Diterangkan begitu luas, begitu banyak,
menggambarkan begitu luasnya rahmat Allah. Tidak ada jalan kebahagiaan yang
pasti ditunjuki oleh Allah caranya.
1. Berlapang dada
Kenapa berlapang dada itu menjadikan
hidupnya baik, hidupnya tenang?
Seorang mukmin, dalam hidup ini tidak
pernah sepi dari tugas2 yang berat. Allah sendiri yang menyatakan itu berat.
Termasuk menyampaikan Al Quran.
QS Al Muzzammil 5: Sesungguhnya Kami akan
turunkan perkataan yang berat.
Memang orang hidupnya santai, tapi orang
itu hidupnya kecil, ketika ia meninggal tidak ada yang merasa kehilangan. Yang
merasa kehilangan, paling2 hanya anak istrinya saja.
Berbeda dengan orang yang sepanjang
hidupnya berjuang di jalan Allah. Hidupnya besar, dan ketika ia meninggal, yang
merasa kehilangan dirinya banyak.
Modal untuk melaksanakan tugas2 dalam
kehidupan ini adalah berlapang dada.
Seperti apa urgensi dari berlapang dada?
Musa as meminta kepada Allah agar
dilapangkan dadanya. Ketika mendapatkan isntruksi dari Allah agar menyampaikan
kepada Firaun, durjana terbesar di dunia, lalu apa modal yang diminta oleh Musa
kepada Allah? Modalnya adalah, minta kepada Allah agar dilapangkan dadanya.
“Qoola Robbish rohlii shodrii, wayassirlii
amrii, wahlul ‘uqdatam millisaanii yafqahuu qaulii.”
Kalau kita mengetahui ilmu korelasi
(munasabah), maka kita akan mengetahui aspek2 kemukjizatan Al Quran. Ayat2 yang
mungkin tidak diturunkan dalam waktu yang sama, tapi saling berkorelasi. Apa
sajakah hal-hal yang berhubungan dengan berlapang dada?
1. Mudahnya urusan2.
Bayangkan kalau sejak awal saja sudah sesak
dadanya, sudah marah2, maka urusannya akan menjadi berat.
2. Berkomunikasi lebih lancar
Hidup ini tidak selamanya mulus. Dalam
rumah tangga, mungkin ada masalah antara suami istri, orang tua anak. Dalam
berbangsa juga seperti itu. Tapi jika berlapang dada, maka komunikasi itu akan
baik.
Bayangkan jika setiap orang punya dendam,
maka perkara yang sebenarnya mudah, bisa menjadi sulit. Maka berlapang dada
merupakan jalan menuju kehidupan yang lebih baik, kehidupan pribadi, kehidupan
keluarga, berbangsa dan bernegara.
3. Komunikasi dan ungkapan yang mudah
dipahami
Maka di ayat tadi dikatakan “yafqahuu
qaulii…”
Kenapa ketika seseorang mengatakan, “kenapa
ya dia tidak juga memahami apa yang saya katakan,” ini saatnya kita muhasabah,
mungkin kalimat kita sulit dimenegrti, karena berangkat dari hati yang sempit
dan tidak tenang.
4. Nabi juga berlapang dada.
Bukan hanya Nabi Musa saja, tapi Nabi
Muhammad juga berlapang dada.
QS Al Inshiroh: Tidakkah Kami sudah
lapangkan dadamu.
Ini dapat kita pahami, bahwa sebelum ayat
ini turun, Nabi juga tidak bisa lepas dari sifat manusiawinya, yaitu ketika
berdakwah ada tekanan yang bertubi2.
Ada kaumnya yang begitu dekat dengan Nabi,
bahkan memberikan ungkapan Al Amin kepada Nabi, tapi ketika Nabi diangkat
menjadi Nabi, maka orang2 yang dulunya dekat itu menjauh, bahkan ada yang
menuduh Nabi sebagai gila, tidak akan punya keturunan, dsbnya.
Begitu pula kepada penerus dakwah saat ini.
Ada hal2 yang membuat dada mereka sesak. Maka bermohonlah kepada Allah agar
dilapangkan dada.
2. Berbuat baik kepada seluruh manusia
Seluruh manusia, bukan hanya kepada
keluarganya saja, golongannya saja, dan jauh dari sifat iri dengki. Ternyata
kebahagiaan itu kita produksi dari diri kita sendiri. Tempat kedengkian itu
adanya dari dalam hati. Maka harus dicuci sebersihnya kedengkian itu.
QS An Nisa 114: Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang
yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian
di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah,
maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.
Ada tiga seruan kebaikan dalam ayat di atas:
1. menyuruh untuk bersedekah
2. berbuat baik
3. mendamaikan manusia, supaya di dunia ini
tidak ada saudara kita yang saling bertengkar, memusuhi.
Menggambarkan betapa besarnya pahala yang
memproduksi kebaikan2.
QS Al Qashash 77: Dan berbuat baiklah
sebagaimana Allah berbuat baik kepada kamu.
Ketika disebutkan “berbuat baiklah!” itu tidak
disebutkan berbuat baik kepada siapa, tapi menunjukkan berbuat baik kepada
umum. Berbahagialah kita untuk berbuat baik kepada siapa saja, tidak ada
fanatisme golongan. Sebanyak mungkin kita bisa berbuat baik sebanyak2nya kepada
semua manusia.
3. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Kenapa disebut berbuat baik secara khusus kepada kedua orang tua, padahal di ayat di atas sudah disebutkan secara umum, agar berbuat baik kepada semua manusia, dan ini berarti termasuk juga orang tua kita, tapi kenapa perintah berbuat baik kepada orang tua disebut lagi di ayat2 lainnya secara khusus?
Karena banyak orang yang lupa berbuat baik
kepada orang tua. Orang sering berpikir yang jauh ke depan. Ketika ditanyakan, “bapak
buat apa bekerja siang malam?” Jawabannya biasanya adalah, “untuk anak dan
istri saya.” Kebanyakan manusia lupa dengan orang tuanya. Dia bersenang2 dengan
temannya, tapi lupa dengan orang tua di kampung. Mengirim uang hanya uang yang
sisa2. Menelepon dengan pulsa yang sisa2.
Tidak semuanya mengirimkan uang kepada
orang tuanya secara rutin.
Sampai2 Rasulullah mengatakan, “Kamu dan
harta benda kamu milik bapak kamu.”
Itu sebabnya di dalam Al Quran, perintah
Allah berbuat baik kepada kedua orang tua itu urutannya pada urutan kedua,
setelah perintah bertaqwa kepada Allah.
QS Al Isra 23-24: Dan Rabbmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ahh” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuhrasa sayang dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku di waktu aku masih kecil”.
QS An Nisa 36: Dan beribadahlah kamu kepada
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Berbuat baiklah
kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu.
Kita tidak menjadi orang kaya, menjadi dokter,
menjadi ulama, dsbnya, kalau tidak ada orang tua kita.
Semoga kita selalu mendapatkan petunjuk
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar