Senin, 11 Mei 2015

Ujian Bagi Orang2 Kafir

Tema ini merupakan pencerahan bagi kita, agar kita kaum muslimin tidak mengira bahwa yang diuji bukan hanya kita, tapi juga orang2 kafir. Karena ada yang mengatakan, “berat ya jadi orang Islam, diuji dengan tsunami, dengan ujian2…”

Ujian itu adalah realitas kemanusiaan, artinya, siapa pun

QS Al Insan: Sesungguhnya kami ciptakan manusia dari air nuthfah yang bercampur, agar kami mengujinya.

Menggunakan “al” untuk insan, artinya, semua manusia
Kata insan, termasuk di dalamnya juga orang2 kafir.


QS Al A’raf 94-95:

94. Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.

95. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.

Orang2 kafir zaman dahulu diuji juga dengan sesuatu yang tidak menyenangkan, membahayakan, dan buruk baginya.

Allah menguji orang2 kafir dengan al ba’tsa wad dhorro’, dengan kesulitan dalam diri mereka, dan fisik mereka, dan rezeki2 mereka, dan harta2 benda mereka.

Kita harus meyakini, bahwa bukan orang beriman saja yang terkena bencana banjir, angin, orang kafir juga terkena. Ini tujuannya apa?

Apa rahasia dari ujian yang menimpa orang2 kafir?

1. Agar mereka berheni dari kekufurannya.
Tidak sedikit di dunia ini, ketika orang kfir diterpa musibah, kalah dalam perang badar, dsbnya, akhirnya mereka masuk Islam. Bukankah Khalid bin Walid dulu kafir? Abu Sufyan dulunya memerangi Rasulullah?

Ketika Allah menguji orang kafir dengan kesulitan2, di antara hikmahnya, adalah, agar mereka berhenti dari kekufurannya.

2. Tujuannya agar mereka berhentu dari sikap ingkar menentang Allah SWT, agar mereka mau bertobat.

Dalam kajian2 lalu kita sudah pelajari, bahwa ketika sebuah ummat tidak semuanya dihabiskan, ada yang tertinggal, itu agar mereka berpikir, merenungi, dan akhirnya tertarik kepada Islam, dan berhenti keingkarannya, dan kembali fithrah.

3. agar memohon kepada Allah dengan kerendahan hati

QS Al An’am 42-43:
42. Dan Sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.

43. Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Alat untuk mempertegas:
1. lam
2. qod
3. fi’il madhi, sudah terjadi di masa lalu, dan akan terjadi pula di masa yang akan datang

Akan tetapi faktanya, hati mereka keras. Ini yang menjadikan mereka sulit mendapat hidayah Allah. Ndablek. Diberi peringatan berulang2, apakah tsunami, gunung meletus, tawuran, dsbnya. Ketika masyarakat sebuah bangsa tidak cepat kembali pada Allah.

Ketika ada kajian keIslaman, di mana pun, maka hati kita lunak, lembut, hati kita bersih, mudah sadar.

Tujuan ibadah kita sudah barang tentu jangka panjangnya adalah mendapat ridho Allah, dan jangka pendeknya adalah membersihkan jiwa kita.

Maka puasa, tujuannya bukan sebatas kita lapar, tapi untuk bertaqwa.

Belajar kajian seperti ini bukan rekreasi pikran, tapi tujuannya adalah dalam rangka membersihkan jiwa.

Abasa wa ta walla… Tugas Rasulullah selain membacakan ayat2 Allah, tapi juga untuk membersihkan jiwa.

Al Baqarah 151: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Dalam kajian ini kita sudah bersama2 diberi kemudahan oleh Allah untuk memahami sunnatullah, yaitu ujian bagi orang2 beriman, dan ujian bagi orang2 kafir. Sekarang adalah ujian bagi orang2 yang mengaku beriman. Dari mana kita tahu bahwa ada orang yang hanya mengaku2 saja beriman.

Dan di antara manusia ada yang berkata, “kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, tapi mereka tidak beriman.

Mengaku beriman, tapi paling benci dengan ajaran Islam. Itu hanya sekedar mengaku. Orang yang mengaku beriman ini, supaya Allah juga menguji mereka, agar ketahuan, antara yang imannya palus dengan yang imannya murni.

Itulah arti kata fitnah, yang untuk menguji mana yang asli dan mana yang palsu

Al Ankabut 2-3:
2. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?

3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

Di antara ujiannya adalah:

1. jihad
Orang2 munafik tidak menyukai jihad. Mereka akan pergi bila datang perintah jihad

2. keberpihakan pada kebenaran
Ketika diuji dengan keberpihakan, maka mereka akan memilih orang2 kafir, dengan mengatakan, “orang2 kafir lebih hebat, lebih benar daripada orang2 beriman.”

Ada sedikit yang perlu kita renungi agar tidak salah dalam memahaminya, yaitu bagian penutup dari Al Ankabut ayat3,
Ini jangan dipahami, bahwa Allah baru tahu mana yang bohong dan mana yang benar keimanannya, setelah diuji keimanannya. Tanpa diuji Allah juga sudah tahu. Tapi hal ini adalah untuk pelajaran bagi kita, supaya kita bisa jelas melihat. Allah tidak menghukum seseorang apa yang ada di hatinya saja, tapi juga yang terlihat jelas terang benderang.

Ini pelajaran bagi kita semua, untuk tidak menghukum seseorang hanya karena hatinya, karena yang tahu hati seseorang hanyalah Allah SWT.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar