Kamis, 21 Mei 2015

Pendidikan Anak dalam Idealita dan Realita


Sebaik2 umat yang ditampilkan untuk seluruh umat manusia, itu lah kaum muslimin yang dididik oleh Al Quran.

1. Mempunyai ilmu
Anak2 kita harus berilmu. Ketika disebut ilmu di dalam Al Quran, adalah setiap ilmu yang bermanfaat untuk dunia kita dan akhirat kita. Untuk menggambarkan betapa pentingnya ilmu, adalah ayat yang pertama turun adalah ‘iqro’ (Bacalah).

Di dalam Islam, tidak ada dikotomi antara ilmu umum dengan ilmu agama. Kalau pun ada itu sekedar penamaan saja.

Dalam mengerjakan ujiannya, benar, karena dia berilmu. Tapi tidak semua anak2 kita memiliki idealitas seperti itu. Realitasnya, anak2 kita tidak paham, terutama tentang agama.

Bagaimana anak2 kita emmahami Al Quran, Sunnah, Siroh Nabawiyah, Bahasa Arab, dsbnya, kalau mereka hanya mendapatkannya hanya sepekan sekali.

2. Manusia2 yang cinta untuk beramal, memproduksi kebaikan2.

At Taubah 105: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,

Begitu anak kita dididik di dalam rumah kita, sekolah, atau perguruan tinggi, maka akan mengamalkan apa yang dia ketahui.

Sahabat Rasulullah mengatakan, “Kami para sahabat tidak pernah melewati 10 ayat tanpa mengamalkannya terlebih dahulu.”

Adanya sinkronisasi antara ilmu dan amalnya, itulah idealitasnya.

Anak tingkat SD, amalannya sesuai tingkatannya, Seterusnya hingga tingkat kuliah, guru, dosen, mestinya amalnya semakin tinggi.

Ketika sekolah di MTs, MA, pesantren, mereka rajin sholat QL, dsbnya, tapi ketika di perguruan tinggi mereka meninggalkan amal2 itu. Malah yang banyak adalah bicaranya. Kita takut akan lahir pemimpin2 yang banyak bicara sedikit bekerja. Yang benar adalah sedikit bicara banyak bekerja, bukan sebaliknya.

Islam adalah agama kerja. Sehingga anak2 kaum muslimin adalah anak2 yang suka bekerja, termasuk bekerja yang mencari nafkah. Ini harus dipersiapkan, harus dididik.

Mari kita renungi, apakah realitasnya sudah seperti ini? Fenomena anak2 yang sudah baligh (masuk SMP), berarti dia sudah siap untuk mandiri, tapi ia tidak juga bsia bekerja. Jangan sampai orang tua lamban dalam mempersiapkan anak2nya.

Allah mampu menjadikan Nabi kaya ketika masih remaja? Mampu! Tapi kenapa ketika masih kecil sudah menjadi anak yatim dan ketika masih remaja, Rasulullah menjadi penggembala kambing, dilatih untuk bekerja. Dan semua Nabi ketika remajanya adalah penggembala kambing.

Bukan berarti orang tua tidak boleh berbuat baik kepada anak. Tapi tidak boleh melupakan pembinaan dalam kemandirian anak. Kalau selalu dimanjakan, anak ini akan lamban dalam kedewasaan.

Ketika masih SD sudah dididik untuk membantu orang tuanya dalam pekerjaan rumah tangganya.

3. Kekuatan
Idealnya dalam pendidikan anak kita, anak2 kita harus menjadi pemuda yang kuat.

Nabi bersabda, “Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.”

Sekarang kita tanya, sudahkah anak kita kuat akidahnya. Apakah ketika anak kita mencintai batu akik, itu sekedar mencintai saja, atau sudah terjatuh pada ghuluw (lebay), sehingga jatuh dalam syirik meyakini bahwa batu akik itu memiliki kekuatan yang luar biasa.

Jangankan anak, bahkan mungkin ada sebagian orangtuanya yang tergila2 dalam batu akik.

Allah adalah jamil, indah. Maka Allah hanya menyuruh yang indah. Bagaimana anak2 kita menjadi kuat, sedangkan makanan anak kita adalah makanan yang tidak sehat. Makanan yang tidak bergizi, yang hanya mendahulukan selera.

Untuk menjadikan anak2 kita kuat, itu dimulai dari perhatian orang tua. Kita harus selalu menjaga diri kita, anak2 kita dan keluarga kita dari bara api neraka yang menyala2.

At Tahrim 6: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

Semoga anak2 kita dijauhkan dari sesuatu yang haram, atau bahkan dari sesuatu yang makruh.

Idealnya, anak2 bangsa ini adalah anak2 yang terjaga afiifah (kehormatan)-nya. Anak2 kita harus afiif, menjaga kehormatannya, agar tidak ternodai oleh manusia2 durjana. Sehingga pemimpin2 kita adalah orang2 yang bersih akhlaqnya, ucapannya, pikirannya, pakaiannya.

Hai orang2 yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan berkatalah dengan perkataan yang syadiid (benar).

Sehingga kita tidak lagi mendengar anak2 yang berkata kotor, dsbnya. Meskipun tidak semuanya seperti itu, kita juga mendengar anak2 yang hafal Al Quran, tapi tidak semua kenyataanya seperti itu. Tapi ada juga realitas yang tidak bisa kita pungkiri.

4. Kenal nidzham (rapi, disiplin)

Disiplin kapan dia pergi sekolah, disiplin kapan dia pulang sekolah. INi ada anak2 yang jam sekolah malah pergi ke Mall. Malam2 kita ke masjid, masih ada anak2 ini nongkrong di pinggir jalan, dsbnya.

Berarti ini adalah PR kita sebagai orang tua, sebagai guru.

Ini adalah hal yang sangat krusial, sangat mahal, yang harus mendapatkan perhatian. Jangan sampai pendidikan anak2 hanya mendapatkan sisa2. Sisa waktu, sisa dana, sisa program, tidak!

Kalau ingin Negara ini menjadi Negara yang rakyatnya santun, ramah, itu semua harus dimulai dari pendidikan.

Pendidikan harus benar2 ideal. Ideal dalam Islam juga harus sesuai dengan realitas manusia dan kemanusiaan. Bukan realitass yang diciptakan oleh bangsa2 lain untuk bangsa kita melalui narkoba, seks bebas, dsbnya.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita, bahan untuk kesungguhan kita dalam membangun bangsa ini dalam kaidah2 yang benar, dan oleh para SDM yang berkualitas. Sehingga Indonesia menjadi Negara besar, yang diperhitungkan oleh negara2 seluruh dunia. Dan ini bukan sebatas angan2 kosong belaka.

Kita jangan berbuat kejahatan di dalam dunia pendidikan.


Ketika idealism tidak sesuai dengan realitas yang ada, itu lah yang disebut dengan problematika. Bagaimana caranya, insya Allah akan kita lanjutkan dalam pembahasan2 berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar