Selasa, 10 Maret 2015

Keadilan dan Kehidupan

Perintah Allah untuk berlaku adil berlaku dalam seluruh kehidupan manusia.

1. Adil dalam mengangkat manusia menjadi pemimpin, perwalian secara khusus atau pun secara umum. Wajib hukumnya dalam masalah kepemimpinan, dalam masalah jabatan, mengikuti kaedah2 keadilan.

Ketika manusia mengangkat pemimpin, benar2 berangkat dari keadilan, bukan karena kepentingan, bukan karena uang, bukan karena fanatik golongan, bukan karena kebencian seseorang. Karena keadilan adalah hak dan juga kewajiban bagi seluruh umat manusia.

Dan di antara bentuk keadilan di dalam memberikan jabatan adalah menyerahkan sebuah pekerjaan kepada ahlinya, yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya. Makanya kita tidak boleh memberikan tugas kepada yang tidak mampu.

Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Sebuah rumah tangga akan hancur ketika dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebuah perusahaan akan hancur jika dipimpin oleh yang bukan ahlinya. Sebuah Negara akan hancur jika dipimpin oleh yang bukan ahlinya.

Nabi bersabda kepada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya engkau itu orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanat, dan jabatan itu akan membuat kehinaan dan penyesalan di hari kiamat kecuali orang yang dapat memegang jabatan sebagaimana mestinya dan dapat melaksanakan jabatan (amanat) yang semestinya”.

Siapa yang tidak tahu, Abu Dzar adalah orang yang bertaqwa. Abu Dzar adalah salah seorang yang pertama2 masuk Islam, di tangannya lah masuk Islam seluruh anggota kabilahnya. Dia adalah ornag bertaqwa, tapi tidak berarti semua orang bertaqwa bisa menjadi pemimpin. Harus ada kecakapan, ketegasan, dll.

2. Kita harus berlaku adil dalam memperlakukan seluruh anak-anak kita, dan juga adil dalam memberi yang sama. Jangan hanya mendidik anak yang disenangi saja.

Rasulullah bersabda dalam hadist, dalam bab tidak disenangi, “Bertaqwa lah kalian kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anak kamu.”

Di sini dikaitkan adil dan taqwa. Tidak mungkin dia berlaku adil jika dia tidak bertaqwa.

Al Maidah 8: “Berlaku adillah, karena adil itu dekat kepada taqwa.”

Berlaku adil bukan sekedar Sunnah kauliyah (berupa perkataan Rasulullah), tapi juga Sunnah fi’liyyah (Rasulullah melakukannya dalam bentuk perbuatan). Yaitu ketika Rasulullah tidak mau memberikan persaksian terhadap seorang sahabat, yang beliau ketahui bahwa orang itu tidak berlaku adil terhadap anak2nya.

Islam adalah agama yang bukan sekedar ucapan, tapi juga selaras dengan perbuatan. Menilai seseorang itu bukan dari ucapannya saja, tapi juga dari perbuatannya.

3. Keadilan dalam nasab. Disebut adil ketika seseorang itu mengembalikan nasab kepada bapaknya.
Jangan gara2 seorang wanita kawin dengan seseorang yang dianggap terhormat di dalam masyarakat, namanya dinisbatkan kepada suaminya. Terkadang ini tradisi sebagian seseorang. Apa jadinya jika seseorang kawin dengan orang lain ganti nama lagi, itu namanya tidak adil.

QS Al Ahzab 4-5: Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu. Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan. Panggilah mereka dengan nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah

Allah tidak menjadikan anak-anak kamu sama dengan anak-anak kandung kamu.

Makna “Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja”, yaitu kalau ada orang berbicara tanpa ilmu, itu dikatakan ucapan dengan mulut kamu.

Oleh karena itu panggillah mereka dinasabkan kepada bapak-bapak mereka.

Hadist shahih Nabi bersabda, “Barangsiapa menisbatkan dirinya kepada orang lain bukan bapaknya, dan dia tahu bahwa itu bukan bapaknya, maka surga itu haram bagi dirinya.”

Karena surga itu haram bagi orang-orang yang dzholim. Manusia ketika menisbatkan dirinya kepada bapaknya, itu sudah barang tentu sebuah keadilan. Adil kepada kedua ibu bapaknya yang telah emndidik dan membesarkannya. Adil juga kepada anaknya yang akan membawa nasabnya. Dan adil juga untuk kebenaran, karena anak itu benar-benar anak bapaknya.

Kita harus adil dalam masalah nasabnya. Itu sebabnya zina diharamkan, karena zina itu tidak jelas siapa bapaknya. Segala sesuatu yang dholim itu diharamkan, karena mendzholimi dirinya dan anaknya.

Di antara orang yang berbuat makar, yang menipu masyarakat, mereka menggunakan slogan “menyamaratakan seluruh manusia atas nama keadilan.” Ini sudah barang tentu suatu kesalahan. Ini akan menyeret manusia dalam sebuah kedholiman. Dia berlaku dholim dengan syiar keadilan, karena pada dasarnya tidak semua manusia sama, lalu kita samakan. Apakah sama antara orang yang berbuat kebaikan, dengan orang yang berbuat kejahatan. Sama gak antara orang yang jujur dengan orang yang korupsi? Sama gak antara orang yang berilmu dengan orang yang gak berilmu. Sama gak antara orang yang bersih dengan orang yang kotor? Maka meneriakkan yel yel menuntut sebuah keadilan bagi semua orang, adalah sebuah kedholiman.

Maka Allah mengingatkan kepada kita, begitu banyaknya kejadian yang menyamaratakan orang yang benar2 ingin membangu

Az zumar 9: Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Al Maidah 100: Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan".

Korupsi itu kotor, ketika itu kotor, tidak boleh mengagumkan kamu. Maka doa yang diajarkan oleh Islam, bukan rezeki yang banyak, tapi “Ya Allah berikan kami kecukupan dari yang halal, dan jauhkan dari yang haram.”

Kemudian, walau sama-sama beragama Islam, tapi faktanya berbeda dengan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, dengan orang yang malas, memusuhi orang berjuang.

QS An Nisa 95: Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ´uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,

Untuk itu, ukuran keadilan adalah ajaran Allah, bukan selera saya.

Semoga kita selalu dituntun oleh Allah sehingga mendapatkan barokahNya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar