Menerima ujian yang berupa keburukan (asy
syarr) dan kebaikan (al khair).
Allah mempertegas bahwa Allah menguji
manusia berupa keburukan dan kebaikan.
Didahulukan keburukan, karena ini lah yang
mudah ditangkap oleh manusia. Tapi ketika disebut kebaikan, tambahlah
kecerdasan dalam manusia ini, bahwa
Ragam macam ujian berupa keburukan:
1. Sakit
2. Ada yang meninggal, ada yang hilang
3. Kemiskinan
4. Ujian2 lainnya (seperti dicaci orang,
dimusuhi, selalu diawasi oleh orang2 tertentu).
Bukankah Allah Maha Pengaish dan Maha
Penyayang, tapi kenapa menguji dengan ujian keburukan?
Kita sudah memahami bahwa sifat Allah Ar
Rohman dan Ar Rahim. Di antara bentuk kasihsayang allah adalah dengan menguji
manusia dengan keburukan, agar kita bersabar, karena kesabaran adalah modal
yang luar biasa di dunia.
Orang yang berhasil mempertahankan rumah
tangganya, padahal tantangannya begitu berat, adalah orang yang sabar.
Orang yang berhasil dalam penelitiannya
adalah orang yang sabar
Orang yang sabar menghadapi berbagai sifat
manusia, maka ia berhasil menjadi pemimpin.
Kita tidak usaah bersusah payah membuat
sesuatu yang baru, karena hal itu merupakan pengulangan2 dari ajaran yang sudah
al Quran ajarkan.
Sebaik2nya hamba Allah adalah Ayyub, karena
dia selalu kembali kepada Allah.
Sungguh mengagumkan orang2 mukmin, karena
ketika dia diuji dengan keburukan, dia tetap sabar.
Ketika Allah menguji hambaNya dengan
keburukan, rasa takut, kelaparan, paceklik, redaksinya menggunakan kata “sedikit”
karena menurut Al Quran ini hanya sedikit dibandingkan adzab Allah seluruhnya.
Terjemah QS Al Baqarah 155-157:
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa mushibah, mereka mengucapkan:` Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun `
157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Jadi korelasinya sangat jelas, antara
keburukan, dengan kesabaran, dan berita gembira dari Allah.
Al Ibtila bil khoir. Ujian berupa kebaikan:
1. Kesehatan
2. Kekayaan
3. Kesejahteraan
4. Kenikmatan2 berbagai macam (mempunyai
anak, diangkat jabatan, dipuji disenangi orang)
Ingat! Itu semua adalah ujian. Sehingga
ketika dipuji, ingat kepada Allah.
Ujian yang berupa kemudahan, disebut oleh
Allah dengan “adzhiim” (agung).
Ini berarti ujian kebaikan itu lebih besar
daripada ujian keburukan.
Ulama tafsir mengatakan, ungkapan “wafii
dzaalikum”
Di dalam Allah menyelamatkan kalian dari
Firaun, itu merupakan ujian yang besar bagi kalian
Ketika diberikan kemudahan, kesehatan,
rezeki yang banyak, ingat bahwa ini semua adalah ujian. Karena tidak sedikit
orang2 yang bersenang2 dengan hal itu. Sudah berani meninggalkan sholat, atau
tidak di awal waktu.
Ketika diberikan kemampuan membuat
kebijakan, dia tidak berpihak kepada Al Quran, hanya untuk memenuhi kebutuhan2
perutnya.
Ingatlah bahwa itu merupakan ujian yang
besar dari Allah.
Ujian manusia berupa perbedaan antara kita
dengan saudara kita, tetangga kita, dsbnya.
Dalam keahliannya, anugerah yang diberikan
Allah, berbeda. Berbeda dengan rezeki.
Jangankan kita dengan teman, atau orang
yang jauh. Saudara kandung saja bisa berbeda2. Di antaranya misalnya,
kegantengannya, suaranya, kepandaiannya, rezekinya, pangkatnya, kedudukan di
masyarakatnya, berbeda setiap anak, padahal bapak ibunya sama. Padahal itu
saudara kandung, apalagi dengan orang lain.
Ketika kita diuji dengan perbedaan2 di
dalam dunia ini, kita tidak boleh merasa hasad, iri, dan bahkan menginginkan
rezeki itu dicabut dari saudara kita. Itu tidak boleh.
Begitu juga dapat terjadi, di dalam satu
partai, sama2 masuk 10 tahun tapi kemudian berbeda kedudukannya di dalam
partai, itu merupakan hal yang biasa saja.
Sebaik2nya hamba Allah adalah Sulaiman,
karena dia selalu mensyukuri nikmat2 Allah, sebagaimana Ayyub yang selalu
bersabar dengan selalu kembali kepada Allah ketika ujian datang kepadanya.
Tujuannya adalah agar Nampak sejauh mana
umat manusia ini dalam melaksanakan kewajibannya kepada Allah secara syar’i.
Ketika dia diberikan harta lebih daripada saudaranya atau temannya, Jika ia
mendapatkan ilmu, maka ilmu disyukuri dengan disampaikan kepada ummatnya.
Karena dia tahu laknat Allah kepada orang yang menyembunyikan. Setiap sesuatu
itu ada zakatnya. Ilmu ada zakatnya, yaitu disampaikan kepada seluruh manusia.
Jangan ditutup2i, yang disampaikan ke masyarakat hanya yang menyenangankan
saja. Jangan!
Semoga kita diberikan kemudahan untuk
menyikapi ujian2 ini dengan benar. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar