Rabu, 11 Maret 2015

Hidup Bahagia


Di antara hasil dan buah hidup di bawah naungan Al Quran, di Negara mana pun, maka hidupnya adalah kehidupan yang bahagia, dan ini adalah jaminan Allah.

Mukmin yang benar2 beriman, maka ia sebenar2nya yakin pasti tidak ada kebahagiaan, tidak ada ketentraman buat manusia, tidak ada keberkahan, tidak ada kesucian, tidak ada kehidupan yang serasi, kecuali hanya kembali kepada Al Quran.

QS Al Isra’ 9: Sungguh, Al Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,

Inna haadzal quran (sungguh Al Quran ini), menggambarkan bahwa Al Quran dekat dengan kita.

Tidak ada kebahagiaan jika hidupnya tidak lurus.

Al Quran berbicara tentang dirinya sendiri. Ulama Bahasa mengatakan, al manhaj diartikan ajaran, metodologi, kurikulum. Jadi kalau kita ingin jalan kita benar, kurikulum kita benar, termasuk kurikulum pendidikan, maka ikuti Al Quran.

Maka ada ungkapan, ridho manusia adalah ujung yang tidak ada pangkalnya. Ini maksunya, kalau kita mencari ridho manusia, akan membuat kita capek. Maka carilah ridho Allah saja.

QS At Taubah 72: Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ´Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.

Wa ridhwaa num minallahi akbar (Dan keridhaan Allah adalah lebih besar)

Sedikit saja mendapatkan ridho dari Allah itu, sesungguhnya ia adalah kenikmatan yang jauh lebih besar daripada nikmat-nikmat lainnya. Ini akan menjawab sebagian laki-laki yang membayangkan masuk surga mendapatkan bidadar, seolah-olah mendapatkan bidadari itu nikmat yang terbesar, padahal bukan itu nikmat yang terbesar. Ridho Allah dengan mendapatkan kesempatan memandang wajahNya, adalah nikmat yang terbesar.

Seperti apa sih kembali kepada Kitabullah? Supaya kita tidak terjatuh ke dalam slogan2. Apa ukurannya bahwa kita kembali kepada Kitabullah?

Kembali kepada Kitabullah, hanya mempunyai satu jalan saja, yaitu:

Sesungguhnya kembali dengan kehidupan secara keseluruhan, dalam berumah tangga, dalam mencari penghidupan, dalam berbangsa dan bernegara. Semuanya kembali kepada aturan Allah. Al Quran itu hudallinnas, petunjuk bagi seluruh manusia, tapi kenapa juga dikatakan hudallil muttaqin. Ini tidak ada kontradiksi. Al Quran ditujukan kepada seluruh umat manusia, tapi realitasnya, yang mau menjadikan Al Quran sebagai oetunjuk hanya lah orang2 beriman.

Jadi masalahnya bukan bisa atau tidak bisa. Tapi mau atau tidak mau.

Rasul berkata, “semua umatku masuk syurga, kecuali yang tidak mau.”
Siapa yang tidak mau, wahai Rasulullah?
Rasul menjawab, “barangsiapa yang mau taat kepada Allah dan mengikutiku, maka dia masuk surga. Dan barangsiapa yang tidak mau taat kepada Allah dan mengikutiku, maka dia masuk neraka.”

Semua nya mengikuti ajaran Allah. Tidak ada istilah ini masalah dunia, dan itu akhirat.

Di antara kembali kepada ajaran Allah adalah bagaimana Al Quran ini benar2 menjadi hakim dalam kehidupan kita.

Lembaga apa pun di dunia ini, ketika tidak kembali kepada aturan Allah, pasti ada kedholiman. Akan terjadi konflik antar lembaga, karena mengikuti hawa nafsu.

Ketika Allah berbicara tentang kitabullah, dan Allah dan RasulNya menjadi hakim dalam kehidupan ini, maka kenapa nafsu yang di

Karena diri manusia (nafs) itu ketika tidak mendapat siraman Islam, maka ada kecendrungan menolak. Maka bagaimana agar hawa nafsu itu mengikuti Islam. Bukan Islam yang mengikuti selera kita.

QS Al Qashash 50: Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Mana ada orang yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya,

Orang yang mengikuti hawa nafsunya, adalah orang yang menuhankan hawa nafsunya. Kalau ada yang mengatakan bahwa dia hidup tentram

QS Thaha 1-2: Thaha maa anzal naa ‘alaikal quraaana litasyqaa.
(Thaha; Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;)

Turunnya Al Quran bukan untuk mencelakakan umat manusia, tapi adalah kebahagiaan.

Apakah kita berani mengatakan bahwa Al Quran itu untuk orang Arab saja? Sebutkan satu ayat saja! Tidak ada!

QS Al Furqan 1: Mahatinggi Allah yang telah menurunkan Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).

Untuk seluruh alam! Tidak disebutkan hanya untuk Indonesia, atau negri tertentu.

Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Kapan dia kuat? Ketika kembali kepada Al Quran.


Semoga semua begal2, koruptor2 di negri ini, tobat, kembali kepada Allah. Ketika kita lemah, kita kembali kepada Al Quran dan Sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar