Kamis, 05 Maret 2015

Al Quran dan Ilmu Pengetahuan, Tayang 14 Januari dan 5 Maret 2015


Kita hidup di zaman ilmu pengetahuan atau teknologi. Tapi yang perlu kita ingat adalah, ilmu pengetahuan dan teknologi itu adalah sarana. Apa saja korelasi antara Al Quran dengan ilmu?

1. Al Quran adalah kitab petunjuk, memberikan petunjuk terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek teknologi.

Al Quran adalah kitab hidayah, sehingga ketika kita mempelajari ilmu pengetahuan, jangan keluar dari daerah hidayah Al Quran.

2. Al Quran mengajak seluruh umat manusia kepada ilmu pengetahuan. Mengentaskan seluruh manusia dari jahiliyah menuju Nur (minazzhulumaati ilannuur/ dari kegelapan menuju terang). Tidak ada kitab apa pun di dunia ini yang melebihi Al Quran menyeru manusia agar membangun ilmu pengetahuan.

Ayat pertama turun adalam berbicara tentang ilmu. Tidak bicara tentang politik walau politik itu penting. Tidak bicara tentang ekonomi, walau ekonomi itu penting.

Iqra bismirabbikalladzii kholaq
Kholaqol insaana min ‘alaq
Iqro’ warobukal akrom
Alladzii ‘allama bil qolam
‘Allamal insaana maalam ya’lam

Kata ilmu tiga kali disebutkan. Ini menggambarkan bahwa sejak pertama Al Quran diturunkan, ilmu sudah ditekankan, menunjukkan urgensinya ilmu. Perubahan yang terjadi di dunia ini, termasuk di negri yang kita cintai, harus dimulai dari ilmu.

3. Di dalam Al Quran tidak ada doa, yang kita minta dikasih oleh Allah untuk ditambah-tambah terus, kecuali ilmu.

QS Thoha 114: Robbiidzidnii ilma..(Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan)

Di dalam Al Quran, tidak ada doa minta ditambah harta, kekuasaan, dll. Karena harta kekuasaan tidak akan lebih baik kalau tidak ada ilmu.

Rakyat yang cerdas berilmu tidak akan mau dibodohi dengan pencitraan. Pemimpin akan hebat kalau ada ilmu, sehingga kebijakan-kebijakannya selalu tepat.

4. Di dalam Al Quran tidak ada dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Semua ilmu adalah penting. Maka di dalam sejarah tidak ada Negara yang komitmen terhadap ilmu kecuali dia adalah Negara yang maju. Dan sebaliknya jika ada Negara yang tidak komitmen menuntut ilmu, meski mereka mengaku beragama Islam, maka dia menjadi Negara tertinggal.

5. Ilmu meskipun penting, tapi ilmu saja tidak cukup. Ilmu itu adalah nikmat tapi juga bencana. Bagaimana ilmu itu bisa jadi bencana, karena kalau ilmu itu nikmat, kita semua sudah paham. Tapi ada ilmu yang berubah jadi bencana, karena ilmu tersebut tidak dikaitkan dengan aturan Allah.

Ar Rum 7: Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Di ayat di atas, Allah mengakui orang2 kafir itu berilmu, tapi membawa bencana, karena sebatas dunia. Seperti halnya Qorun yang sombong dg ilmunya mendapatkan harta benda, sampai-sampai kunci gemboknya berat jika dipikul oleh puluhan orang, tapi ia menertawakan orang miskin, tidak peduli dnegan orang2 yang lemah, akhirnya Qorun ditenggelamkan Allah.

Bukankah bencana ini mengguncang Negara2 maju? Musibah tidak hanya menimpa negara2 yang katanya terbelakang, tapi juga menimpa negara2 yang katanya maju. Pengangguran, angin beliung, tsunami, dll.

Karena keilmuan mereka dijadikan alat untuk menyombongkan diri, melupakan Allah. Setiap bencana selalu dikaitkan dengan alam, seolah2 dunia ini tidak ada penciptanya. Inilah yang dimaksud bahwa ilmu bisa menjebak.

Berbeda dengan orang2 beriman. Orang2 beriman ketika semakin tambah ilmunya, maka semakin besar takutnya pada Allah.

QS Fathir 28: Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.

Definisi orang berilmu (ulama) adalah orang2 yang takut kepada Allah.

Tidak takut kalau ia tidak mendapatkan pangkat, karena ulama hanyalah hamba-hamba Allah yang takut hanya kepada Allah. Karena selalu didasari keimanan, maka ia akan selalu tawadhu’.

Ketika kita diberikan ilmu oleh Allah, diberikan inovasi2 baru dalam teknologi, akan menjadikan kita semakin takut dengan Allah.

Sedangkan kalau kita diberikan musibah kita tidak ingat Allah, tidak ingat akhirat, maka air dan api, dua hal yang baisanya tidak bisa bertemu itu, maka banjir dan gunung meletus bisa terjadi pada waktu yang sama.

Teknologi yang kita buat seharusnya menjadikan kita makin takut kepada Allah.

Orang2 beriman yang diberi ilmu oleh Allah maka mereka tidak sebatas menganalisa yang terlihat zhohir, tapi juga hikmah di belakangnya. Maka kita diajarkan berdoa:

“Ya Allah jadikan lah angin ini angin rahmat, dan bukan angin bencana,”

Ketika kita menyaksikan rahmat Allah berupa hujan, kita tidak sebatas melakukan tindakan optimal supaya tidak banjir, tapi kita juga berdoa, “Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan rahmat dan bukan hujan bencana.”

Keterpaduan antara ilmu, dengan kebersihan hati. Jadi berbeda dengan sebagian orang yang sebatas memahami ilmu yang bisa2 menghantarkan pada kesombongan.

6. Tidak ada kontradiksi antara kebenaran-kebenaran Al Quran dengan kebenaran ilmu pengetahuan. Karena kedua-duanya datang dari Allah. Al Quran adalah wahyu dari Allah sedangkan kebenaran-kebanaran ilmiah yang kita ketahui itu juga sebenarnya dari Allah. Hanya prosesnya berbeda. Al Quran adalah wahyu yang langsung dari Allah, sedangkan kebenaran ilmiah didapatkan mansua setelah melalui proses bertahun-tahun. Manusia dengan kemampuan meneliti, itu otaknya juga dari Allah.

Untuk mengetahui kebenaran Al Quran, tidak harus melalui kebenaran ilmiah. Para Sahabat sudah mengetahui kebenarnan Al Quran meskipun mereka tinggal di masa bukan masa kemajuan teknologi.

Al Quran sudah pasti benar, sehingga ketika kita mempelajari kemukjizatan ilmu pengetahuan di dalam Al Quran, maka kita tidak boleh menyelaraskan hasil-hasil penelitian untuk menafsirkan Al Quran, itu tidak boleh, karena kalau penelitinya salah, nanti ada orang yang ikutan mempersalahkan Al Quran. Karena Allah sudah berfirman di dalam Al Quran itu sudah pasti haq (benar). Di antara trendnya adalah

1. fleksibilitas Bahasa di dalam Al Quran
2. tidak membatasi pada satu kebenaran ilmiah, sehingga terbuka untuk berbagai kebenaran ilmiah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar