Kita hidup di zaman ilmu pengetahuan atau
teknologi. Tapi yang perlu kita ingat adalah, ilmu pengetahuan dan teknologi
itu adalah sarana. Apa saja korelasi antara Al Quran dengan ilmu?
1. Al Quran adalah kitab petunjuk,
memberikan petunjuk terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek
teknologi.
Al Quran adalah kitab hidayah, sehingga
ketika kita mempelajari ilmu pengetahuan, jangan keluar dari daerah hidayah Al
Quran.
2. Al Quran mengajak seluruh umat manusia
kepada ilmu pengetahuan. Mengentaskan seluruh manusia dari jahiliyah menuju Nur
(minazzhulumaati ilannuur/ dari kegelapan menuju terang). Tidak ada kitab apa
pun di dunia ini yang melebihi Al Quran menyeru manusia agar membangun ilmu
pengetahuan.
Ayat pertama turun adalam berbicara tentang
ilmu. Tidak bicara tentang politik walau politik itu penting. Tidak bicara
tentang ekonomi, walau ekonomi itu penting.
Iqra bismirabbikalladzii kholaq
Kholaqol insaana min ‘alaq
Iqro’ warobukal akrom
Alladzii ‘allama bil qolam
‘Allamal insaana maalam ya’lam
Kata ilmu tiga kali disebutkan. Ini
menggambarkan bahwa sejak pertama Al Quran diturunkan, ilmu sudah ditekankan,
menunjukkan urgensinya ilmu. Perubahan yang terjadi di dunia ini, termasuk di
negri yang kita cintai, harus dimulai dari ilmu.
3. Di dalam Al Quran tidak ada doa, yang kita
minta dikasih oleh Allah untuk ditambah-tambah terus, kecuali ilmu.
QS Thoha 114: Robbiidzidnii ilma..(Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan)
Di dalam Al Quran, tidak ada doa minta
ditambah harta, kekuasaan, dll. Karena harta kekuasaan tidak akan lebih baik
kalau tidak ada ilmu.
Rakyat yang cerdas berilmu tidak akan mau dibodohi
dengan pencitraan. Pemimpin akan hebat kalau ada ilmu, sehingga kebijakan-kebijakannya selalu tepat.
4. Di dalam Al Quran tidak ada dikotomi
antara ilmu agama dengan ilmu umum. Semua ilmu adalah penting. Maka di dalam
sejarah tidak ada Negara yang komitmen terhadap ilmu kecuali dia adalah Negara yang
maju. Dan sebaliknya jika ada Negara yang tidak komitmen menuntut ilmu, meski
mereka mengaku beragama Islam, maka dia menjadi Negara tertinggal.
5. Ilmu meskipun penting, tapi ilmu saja
tidak cukup. Ilmu itu adalah nikmat tapi juga bencana. Bagaimana ilmu itu bisa
jadi bencana, karena kalau ilmu itu nikmat, kita semua sudah paham. Tapi ada ilmu
yang berubah jadi bencana, karena ilmu tersebut tidak dikaitkan dengan aturan Allah.
Ar Rum 7: Mereka hanya mengetahui yang
lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat
adalah lalai.
Di ayat di atas, Allah mengakui orang2
kafir itu berilmu, tapi membawa bencana, karena sebatas dunia. Seperti halnya Qorun
yang sombong dg ilmunya mendapatkan harta benda, sampai-sampai kunci gemboknya
berat jika dipikul oleh puluhan orang, tapi ia menertawakan orang miskin, tidak
peduli dnegan orang2 yang lemah, akhirnya Qorun ditenggelamkan Allah.
Bukankah bencana ini mengguncang Negara2
maju? Musibah tidak hanya menimpa negara2 yang katanya terbelakang, tapi juga
menimpa negara2 yang katanya maju. Pengangguran, angin beliung, tsunami, dll.
Karena keilmuan mereka dijadikan alat untuk
menyombongkan diri, melupakan Allah. Setiap bencana selalu dikaitkan dengan
alam, seolah2 dunia ini tidak ada penciptanya. Inilah yang dimaksud bahwa ilmu
bisa menjebak.
Berbeda dengan orang2 beriman. Orang2
beriman ketika semakin tambah ilmunya, maka semakin besar takutnya pada Allah.
QS Fathir 28: Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Definisi orang berilmu (ulama) adalah
orang2 yang takut kepada Allah.
Tidak takut kalau ia tidak mendapatkan
pangkat, karena ulama hanyalah hamba-hamba Allah yang takut hanya kepada Allah.
Karena selalu didasari keimanan, maka ia akan selalu tawadhu’.
Ketika kita diberikan ilmu oleh Allah,
diberikan inovasi2 baru dalam teknologi, akan menjadikan kita semakin takut
dengan Allah.
Sedangkan kalau kita diberikan musibah kita
tidak ingat Allah, tidak ingat akhirat, maka air dan api, dua hal yang baisanya
tidak bisa bertemu itu, maka banjir dan gunung meletus bisa terjadi pada waktu
yang sama.
Teknologi yang kita buat seharusnya
menjadikan kita makin takut kepada Allah.
Orang2 beriman yang diberi ilmu oleh Allah
maka mereka tidak sebatas menganalisa yang terlihat zhohir, tapi juga hikmah di
belakangnya. Maka kita diajarkan berdoa:
“Ya Allah jadikan lah angin ini angin rahmat,
dan bukan angin bencana,”
Ketika kita menyaksikan rahmat Allah berupa
hujan, kita tidak sebatas melakukan tindakan optimal supaya tidak banjir, tapi
kita juga berdoa, “Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan rahmat dan bukan hujan
bencana.”
Keterpaduan antara ilmu, dengan kebersihan
hati. Jadi berbeda dengan sebagian orang yang sebatas memahami ilmu yang bisa2
menghantarkan pada kesombongan.
6. Tidak ada kontradiksi antara kebenaran-kebenaran
Al Quran dengan kebenaran ilmu pengetahuan. Karena kedua-duanya datang dari
Allah. Al Quran adalah wahyu dari Allah sedangkan kebenaran-kebanaran ilmiah
yang kita ketahui itu juga sebenarnya dari Allah. Hanya prosesnya berbeda. Al
Quran adalah wahyu yang langsung dari Allah, sedangkan kebenaran ilmiah didapatkan
mansua setelah melalui proses bertahun-tahun. Manusia dengan kemampuan
meneliti, itu otaknya juga dari Allah.
Untuk mengetahui kebenaran Al Quran, tidak
harus melalui kebenaran ilmiah. Para Sahabat sudah mengetahui kebenarnan Al
Quran meskipun mereka tinggal di masa bukan masa kemajuan teknologi.
Al Quran sudah pasti benar, sehingga ketika
kita mempelajari kemukjizatan ilmu pengetahuan di dalam Al Quran, maka kita
tidak boleh menyelaraskan hasil-hasil penelitian untuk menafsirkan Al Quran,
itu tidak boleh, karena kalau penelitinya salah, nanti ada orang yang ikutan
mempersalahkan Al Quran. Karena Allah sudah berfirman di dalam Al Quran itu
sudah pasti haq (benar). Di antara trendnya adalah
1. fleksibilitas Bahasa di dalam Al Quran
2. tidak membatasi pada satu kebenaran
ilmiah, sehingga terbuka untuk berbagai kebenaran ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar