Kepedulian Islam terhadap perempuan. Ini
bisa kita lihat bagaimana kondisi makhluk Allah sebelum datangnya Islam, tidak
ada harganya, padahal dia sama2 makhluk Allah yang laki2. Perempuan di zaman
sebelum Islam tidak bisa menjadi ahli waris, dan bahkan dijadikan warisan,
seperti barang. Ketika seseorang meninggal dunia, dan seseorang itu
meninggalkan istri, itu diwarisi oleh anak2nya, dan bisa ditinggalkan di depan
rumah, dan silakan siapa yang mau mengambilnya.
Ada juga laki2 yang memiliki perempuan sampai
dengan 10, bagaimana bisa berlaku adil. Setelah datangnya Islam, “kawinilah
kalian 1, 2, 3, atau sampai 4.” Saat itu ada yang punya 10, maka oleh
Rasulullah diperintahkan supaya pilih 4 saja.
Betapa perhatiannya Al Quran terhadap
perempuan, sampai2 ada surat di dalam Al Quran bernama An Nisa. Jadi, kalau ada
sesuatu dijadikan nama di dalam Al Quran, itu menggambarkan betapa tingginya
urgensinya. Tidak ada surat Ar Rijal, tidak ada. Juga ada nama2 surat yang berhubungan
dengan perempuan, seperti Al Mujaadalah, Al Mumtahanah.
Kita ingat ketika para sahabat bertanya kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling utama kita layani?”
Rasulullah menjawab sampai 3 kali, “Ibu kamu” baru kemudian, “bapak kamu.”
Ini menggambarkan bahwa kedudukan ibu kita
dibandingkan ayah kita adalah 3 banding 1.
Peran perempuan, dalam meningkatkan
ketahanan keluarga ini sangat penting, mengingat kondisi keluarga zaman
sekarang. Karena tidak semua keadaannya dalam ridho Allah SWT. Kita mendengar
dan melihat KDRT, suami membunuh istri atau istri membunuh suami, orang tua membunuh
anak atau anak membunuh orang tua. Walau jumlahnya tidak banyak, tapi
berguncang Arsy ketika ada satu nyawa yang terbunuh.
2. Kebaikan sebuah masyarakat tergantung
pada kebaikan sebuah keluarga.
Ketika kita bersama2 belajar bagaimana
peran perempuan meningkatkan ketahanan keluarga, itu adalah peran perempuan
dalam masyarakatnya juga.
3. Keluarga adalah lembaga kemanusiaan yang
terpenting.
Kalau di dunia ini ada banyak lembaga2
kemanusiaan, maka yang terpenting adalah keluarga.
Kalau dalam keluarga itu sudah terbiasa
dzholim, mendzholimi, terdholimi, atau cuek tidak peduli, maka akan muncul di
masyarakat ini manusia2 yang tidak peduli dengan kemanusiaan, dengan urusan
dunia ini.
Itu lah sebabnya, keluarga harus
mendapatkan skala prioritas.
Apa peran seorang perempuan dalam
meningkatkan ketahanan keluarga?
Ketika kita berbicara tentang perempuan
berarti dia adalah, Ibu, istri, anak perempuan. Apa peran mereka ini, dalam
meningkatkan ketahanan keluarga dan sekaligus ketahanan bangsa. Karena
pahlawan2 di dunia ini, ulama2 besar, lahir dari keluarga2.
1. Sebagai madrasah.
Menjadi sebuah madrasah, menjadi institusi
pendidikan, emnjadi perguruan tinggi. Ketika seorang istri, seorang ibu yang
lebih banyak waktunya di rumah dibandingkan bapaknya, dia mampu mentarbiyah
anak2nya mempunyai manfaat keilmuwan, ilmu2 syar’I yang sangat penting dalam
kehidupan, maka perempuan2 kita telah berjasa dalam membangun bangsa.
Al Ummu madrosatul ‘ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq“,
Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Jika kita ingin menghasilkan mahasiswa2
yang hebat,
Bukankah generasi terbaik, yang dipimpin
oleh pemimpin terbaik, RasulullahSAW, mereka sibuk dalam masyarakatnya,
berdakwah, mencari nafkah, dsbnya, lalu siapa yang mendidik anak2nya, sedangkan
bapak2nya berdakwah keluar rumah? Jawabannya adalah istrinya.
2. Sebagai mitra suami
Mitra dalam menegakkan syariat Allah yang
penuh rahmat buat alam semesta dimulai dari rumahnya. Seperti apa peran seorang
istri bermitra dengan suami yang soleh seperti itu.
Memang, keluarga itu seperti sebuah
perusahaan, dan harus ada pemimpinnya. Siapa mitra direkturnya itu? Dia adalah
istri. Ketika ada pembagian tugas, itu bukan berarti ekdudukan istri di bawah
suami. Ketika dia mampu menjalankan roda keluarganya, maka
An Nisa 24: Kaum laki-laki adalah pemimpin
bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Redaksi nya seolah2 peran suami lebih, tapi
kemudian di ayat itu memakai sama2 mudzakkar, ba’dhuhum ‘ala ba’dhu, sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), untuk menyatakan laki2
dan perempuan.
Rijal, laki2 atau suami itu harus qowwamu
na alan nisa, memimpin, mengayomi istrinya. Peran istri memang diayomi suami,
tapi tidak bisa dipandang kecil.
2. Istri adalah potret keindahan hamba2
Allah yang memilih kesenangan akhirat daripada dunia.
Nabi mampu membuat senang istri2nya, tapi
ternyata istri yang menjadi orang terbaik dalam rumah tangganya, adalah rumah
tangga Rasulullah
Al Ahzab 28-29:
28. Wahai Nabi! Katakanlah kepada
istri-istrimu, "Jika kamu mengingini kehidupan di dunia dan perhiasannya,
maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara
yang baik.
29. Dan jika kamu menginginkan (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya dan (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah
menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu.
Ketika istri2 Nabi, perempuan2 yang mulia
di sisi orang paling mulia, disuruh memilih kesenangan dunia atau akhirat,
mereka memilih kesenangan akhirat. Rumah tangga mereka adalah rumah tangga
paling kokoh. Di situ mereka mempunyai obsesi2 akhirat.
3. Ibu yang tangguh yang afiifah (benteng)
dari keluarganya
Seperti kisah Maryam as, sampai2 Maryam
adalah satu2nya perempuan yang disebut jelas di dalam Al Quran, supaya dunia
tahu bahwa Isa adalah anak Maryam, bukan anak tuhan, karena itu disebut secara
jelas nama Maryam di dalam Al Quran.
Semoga rumah tangga kita diberikan
kekokohan, yang menjadi panutan bagi keluarga2 yang lain. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar