Rabu, 29 April 2015

Sunnatullah Terhadap Orang Yang Mengikuti Petunjuk

Kalau ada hamba yang mengikuti petunjuk Allah, akan seperti apa dia?

1. Kehidupan yang baik.
Ini adalah jaminan Allah. Dan jaminan Allah itu adalah sebuah keniscayaan.

Terjemah QS Thaha 123: Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka ketahuilah barang siapa mengikut petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan petunjuk2 Allah adalah kitab2 yang diturunkan kepada semua Rasul, apakah itu Zabur, Taurat, maupun Injil (sebelum kitab2 itu diselewengkan oleh pengikut2nya).

Namun sementara sebagian ahli tafsir lainnya menafsirkan, bahwa yang dimaksud dengan petunjuk Allah dalam ayat ini adalah Al Quran. Ibnu Abbas menjelaskan, Allah akan menjauhkan orang yang mengikuti Al Quran dari sesat di dunia dan siksa di neraka.

Tetapi setelah kita renungi secara mendalam, faktanya, petunjuk Allah itu universal, mencakup seluruh petunjuk2 Allah, termasuk kitab2 sebelumnya, dan Al Quran adalah kitab yang terlengkap. Sehingga bila umat Islam sudah memahami Al Quran, berarti ia juga sudah memahami Injil, Zabur, Taurat.

Allah katakan di sini, Barang siapa mengikuti petunjukKu, maka dia tidak akan sesat. Di dalam Bahasa Arab, man ‘siapa saja’ itu bisa merujuk kepada satu orang, dua orang atau sekelompok orang. Ini artinya, siapa pun, apakah satu orang, apakah suami istri, ataukah masyarakat sampai sebuah bangsa, jangan sampai karena berbeda suku bangsa atau batas Negara, ia berselisih. Karena Al Quran itu tidak dibatasi oleh wilayah. Ia adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Rumah tangganya baik, bermasyarakatnya baik, berbangsa dan bernegaranya baik. Tidak ada di dunia ini, yang pemimpin dan rakytanya mengikuti petunjuk Allah, kecuali kehidupan mereka pasti baik.

Terjemah QS An Nahl 97: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Jadi yang harus kita kejar2 dalam kehidupan ini adalah mengikuti petunjuk Allah.

Yang dimaksud dia tidak sesat, adalah dia tidak akan sesat di dunianya. Rumah tangganya benar, pendidikannya benar, dsbnya. Dan di akhirat, dia tidak akan menderita. Karena Al Quran adalah kitab suci yang menuntun seluruh umat manusia tidak akan menyesatkan. Dan dia sendiri, Al Quran, yang akan menemani pembacanya di akhirat nanti.

Hadist, “Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya Al Quran akan datang di hari kiamat nanti bagi teman2nya, yaitu Ahli Quran.”

Maka dari itu kaum muslimin dengan ulamanya, harus bekerja keras menjaga umat ini agar tidak menyimpang. Ini menjadi skala prioritas dalam kepemimpinan umat Islam. Skala prioritas dalam rumah tangganya, dalam berbangsa dan bernegaranya, adalah menjaga tauhid.

Kita boleh menyukai batu akik, sepanjang harganya juga masih masuk akal, tapi kalau siang malam menggosok batu dan bahkan menyembah batu, ini adalah kesesatan.

Atau seseorang yang cintanya, kagumnya terhadap gurunya, seolah2 menganggap gurunya maksum, bahkan menganggap kedudukan gurunya lebih tinggi dari Rasul, ini adalah sesat.

Atau ada juga yang tidak menyukai jihad, kecuali jihad yang memang salah, tapi karena semata2 jihad yang dilakukan bukan jihad yang dilakukan jamaahnya, maka ini juga sesat.

Jangan sampai kalau yang berbuat salah adalah teman dekat kita, lalu kita bela.

Sabda Rasulullah, “Tolonglah saudara2mu yang mendzholimi dan terdzholimi” Bagaimana menolong saudara yang mendzholimi ya Rasulullah?”
Yaitu

Apa yang dimaksud di dalam firman Allah, “maka dia tidak sesat dan tidak celaka”?

Sebagian ulama menyampaikan bahwa celaka adalah siksa di neraka. Tapi di sini Al Imam Ar Rozi menambah lagi penjelasan, konteks ayat ini menunjukkan bahwasanya kecelakaan yang dimaksudkan adalah menyeluruh, yaitu bisa di dunia dan bisa di akhirat.

Ini cara yang lebih tepat, yaitu bila ayat itu lebih umum, biarkan Al Quran itu tetap umum, jika memang tidak disebutkan pembatasannya. Pemahaman yang seperti ini lebih tepat.

Tidak sesat dan tidak celaka, bagi orang2 yang mengikuti petunjuk Allah. Ini menafikkan seluruh bentuk sesat dan seluruh bentuk celaka.

Mungkin ada yang bertanya, “tapi wahai ustadz, ada orang yang kelihatannya susah dalam kehidupannya. Dia mengikuti Al Quran, tapi dikucilkan, dibenci, tapi rugi.” Jawabannya: memang, bisa jadi orang yang mengikuti petunjuk Allah akan terlihat rugi, kalah, dsbnya. Tapi yang dimaksud dengan rugi di sini adalah kerugian di akhirat. Mungkin dia tidak disukai karena dia komitmen terhadap Islam.

Atau, bisa juga kesesatan itu terjadi karena sebab yang lain.

Kenapa dia sesat dan hina? Bukan karena dia mengikuti Al Quran, bisa jadi karena ada sesat yang lain, misalnya karena ia melakukan kesalahan yang tidak ada hubungannya dengan Islam, seperti korupsi, zina, dsbnya.

Faktanya, yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa orang yang mengikuti Al Quran, pasti mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Barangsiapa yang beramal sholeh baik laki2 atau pun perempuan, sedangkan ia beriman, pasti ia akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan di akhirat akan mendapatkan yang lebih baik lagi.


Al Quran adalah petunjuk Allah, dan kalau orang itu disebut mengikuti petunjuk Allah, seudah barang tentu dia beriman, dan dia mengamalkan amal sholeh. Jadi jangan ada lagi orang yang mengatakan bahwa dia tidak mau komitmen kepada Islam karena takut dimusuhi oleh musuh2 Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar