Kebenaran kita dalam berIslam, sangat
berkaitan dengan sejauh mana kita mengenal Rasulullah SAW. Apa yang kita
ketahui tentang Rasulullah?
1. Nabi yang rahiim (sangat menyayangi
ummatnya).
Tidak ada kebaikan yang diketahui Nabi,
kecuali disampaikan pada ummatnya. Dan tidak ada keburukan, yang tidak
diberitahukan kepada ummat manusia agar dijauhi.
QS At Taubah 128: Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.
QS Al Anbiya 107: Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Di sini digunakan ‘adabul khosr, seluruh
kehidupan Nabi adalah rahmat. Pertama: ketika Nabi berumah tangga, maka seluruh
rumah tangganya Nabi adalah rahmah (kasih sayang). Seluruh istri2 Nabi mengatakan
bahwa beliau sangat romantis. Memanggil istrinya dengan panggilan menyenangkan,
misalnya saja Aisyah dipanggil dengan panggilan “Ya Humairoh” (si pipi yang
kemerah2an).
2. Risalah/misi yang dibawakannya adalah
rahmat. Di antaranya adalah ukhuwwah. Tidak ada masyarakat yang lebih
bersaudara daripada masyarakat yang dipimpin langsung oleh Nabi.
QS Al Hujurat 10: Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang
berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
Bahkan sampai ke tingkatan itsar,
mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri. Memberikan rumahnya, tanahnya
untuk saudaranya.
QS Al Hasyr 9: Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung
3. Risalah dalam memerintah, di dalam
bangsa dan bernergara. Kondisi Negara saat beliau memimpin, adalah adil dan
aman. Kenapa? Karena mereka semua adalah orang2 yang beriman. Dan kalau orang
itu imannya benar, jauh dari syirik, maka akan diberikan rasa aman.
Bandingkan dengan sebuah Negara yang tidak
dipimpin oleh orang2 yang tidak adil, yang ada adalah keributan, keguncangan.
Kita ingat, sahabat yang sangat dicintai
oleh Nabi, yaitu Usamah bin Zaid, ketika datang melobi Nabi supaya orang yang
akan dihukum potong tangan supaya tidak dipotong, maka Nabi marah karena Allah.
Beliau berkata, “demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, saya
sendiri yang akan memotong tangannya.”
Itu lah keadilan Nabi dalam memimpin
ummatnya, negaranya.
4. Nabi teladan. Nabi yang tidak cukup
hanya dikagumi. Karena kalau sekedar kagum, orang kafir juga dikagumi. Bagi
orang Muslim, tidak cukup dengan berkagum, tapi harus diteladani. Diteladani
dalam kehidupan pribadinya, berumahtangganya, dalam bermasayarakat, berbangsa
dan bernegara.
Bagaimana keteladanan bisa mewujud di
tengah2 kehidupan kita:
1. Yang diteladani harus mempunyai nilai
lebih. Nabi mempunyai keteladanan sehingga diikuti ummatnya, orang tua harus
mempunyai nilai lebih sehingga diikuti anaknya. Guru harus mempunyai
keteladanan sehingga diikuti muri2nya. Pemimpin harus memiliki nilai
keteladanan sehingga diikuti oleh rakyatnya, dstnya.
2. Kesamaan. Nabi adalah manusia, dan
ummatnya juga manusia. Itu sebabnya Allah tidak mengutus Rasul di dunia ini
adalah malaikat seperti yang diminta oleh orang kafir
QS Al Furqan 7: Dan mereka berkata,
"Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar[25]?
Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan
peringatan bersama dia,
QS Al Furqan 8. Atau (mengapa tidak)
diturunkan kepadanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya,
sehingga dia dapat makan dari (hasil)nya?" Dan orang-orang zalim itu
berkata, "Kamu hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.”
5. Nabi dakwah. Seluruh kehidupannya adalah
dakwah. Allah mengutus Rasulullah adalah dai yang mengajak manusia agar taat
mengikuti Allah, bukan untuk mengikuti dirinya. Ketika kita meneladani
kehidupan Rasulullah, maka seluruh kehidupan kita adalah dakwah. Ketika sulit,
berdakwah, ketika mudah, berdakwah. Ketika masih muda berdakwah, ketika sudah
tua masih terus berdakwah. Sehingga seluruh hidupnya adalah dakwah.
6. Rumah tangga Nabi adalah rumah tangga
dakwah. Maka rumah tangganya adalah teladan, termasuk keteladanan dalam dakwah.
Karena dakwah itu keteladanan. Jika sedikit saja dalam rumah tangga Nabi yang
mengurangi keindahan dakwah, maka sangat berat hukumannya, Allah langsung men
gancam cerai istri Nabi.
Zainab binti Jahsy memberikan nabi di
rumahnya, sedangkan Hafshahh tidak senang Nabi diebrikan madu di rumah Zainab.
Hafshah mengajak Aisyah untuk berkata, “ini bau apa.” Karena ucapan istrinya
itu, hampir2 Nabi mengharamkan madu, lalu Allah tegur. Wahay Nabi kenapa engkau
haramkan apa-apa yang dihalalkan Allah atasmu.
QS At Tahrim 5: Jika dia (Nabi) menceraikan
kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang
lebih baik dari kamu, perempuan-perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat,
yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
Rumah tangga Nabi adalah rumah tangga
dakwah, sedangkan rumah tangga dakwah adalah rumah tangga keteladanan.
Ketika di dalam rumah tangga Nabi ada
sesuatu masalah, seorang sahabat Nabi berkata kepada Umar, "Gawat!"
Umar bertanya kepadanya, “Adakah pasukan Ghassan telah tiba?” Jawabnya, “Jauh
lebih besar dan lebih ngeri dari itu! Nabi SAW telah menceraikan
isteri-isterinya!” Aku bergumam, “Alangkah rugi si Hafsah kalau begitu.”
(Riwayat Al-Bukhari).
Rumah tangga Rasulullah dianggap lebih
utama. Serangan pasukan Raja Ghassan yang saat itu paling ditakuti orang2 Arab,
dianggap lebih kecil jika dibanding apa yang terjadi dengan rumahtangga Nabi
SAW. Istri Nabi tidak taat pada Nabi, langsung Allah ancam dengan perceraian.
Ini khusus untuk keluarga Nabi saja dikarenakan ketika di dalam keluarga
terbaik ada suatu masalah, maka bahaya yang akan ditimbulkannya juga lebih
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar