Islam adalah agama kemerdekaan. Agama yang
benar2 memperhatikan kemerdekaan ummat manusia. Tidak mungkin sebuah bangsa
merdeka kalau dia tidak mandiri dalam kehidupan. Bagaimana agar bangsa yang
kita cintai ini mandiri, di antaranya:
1. Mendayagunakan dg baik seluruh sumber
daya yang telah diberikan oleh Allah SWT
Jangan sampai ada potensi sumber daya yang
ada di negri ini disia2kan. Apakah itu bersifat ekonomi, materi, fisik, dsbnya.
Semuanya harus digunakan dalam rangka menyejahterakan rakyat. Tidak boleh
sedikitpun disia2kan. Bahkan wajib untuk menjaganya, karena itu adalah amanah.
Begitu banyak ayat2 Al Quran yang mengingatkan kita semua tentang amanah.
Terjemah QS An Nisa 58: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya
Bila diabaikan amanah ini, maka kita
berdosa, dan yang paling besar dosanya adalah pemimpinnya.
Terjemah QS Al Anfal 27: Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu
Selain sumberdaya itu adalah amanah, dia
juga nikmat yang wajib kita syukuri dan merupakan kaidah kehidupan. Bangsa mana
pun yang pandai mensyukuri nikmat Allah, maka akan menjadi bangsa yang maju dan
mandiri.
Kaidah syukur: “Siapa pun yang mensyukuri
nikmat Allah maka akan Allah tambahkan nikmat2 baru.”
Terjemah QS Ibrahim 7: Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
Pertanyaannya, apa tandanya bahwa kita
benar2 bersyukur pada Allah.
1. Pengakuan bahwasanya seluruh nikmat itu
benar2 datang dari Allah.
2. Mendayagunakan dengan sebaik2nya seluruh
nikmat2 Allah dalam rangka taat kepada Allah SWT.
Kita diberikan lautan, hutan, rakyat yang
aslinya memiliki sopan santun yang tinggi, seharusnya didayagunakan sebaik2nya.
Jangan sampai terbalik. Ketika diberikan al
istiqlal, malah memperbanyak titik2 kemaksiatan. Itu bukan mensyukuri
kemerdekaan Indonesia. Itu justru mengotori kemerdekaan Indonesia.
Banyaknya ulama, banyaknya orang2 yang
soleh, itu harus dimotivasi, didukung untuk memperbanyak kegiatan untuk
memberikan pencerahan pada ummat. Adanya ulama, para ustadz, itu adalah nikmat
yang sangat besar bagi sebuah bangsa dan Negara, karena Negara itu akan
diberikan berkah oleh Allah SWT.
Apa jadinya kalau ada seseorang atau
sekelompok orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah?
Jawabannya, bukan dikurangi nikmatnya, tapi
Allah jawab “sesungguhnya adzabKu sangat pedih.”
Adzab itu bisa berupa banjir, tanah
longsor, manusia yang makin brutal, pemimpin yang dzalim, rakyat tidak taakt
pada pemimpinnya, begal di mana2. Na’udzubillahi min dzalik.
Kalau sebegitu pentingnya kita
memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bumi ini, maka kalau ada yang
menyia-nyiakan, itu pasti mendapatkan adzab dari Allah.
Terjemah QS Al An’am 140: Sesungguhnya
rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak
mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezeki-kan pada mereka
dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah
sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
Sebuah bangsa yang menyia2kan potensi
manusia, atau pun sumber daya lainnya, divonis oleh Allah sebagai:
1. rugi
2. bodoh, walau seandairnya seluruh dunia
menganggapnya pakar.
3. mengharamkan apa yang telah Allah
rezekikan kepada mereka
4. pembohong
5. sesat
6. orang2 yang tidak mendapatkan petunjuk
Kalau Allah menghalalkan binatang ternak,
maka jangan sampai ada manusia yang menyia2kan ciptaan Allah dengan
mengharamkannya.
Nabi SAW mengingatkan kita semua akan
kewajiban intifa’ (mendayagunakan setiap potensi yang diberikan Allah) walau
pun kelihatannya remeh.
Mari kita lihat Rasulullah SAW, pemimpin
kita, yang harus kita teladani seluruh aspek kehidupannya. Ketika beliau
melewati kambing yang telah menjadi bangkai. Sahabat menjawab, “Ya Rasulullah
itu adalah kambingnya Maulah.” Lalu nabi menjawab, “Yang haram itu bangkai
kambing untuk dimakan, tapi kulitnya yang sudah disamak sedemikian rupa, itu
sangat baik.”
Hadist ini muttafaq alaihi
Logika seseorang mungkin berpikir, itu kan
sudah bangkai, ya sudah dikubur saja, tapi Rasulullah memerintahkan untuk ambil
kulitnya dan disamak.
Bagaiamna seandainya Nabi hidup di bumi
Indonesia, melihat hutan dan loahan yang kosong tidak dimanfaatkan. Jangan kan
kambing spt di hadist tadi, bahkan makanan yang jatuh atau pun nempel di jari2
kita, harus kita makan setelah dibersihkan, agar tidak dimakan oleh setan.
Jangan kan hutan, jangan kan laut, sisa
makanan di jari jemari kita saja tidak boleh disia2kan.
Mengenai pertanian, dikatakan, “barang
siapa yang punya sebidang tanah, maka wajib baginya menanamnya. Jika tidak,
maka berikan kepada saudarnya untuk menanamnya, atau dengan bagian mudharrabah.”
Betapa banyaknya tanah yang masih nganggur
tidak digarap di tanah air kita, padahal dikatakan banyak pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar