Quran. Karena penelitian itu bukan kebenaran yang baku, sehingga kalau suatu saat penelitian itu dibuktikan salah, maka seolah2 Al Quran juga salah. Dan itu tidak diperbolehkan. Untuk mengetahui kebenaran ilmiah Al Quran, tidak harus seperti itu caranya.

Fleksibilitas Bahasa Al Quran, sehingga kita terbuka untuk menggali ayat Al Quran.

Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah, seperti ilmu tentang sidik jari. Ilmu tentang sidik jari yang berguna di dunia kepolisian, belum ada di zaman Sahabat Rasulullah, tapi mereka telah mengimani Al Quran. Dan kini terungkap bahwa sidik jari yang dijelaskan di QS Al Qiyamah.

Al Quran telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Al Quran disebutkan mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya.

QS Al Qiyamah 3-4: Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.


Inilah yang kita maksudkan korelasi antara ilmu pengetahuan dan Al Quran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar