Kalau ada hamba yang mengikuti petunjuk
Allah, akan seperti apa dia?
1. Kehidupan yang baik.
Ini adalah jaminan Allah. Dan jaminan Allah
itu adalah sebuah keniscayaan.
Terjemah QS Thaha 123: Jika datang kepadamu
petunjuk dari-Ku, maka ketahuilah barang siapa mengikut petunjuk-Ku, dia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.
Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksudkan dengan petunjuk2 Allah adalah kitab2 yang diturunkan kepada semua
Rasul, apakah itu Zabur, Taurat, maupun Injil (sebelum kitab2 itu diselewengkan
oleh pengikut2nya).
Namun sementara sebagian ahli tafsir lainnya
menafsirkan, bahwa yang dimaksud dengan petunjuk Allah dalam ayat ini adalah Al
Quran. Ibnu Abbas menjelaskan, Allah akan menjauhkan orang yang mengikuti Al
Quran dari sesat di dunia dan siksa di neraka.
Tetapi setelah kita renungi secara
mendalam, faktanya, petunjuk Allah itu universal, mencakup seluruh petunjuk2
Allah, termasuk kitab2 sebelumnya, dan Al Quran adalah kitab yang terlengkap.
Sehingga bila umat Islam sudah memahami Al Quran, berarti ia juga sudah memahami
Injil, Zabur, Taurat.
Allah katakan di sini, Barang siapa
mengikuti petunjukKu, maka dia tidak akan sesat. Di dalam Bahasa Arab, man ‘siapa
saja’ itu bisa merujuk kepada satu orang, dua orang atau sekelompok orang. Ini
artinya, siapa pun, apakah satu orang, apakah suami istri, ataukah masyarakat
sampai sebuah bangsa, jangan sampai karena berbeda suku bangsa atau batas Negara,
ia berselisih. Karena Al Quran itu tidak dibatasi oleh wilayah. Ia adalah
petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Rumah tangganya baik, bermasyarakatnya
baik, berbangsa dan bernegaranya baik. Tidak ada di dunia ini, yang pemimpin
dan rakytanya mengikuti petunjuk Allah, kecuali kehidupan mereka pasti baik.
Terjemah QS An Nahl 97: Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
Jadi yang harus kita kejar2 dalam kehidupan
ini adalah mengikuti petunjuk Allah.
Yang dimaksud dia tidak sesat, adalah dia
tidak akan sesat di dunianya. Rumah tangganya benar, pendidikannya benar,
dsbnya. Dan di akhirat, dia tidak akan menderita. Karena Al Quran adalah kitab
suci yang menuntun seluruh umat manusia tidak akan menyesatkan. Dan dia
sendiri, Al Quran, yang akan menemani pembacanya di akhirat nanti.
Hadist, “Bacalah Al Quran, karena
sesungguhnya Al Quran akan datang di hari kiamat nanti bagi teman2nya, yaitu
Ahli Quran.”
Maka dari itu kaum muslimin dengan
ulamanya, harus bekerja keras menjaga umat ini agar tidak menyimpang. Ini
menjadi skala prioritas dalam kepemimpinan umat Islam. Skala prioritas dalam
rumah tangganya, dalam berbangsa dan bernegaranya, adalah menjaga tauhid.
Kita boleh menyukai batu akik, sepanjang
harganya juga masih masuk akal, tapi kalau siang malam menggosok batu dan
bahkan menyembah batu, ini adalah kesesatan.
Atau seseorang yang cintanya, kagumnya
terhadap gurunya, seolah2 menganggap gurunya maksum, bahkan menganggap kedudukan
gurunya lebih tinggi dari Rasul, ini adalah sesat.
Atau ada juga yang tidak menyukai jihad,
kecuali jihad yang memang salah, tapi karena semata2 jihad yang dilakukan bukan
jihad yang dilakukan jamaahnya, maka ini juga sesat.
Jangan sampai kalau yang berbuat salah
adalah teman dekat kita, lalu kita bela.
Sabda Rasulullah, “Tolonglah saudara2mu
yang mendzholimi dan terdzholimi” Bagaimana menolong saudara yang mendzholimi
ya Rasulullah?”
Yaitu
Apa yang dimaksud di dalam firman Allah, “maka
dia tidak sesat dan tidak celaka”?
Sebagian ulama menyampaikan bahwa celaka
adalah siksa di neraka. Tapi di sini Al Imam Ar Rozi menambah lagi penjelasan, konteks
ayat ini menunjukkan bahwasanya kecelakaan yang dimaksudkan adalah menyeluruh,
yaitu bisa di dunia dan bisa di akhirat.
Ini cara yang lebih tepat, yaitu bila ayat
itu lebih umum, biarkan Al Quran itu tetap umum, jika memang tidak disebutkan
pembatasannya. Pemahaman yang seperti ini lebih tepat.
Tidak sesat dan tidak celaka, bagi orang2
yang mengikuti petunjuk Allah. Ini menafikkan seluruh bentuk sesat dan seluruh
bentuk celaka.
Mungkin ada yang bertanya, “tapi wahai
ustadz, ada orang yang kelihatannya susah dalam kehidupannya. Dia mengikuti Al
Quran, tapi dikucilkan, dibenci, tapi rugi.” Jawabannya: memang, bisa jadi
orang yang mengikuti petunjuk Allah akan terlihat rugi, kalah, dsbnya. Tapi
yang dimaksud dengan rugi di sini adalah kerugian di akhirat. Mungkin dia tidak
disukai karena dia komitmen terhadap Islam.
Atau, bisa juga kesesatan itu terjadi
karena sebab yang lain.
Kenapa dia sesat dan hina? Bukan karena dia
mengikuti Al Quran, bisa jadi karena ada sesat yang lain, misalnya karena ia
melakukan kesalahan yang tidak ada hubungannya dengan Islam, seperti korupsi,
zina, dsbnya.
Faktanya, yang tidak bisa kita pungkiri,
bahwa orang yang mengikuti Al Quran, pasti mendapatkan kehidupan yang lebih
baik.
Barangsiapa yang beramal sholeh baik laki2
atau pun perempuan, sedangkan ia beriman, pasti ia akan mendapatkan kehidupan
yang baik, dan di akhirat akan mendapatkan yang lebih baik lagi.
Al Quran adalah petunjuk Allah, dan kalau
orang itu disebut mengikuti petunjuk Allah, seudah barang tentu dia beriman,
dan dia mengamalkan amal sholeh. Jadi jangan ada lagi orang yang mengatakan
bahwa dia tidak mau komitmen kepada Islam karena takut dimusuhi oleh musuh2
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar