Sabtu, 07 Maret 2015

Edisi Akhir Pekan: Imam yang Tegas

Kalau boleh diumpamakan bahwa seorang imam itu diibaratkan dalam tubuh manusia, seperti jantung, sehingga dapat dibayangkan betapa sangat luar biasa pentingnya peran imam. Negara ini walau pun kaya raya, Allah berikan kekayaan yang luar biasa, emas lautan, dsbnya, kalau pemimpinnya tidak tegas, maka sangat bahaya.

Pertanyaannya, bagaimana Al Quran berbicara tentang pemimpin yang dikehendaki oleh Allah, sehingga masyarakatnya bangga terhadap pemimpinnya.

QS Al Anbiya 73: Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas, bahwa pemimpin yang diridhoi oleh Allah adalah yang:
1. selalu memberi petunjuk dengan berdasarkan perintah Allah, dan mangajak manusia kepada Allah.
2. memproduksi kebaikan2, maka dia akan tegas karena sulit dicari-cari kesalahannya. Tidak boleh pemimpin itu diam saja. Di mana ada kebaikan, maka di situ memproduksi kebaikan. Maka buktikan legalitas formal itu bahwa ia benar2 memproduksi kebaikan
3. selalu mendirikan sholat. Sholat berarti seseorang lebih berkomunikasi dengan Allah. Jika seseorang sudah dekat dengan Allah, maka ia tidak bisa ditekankan oleh pihak mana pun, karena Allah adalah kuat. Bila seluruh kekuatan dunia bersatu padu, tapi di hadapan Allah mereka kecil.

4. membayar zakat. Zakat ini membuat rakyatnya sejahtera. Negara mana pun yang pemimpinnya membayar zakat dan diikuti rakyatnya, maka rakyatnya sejahtera

5. mereka hanya menjadi budak, hamba2 Allah.

Bagaimana kita menjadikan Al Quran sebagai pedoman bagi pemimpin, yang tegas.

Al Quran hadir di tengah2 umat manusia, untuk menjadikan umat sebagai ukhrijat linnaas, umat terbaik yang ditampilkan di depan umat amnesia, oleh sebab itu harus dipimpin oleh pemimpin yang diridhoi oleh Allah. Seperti apa kah kriteria pemimpin itu?




Seorang pemimpin yang tegas, yang tidak bisa diintervensi oleh pihak2 mana pun oleh tekanan-tekanan, baik dari dalam dan luar negri, maka harus benar2 menjadi hamba Allah, tidak menjadi hamba lainnya.

Seseorang tidak akan memahami betapa dalamnya redaksi Al Quran, kalau dia tidak memahami “hal yang didahulukan” dan “hal yang diakhirkan”.

Wakaanuu lanaa aabidin..Dan mereka hanya beribadah kepada Kami.

Allah mendahulukan "lana" daripada "aabidiin", sehingga penjelasannya adalah: “dan mereka hanya hamba-hamba Kami”

Seorang pemimpin memang dipilih rakyatnya, tapi tidak boleh jadi budak rakytanya
Seorang pemimpin memang dibiyayi oleh orang lain, tapi ia tidak boleh jad

QS Al Ahzab 1: Hai Nabi bertaqwalah kamu kepada Allah, dan jangan kamu taat kepada orang2 kafir dan munafiq.

Ketika Nabi diperintahkan untuk bertaqwa kepada Allah dan jangan sekali2 taat kepada orang2 kafir, apakah kafir musyrikin atau pun kafir Yahudi dan Nasrani.

Yang memenangkan Anda adalah Allah, maka harus menjadi budaknya Allah saja, jangan menjadi budak yang lainnya. Pemimpin seperti ini, seluruh perjuangannya akan jelas dilindungi oleh Allah.

Bagaimana agar pemimpin itu tegas, kita tidak bicara tentang orang lain, ini juga berbicara tentang kita. Diri kita sendiri juga adalah pemimpin. Seluruh pemimpin akan ditanya tentang sesuatu yang dimpimpin.


Pertanyaan #1. Terkait kasus Bali Nine, ada 2 orang yang sudah divonis hukuman mati, tapi belum juga dieksekusi, dan ada sebagian orang mensinyalir bahwa pemerintah kita takut, bagaimana pak Kiyai memandangnya?

Jawaban:
Kita harus memahami karakter kehidupan ini, yaitu karakter orang2 kafir yang sampai kapan pun akan saling menolong sesama mereka.

QS Al Anfal 73: Orang-orang kafir itu sebagiannya menjadi penolong sebagian lainnya.

QS Al Baqarah 120: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka

Sebenarnya, Negara mana pun kalau umat Islam benar2 menegakkan Islam, maka umat agama yang lainnya di negri itu juga terlindungi. Haram hukumnya berbuat dzholim kepada orang kafir dzimmy.

Hadist: “Barangsiapa yang menyakiti kafir dzimmy maka dia telah melukai aku.”

Narkoba telah membunuh banyak orang, dan kenapa itu tidak dikatakan telah membunuh manusia?

Kalau perampok begal dibunuh oleh masyarakat, maka media mengatakan bahwa “masyarakat main hakim sendiri,” tapi ketika perampok membunuh korban, tidak ada yang mengatakan, “perampok main hakim sendiri.”

Pemerintah harus cepat mengeksekusi, karena setan itu membisiki, baik setan dalam negri maupun setan luar negri. Setan manusia, maupun setan jin.

QS Al An’am 112: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin.

Bisikan manusia itu lebih membahayakan daripada bisikan setan jin, sehingga di ayat di atas disebutkan lebih dahulu. Maka dari itu pemimpin yang tegas harus segera mengeksekusi vonis yang ditetapkannya, agar tidak tergoda oleh bisikan-bisikan manusia.

Ada hukuman mati yang dijatuhkan kepada bangsa Indonesia sendiri dan sudah vonis dan dilaksanakan.

Jadi, karakter pemimpin yang pertama adalah, harus tegas.

Pertanyaan #2. Pemimpin itu tidak hanya Presiden, tapi termasuk diri kita sendiri. Misalkan ini di Negri Antah Berantah, Presidennya, diberi pilihan, mau Negara mu disebut sebagai Negara teroris, atau menjadikan satu orang warga negaramu sebagai teroris. Tentunya pemimpin kemungkinan akan memilih menjadikan satu warganya itu dikorbankan daripada seluruh warganya yang terkena. Bagaimana pendapat Pak Kiyai?

Jawaban:

Kita yakin betul sejarah pasti akan berulang, sudah ada contohnya.

Kita ingat, ketika satu saja warga perempuannya diganggu oleh Yahudi, seorang pemimpin yang tegas, menginstruksikan perang kepada Yahudi. Padahal itu hanya satu perempuan saja, sudah sedemikian tegasnya pemimpin untuk membela rakyatnya.

Kita bayangkan, seandainya pemimpin kita bisa tegas seperti itu.

1. Kemandirian politik, ekonomi, senjata, dan kemandirian2 yang lain sehingga tidak bisa diintervensi.

Padahal Indonesia ini kaya, tidak hampa harta, tidak hampa asset. Kita punya minyak, punya emas, dsbnya. Tapi kenapa kita susah untuk tegas? Karena kita tidak punya kemandirian.

Umar Bin Khtabba kedatangan seorang temannya yang membawa orang asing dan mengatakan, “ya Umar, ini ahli tata Negara.” Umar bilang. “pergi! Karena kita punya banyak ahil tata Negara.”

Kita bukan saja tidak tegas, tapi juga kita menggunakan bahasa2 yang tidak tegas, seperti hutang yang disebut sebagai bantuan.

Pemimpin yang tegas, harus menjadi hamba-hamba Allah, dan bukan hamba dari Negara lain, bukan hamba dari Rakyatnya dll. Dia menjadi budaknya Allah, tapi ia menjadi pemimpin untuk rakyatnya.

Bangsa ini adalah bangsa pejuang, dulu berjuang dengan Belanda, Jepang, Portugis, tapi kenapa sekarang menjadi tidak PD, tapi yang benar adalah bukan PD, tapi PA (Percaya pada Allah).

Jadi, karakter pemimpin yang kedua adalah Kemandirian.

Pertanyaan #3. Aksi mengumpulkan koin, penjualan batu akik dan sebagainya untuk mengembalikan hutang dari Negara tetangga itu, sebenarnya adalah bentuk kemandirian. Tapi kenapa tidak juga pemerintah berani mengeksekusi?

Jawaban:

Karakter yang ketiga adalah, As Sajaa’ah (keberanian). Seseorang di dunia ini ketika dia mengaku sebagai orang Islam, konsekuensinya ia harus berani.

Al Maidah 54: Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

Ketika seseorang murtad, maka Allah akan mendatangkan generasi baru yang:

1. dipercaya oleh Allah, dan mereka ini hanya yang berani-berani saja.
2. sopan santun kepada orang muslim,
3. tegas mempunyai izzah di depan orang kafir
4. berjihad di jalan Allah,
5. tidak takut dengan orang2 yang mencela.

Kalau soal kematian itu, semua manusia akan mati, maka tidak berjuang pun juga mati. Kalau memang begitu, kanepa tidak kita tidak memilih mati yang terbaik, jangan takut berbuat baik!

Kalau ada yang berbuat maksiat, maka ada syaikh yang mengatakan, “wahai Hamba Allah, takutlah kepada Allah. Kita tinggal di bumi Allah, jadi kalau tidak mau mengikuti Allah, jangan tinggal di bumi Allah.”

Allah berikan kita dengan kasus Bali Nine, dan reaksi rakyat yang cepat, semoga pemimpin kita dapat segera bertindak tegas. Dan himbauan ini juga berlaku untuk diri kita, untuk segera kita memeriksa diri sendiri, apakah kita sudah menjadi pemimpin yang baik?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar