Tema ini merupakan pencerahan bagi kita,
agar kita kaum muslimin tidak mengira bahwa yang diuji bukan hanya kita, tapi
juga orang2 kafir. Karena ada yang mengatakan, “berat ya jadi orang Islam,
diuji dengan tsunami, dengan ujian2…”
Ujian itu adalah realitas kemanusiaan,
artinya, siapa pun
QS Al Insan: Sesungguhnya kami ciptakan manusia dari air
nuthfah yang bercampur, agar kami mengujinya.
Menggunakan “al” untuk insan, artinya,
semua manusia
Kata insan, termasuk di dalamnya juga
orang2 kafir.
QS Al A’raf 94-95:
94. Kami tidaklah mengutus seseorang
nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan
Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka
tunduk dengan merendahkan diri.
95. Kemudian Kami ganti kesusahan itu
dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan
mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai
penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan
sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
Orang2 kafir zaman dahulu diuji juga dengan
sesuatu yang tidak menyenangkan, membahayakan, dan buruk baginya.
Allah menguji orang2 kafir dengan al ba’tsa
wad dhorro’, dengan kesulitan dalam diri mereka, dan fisik mereka, dan rezeki2
mereka, dan harta2 benda mereka.
Kita harus meyakini, bahwa bukan orang
beriman saja yang terkena bencana banjir, angin, orang kafir juga terkena. Ini
tujuannya apa?
Apa rahasia dari ujian yang menimpa orang2
kafir?
1. Agar mereka berheni dari kekufurannya.
Tidak sedikit di dunia ini, ketika orang
kfir diterpa musibah, kalah dalam perang badar, dsbnya, akhirnya mereka masuk
Islam. Bukankah Khalid bin Walid dulu kafir? Abu Sufyan dulunya memerangi
Rasulullah?
Ketika Allah menguji orang kafir dengan
kesulitan2, di antara hikmahnya, adalah, agar mereka berhenti dari
kekufurannya.
2. Tujuannya agar mereka berhentu dari
sikap ingkar menentang Allah SWT, agar mereka mau bertobat.
Dalam kajian2 lalu kita sudah pelajari,
bahwa ketika sebuah ummat tidak semuanya dihabiskan, ada yang tertinggal, itu
agar mereka berpikir, merenungi, dan akhirnya tertarik kepada Islam, dan
berhenti keingkarannya, dan kembali fithrah.
3. agar memohon kepada Allah dengan
kerendahan hati
QS Al An’am 42-43:
42. Dan Sungguh, Kami telah mengutus
(rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan
(menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah)
dengan kerendahan hati.
43. Tetapi mengapa mereka tidak memohon
(kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa
mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa
indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.
Alat untuk mempertegas:
1. lam
2. qod
3. fi’il madhi, sudah terjadi di masa lalu,
dan akan terjadi pula di masa yang akan datang
Akan tetapi faktanya, hati mereka keras. Ini
yang menjadikan mereka sulit mendapat hidayah Allah. Ndablek. Diberi peringatan
berulang2, apakah tsunami, gunung meletus, tawuran, dsbnya. Ketika masyarakat
sebuah bangsa tidak cepat kembali pada Allah.
Ketika ada kajian keIslaman, di mana pun,
maka hati kita lunak, lembut, hati kita bersih, mudah sadar.
Tujuan ibadah kita sudah barang tentu
jangka panjangnya adalah mendapat ridho Allah, dan jangka pendeknya adalah
membersihkan jiwa kita.
Maka puasa, tujuannya bukan sebatas kita
lapar, tapi untuk bertaqwa.
Belajar kajian seperti ini bukan rekreasi
pikran, tapi tujuannya adalah dalam rangka membersihkan jiwa.
Abasa wa ta walla… Tugas Rasulullah selain
membacakan ayat2 Allah, tapi juga untuk membersihkan jiwa.
Al Baqarah 151: Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara
kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.
Dalam kajian ini kita sudah bersama2 diberi
kemudahan oleh Allah untuk memahami sunnatullah, yaitu ujian bagi orang2
beriman, dan ujian bagi orang2 kafir. Sekarang adalah ujian bagi orang2 yang
mengaku beriman. Dari mana kita tahu bahwa ada orang yang hanya mengaku2 saja
beriman.
Dan di antara manusia ada yang berkata, “kami
beriman kepada Allah dan hari akhir”, tapi mereka tidak beriman.
Mengaku beriman, tapi paling benci dengan
ajaran Islam. Itu hanya sekedar mengaku. Orang yang mengaku beriman ini, supaya
Allah juga menguji mereka, agar ketahuan, antara yang imannya palus dengan yang
imannya murni.
Itulah arti kata fitnah, yang untuk menguji
mana yang asli dan mana yang palsu
Al Ankabut 2-3:
2. Apakah manusia mengira bahwa mereka
dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak
diuji?
3. Dan sungguh, Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar
dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Di antara ujiannya adalah:
1. jihad
Orang2 munafik tidak menyukai jihad. Mereka
akan pergi bila datang perintah jihad
2. keberpihakan pada kebenaran
Ketika diuji dengan keberpihakan, maka
mereka akan memilih orang2 kafir, dengan mengatakan, “orang2 kafir lebih hebat,
lebih benar daripada orang2 beriman.”
Ada sedikit yang perlu kita renungi agar
tidak salah dalam memahaminya, yaitu bagian penutup dari Al Ankabut ayat3,
Ini jangan dipahami, bahwa Allah baru tahu
mana yang bohong dan mana yang benar keimanannya, setelah diuji keimanannya.
Tanpa diuji Allah juga sudah tahu. Tapi hal ini adalah untuk pelajaran bagi
kita, supaya kita bisa jelas melihat. Allah tidak menghukum seseorang apa yang
ada di hatinya saja, tapi juga yang terlihat jelas terang benderang.
Ini pelajaran bagi kita semua, untuk tidak
menghukum seseorang hanya karena hatinya, karena yang tahu hati seseorang
hanyalah Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar