Al Izzah merupakan anugrah Allah. Seseorang
meskipun miskin, atau tidak terkenal, dan tidak dipertimbangkan oleh orang
lain, tapi jika ia mulia di hadapan Allah, maka akan diberikan izzah oleh Allah
dengan berbagai rekayasa Allah.
Di tengah2 kondisi manusia saat ini yang sangat
memperhatikan gengsi, sampai-sampai ada orang yang mau berhutang sana sini demi
gengsi, lalu bagaimana kondisi orang yang telah Allah berikan izzah itu?
2. Mereka lemah lembut, sopan santun,
kepada saudara2nya seiman dan seaqidah.
Begitu bertemu dengan orang beriman dari Negara
mana pun, dari etnis manapun, maka kita harus berlemh lembut, kasih sayang
padanya.
Tapi ketika berhadapan dengan orang2 kafir,
meski saat ini mereka kelihatan berkuasa, memimpin dunia, tapi orang2 beriman
akan bersikap tegas, dan memperlihatkan izzah terhadap orang2 kafir. Kaum
muslimin tidak boleh kelihatan lemah di hadapan orang2 kafir. Tegas!
QS Al Maidah 54: Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Ayat ini dengan pendekatan tafsir tematik,
bisa kita beri judul “Generasi Baru yang Dipercaya oleh Allah untuk
Memperjuangkan Agamanya, Mengganti Generasi Lama yang tidak Percaya lagi
terhadap Islam.” Seperti apa mereka itu?
a. Allah mencintai mereka dan mereka
mencintai Allah.
Yang dominan dalam diri mereka adalah
cinta.
Alangkah indahnya hidup ini, kalau yang
memimpin adalah penuh dengan cinta. Cinta dengan bersih, karena ukuran cintanya
karena Allah, bukan hawa nafsunya.
b. Generasi yang sopan santun, lemah lembut
kepada sesama mukmin.
Umat Islam di dunia ini memang punya jamaah
berbeda, masjidnya pun berbeda, partainya pun berbeda, tapi kalau sudah bertemu
sesama muslimin, maka kita harus lemah lembut. Kalau menyampaikan Islam dengan
lemah lembut.
c. berjihad dijalan Allah, dan tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela.
Dengan memahami QS Al Maidah 54 ini,
jelaslah bahwa sifat yang dipilih oleh Allah untuk memperjuangkan Islam adalah
yang lemah lembut kepada umat Islam. Ia berat untuk menyakiti hati saudaranya.
Ia memudahkan saudaranya. Ia menyintai saudaranya.
Sebaliknya, di hadapan orang2 kafir, mereka
perkasa, mulia, dahsyat. Tidak merengek2 di hadapan orang2 kafir.
3. Mempunyai izzah kepada orang2 kafir.
Mempunyai pemimpin, yang tegas kepada
orang2 kafir. Meskipun orang2 kafir itu katanya orang kuat, katanya Negara kuat.
Itu masih katanya-katanya. Itu bisa saja hanya isu2. Karena orang2 kafir biasa
berbohong, berpura2, karena tidak punya imunitas sebagaimana orang Islam.
Dunia Islam saat ini dalam kondisi musibah,
karena saat ini kita diuji dengan ujian yang kita tidak bisa menutup mata. Penyebabnya
bukan karena jumlah umat Islam yang sedikit, bukan karena tidak punya pemimpin.
Tapi sayang seribu sayang, mereka tidak tegak di hadapan orang2 kafir, bahkan
tidak sedikit yang malah menghinakan saudaranya sendiri, membunuh saudaranya
sendiri, menghujat saudaranya sendiri, lalu mereka memberikan laporan kepada
orang2 kafir.
QS Al Fath 29: Muhammad adalah utusan
Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Karena tegas, maka orang-orang mukmin tidak
bisa dirayu, tidak bisa diintervensi oleh orang2 kafir.
4. Berani (as sajaa’ah) dan maju
Ketika orang beriman berani maju terus dalam
memperjuangkan Islam, ini tandanya ia dimuliakan oleh Allah.
Mereka bukan orang2 pengecut, mereka penuh
keberanian, hidup selalu maju ke depan, menganggap kecil kematian, dan
menganggap kematian yang terbaik adalah mati dalam rangka membela kebenaran,
bukan dalam rangka disebut2 pemberani.
Al Quran telah memberikan arahan kepada
kita semua, bahwa kematian itu sebuah keniscayaan. Kematian tidak bisa
dipercepat dengan berjihad, dan tidak bisa juga ditunda dengan tetap di rumah
tidak ikut berjihad.
Contoh di zaman2 kemerdekaan, pahlawan dan
ulama kita berperang melawan belanda, tapi tidak semuanya mati, ada yang hidup
sampai ke zaman kemerdekaan dan menikmati kemerdekaan bersama2.
Sedangkan orang2 yang tetap di rumah saja,
tetap mati juga. Jadi baik berjuang maupun tidak berjuang, sama saja. Karena kematian
sudah di
QS Ali Imran 145: Sesuatu yang bernyawa
tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah
ditentukan waktunya.
QS Ali Imran 154: Katakanlah:
"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam
dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui
isi hati.
Ini adalah perbedaan antara orang2 beriman
dengan orang2 munafik. Orang munafik berpikir, kalau dia tetap di rumah dia
akan semakin panjang usianya. Dalam sejarah, mereka tidak turun ke medan jihad,
atau menggembosi di tengah jalan, berbalik pulang. Seolah2 dengan tidak ikut
jihad, usia mereka semakin panjang.
Di dalam QS An Nisa, dijelaskan bahwa kalau
ada orang yang berlindung di gedung yang kokoh, sekalipun, ia akan tetap mati
juga. Di mana pun berada, kalau ajal sudah datang menjemput, maka ia akan mati.
Bukankah Khalid bin Walid, tidak ada perang
selain dia mengikutinya, bahkan ia adalah panglima perangnya, tapi ia mati di
atas dipannya. Ini perkataannya:
“Tidak ada perang, kecuali saya
mengikutinya, bahkan tubuh saya tidak ada yang utuh dikarenakan luka karena
luka terkena panah atau tikaman, tapi kalau saya mati seperti binatang ternak
di atas dipan, maka janganlah mati seperti matinya seorang pengecut.”
Semoga kita menjadi bangsa yang diberikan
Izzah oleh Allah SWT. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar