Perintah Allah untuk berlaku adil berlaku
dalam seluruh kehidupan manusia.
1. Adil dalam mengangkat manusia menjadi
pemimpin, perwalian secara khusus atau pun secara umum. Wajib hukumnya dalam
masalah kepemimpinan, dalam masalah jabatan, mengikuti kaedah2 keadilan.
Ketika manusia mengangkat pemimpin, benar2
berangkat dari keadilan, bukan karena kepentingan, bukan karena uang, bukan
karena fanatik golongan, bukan karena kebencian seseorang. Karena keadilan
adalah hak dan juga kewajiban bagi seluruh umat manusia.
Dan di antara bentuk keadilan di dalam
memberikan jabatan adalah menyerahkan sebuah pekerjaan kepada ahlinya, yang
mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya. Makanya kita tidak boleh memberikan
tugas kepada yang tidak mampu.
Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.
Sebuah rumah tangga akan hancur ketika
dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebuah perusahaan akan hancur jika
dipimpin oleh yang bukan ahlinya. Sebuah Negara akan hancur jika dipimpin oleh
yang bukan ahlinya.
Nabi bersabda kepada Abu Dzar, ““Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya engkau itu orang yang lemah, dan
sesungguhnya jabatan itu adalah amanat, dan jabatan itu akan membuat kehinaan
dan penyesalan di hari kiamat kecuali orang yang dapat memegang jabatan
sebagaimana mestinya dan dapat melaksanakan jabatan (amanat) yang semestinya”.
Siapa yang tidak tahu, Abu Dzar adalah
orang yang bertaqwa. Abu Dzar adalah salah seorang yang pertama2 masuk Islam,
di tangannya lah masuk Islam seluruh anggota kabilahnya. Dia adalah ornag
bertaqwa, tapi tidak berarti semua orang bertaqwa bisa menjadi pemimpin. Harus
ada kecakapan, ketegasan, dll.
2. Kita harus berlaku adil dalam memperlakukan
seluruh anak-anak kita, dan juga adil dalam memberi yang sama. Jangan hanya
mendidik anak yang disenangi saja.
Rasulullah bersabda dalam hadist, dalam bab
tidak disenangi, “Bertaqwa lah kalian kepada Allah dan berlaku adillah kepada
anak-anak kamu.”
Di sini dikaitkan adil dan taqwa. Tidak
mungkin dia berlaku adil jika dia tidak bertaqwa.
Al Maidah 8: “Berlaku adillah, karena adil
itu dekat kepada taqwa.”
Berlaku adil bukan sekedar Sunnah kauliyah
(berupa perkataan Rasulullah), tapi juga Sunnah fi’liyyah (Rasulullah
melakukannya dalam bentuk perbuatan). Yaitu ketika Rasulullah tidak mau
memberikan persaksian terhadap seorang sahabat, yang beliau ketahui bahwa orang
itu tidak berlaku adil terhadap anak2nya.
Islam adalah agama yang bukan sekedar
ucapan, tapi juga selaras dengan perbuatan. Menilai seseorang itu bukan dari
ucapannya saja, tapi juga dari perbuatannya.
3. Keadilan dalam nasab. Disebut adil
ketika seseorang itu mengembalikan nasab kepada bapaknya.
Jangan gara2 seorang wanita kawin dengan
seseorang yang dianggap terhormat di dalam masyarakat, namanya dinisbatkan
kepada suaminya. Terkadang ini tradisi sebagian seseorang. Apa jadinya jika
seseorang kawin dengan orang lain ganti nama lagi, itu namanya tidak adil.
QS Al Ahzab 4-5: Dia tidak menjadikan
anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu. Yang demikian itu hanyalah
perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia
menunjukkan jalan. Panggilah mereka dengan nama bapak-bapak mereka; itulah yang
lebih adil pada sisi Allah
Allah tidak menjadikan anak-anak kamu sama
dengan anak-anak kandung kamu.
Makna “Yang demikian itu hanyalah
perkataanmu di mulutmu saja”, yaitu kalau ada orang berbicara tanpa ilmu, itu
dikatakan ucapan dengan mulut kamu.
Oleh karena itu panggillah mereka
dinasabkan kepada bapak-bapak mereka.
Hadist shahih Nabi bersabda, “Barangsiapa
menisbatkan dirinya kepada orang lain bukan bapaknya, dan dia tahu bahwa itu
bukan bapaknya, maka surga itu haram bagi dirinya.”
Karena surga itu haram bagi orang-orang
yang dzholim. Manusia ketika menisbatkan dirinya kepada bapaknya, itu sudah
barang tentu sebuah keadilan. Adil kepada kedua ibu bapaknya yang telah
emndidik dan membesarkannya. Adil juga kepada anaknya yang akan membawa
nasabnya. Dan adil juga untuk kebenaran, karena anak itu benar-benar anak
bapaknya.
Kita harus adil dalam masalah nasabnya. Itu
sebabnya zina diharamkan, karena zina itu tidak jelas siapa bapaknya. Segala
sesuatu yang dholim itu diharamkan, karena mendzholimi dirinya dan anaknya.
Di antara orang yang berbuat makar, yang
menipu masyarakat, mereka menggunakan slogan “menyamaratakan seluruh manusia
atas nama keadilan.” Ini sudah barang tentu suatu kesalahan. Ini akan menyeret
manusia dalam sebuah kedholiman. Dia berlaku dholim dengan syiar keadilan,
karena pada dasarnya tidak semua manusia sama, lalu kita samakan. Apakah sama
antara orang yang berbuat kebaikan, dengan orang yang berbuat kejahatan. Sama
gak antara orang yang jujur dengan orang yang korupsi? Sama gak antara orang
yang berilmu dengan orang yang gak berilmu. Sama gak antara orang yang bersih
dengan orang yang kotor? Maka meneriakkan yel yel menuntut sebuah keadilan bagi
semua orang, adalah sebuah kedholiman.
Maka Allah mengingatkan kepada kita, begitu
banyaknya kejadian yang menyamaratakan orang yang benar2 ingin membangu
Az zumar 9: Katakanlah, "Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Al Maidah 100: Katakanlah: "Tidak sama
yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,
maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan".
Korupsi itu kotor, ketika itu kotor, tidak
boleh mengagumkan kamu. Maka doa yang diajarkan oleh Islam, bukan rezeki yang
banyak, tapi “Ya Allah berikan kami kecukupan dari yang halal, dan jauhkan dari
yang haram.”
Kemudian, walau sama-sama beragama Islam,
tapi faktanya berbeda dengan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, dengan
orang yang malas, memusuhi orang berjuang.
QS An Nisa 95: Tidaklah sama
antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ´uzur
dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya
atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah
menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,
Untuk itu, ukuran keadilan adalah ajaran Allah,
bukan selera saya.
Semoga kita selalu dituntun oleh Allah sehingga
mendapatkan barokahNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar