Senin, 06 April 2015

Harta di dalam Al Quran

Ini adalah tema yang penting karena dari dulu hingga sekarang, ada orang-orang yang berlebihan dalam memandang harta. Sebagian ada yang berpikir bahwa harta sebagai hal yang najis, yang dapat mengotori hidupnya, sehingga ia beruzlah (menyendiri) menjauhi kehidupan dunia. Dan sebagian lainnya ada yang berlebihan memandang harta, sampai-sampai menjadikan harta sebagai yang ia sembah.

Al Quran melihat harta dalam pandangan yang benar, tidak terjatuh ke salah satu titik ekstrim seperti di atas. Tidak melihat seolah2 mengotori kehidupan kita dan juga tidak memandangnya berlebihan seolah2 kita hidup hanya untuk harta.

Harta di dalam Al Quran, disebut sebagai:

1. Pokok kehidupan

Terjemah QS An Nisa 5: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Urgensi harta dalam kehidupan, juga pokok kehidupan, sehingga tidak boleh diserahkan kepada orang2 yang tidak bisa mengaturnya dengan baik, apakah itu anak kecil atau pun orang dewasa yang tidak bisa mengatur harta.

2. Fitnah (cobaan)

Terjemah QS At Taghabun 15: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.

3. Kebaikan

Terjemah QS Al ‘adiyat 8: Sesungguhnya manusia sangat dahsyat cintanya pada Al Khair (harta).

Sesungguhnya watak manusia adalah menyintai harta. Hal ini bukan hanya disebutkan di surat Al ‘Adiyat saja, tapi ada juga di surat2 yang lain.

Terjemah QS Al Baqarah 215: Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan (min khairin) yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Min khairin, maksudnya adalah min maal. Khair di sini artinya harta benda

Urutan harta benda itu adalah untuk:
1. walidain (kedua orang tua)
2. para kerabat
3. anak-anak yatim
4. orang miskin
5. orang sedang dalam perjalanan

Korelasi antara al khair (harta) dengan infak, yaitu ketika al maal (harta) disebut Allah dalam ayat ini dengan al khair, lalu Allah sebut infak, itu artinya berinfak harus dengan yang terbaik. Allah itu jamil, Allah itu indah, Allah mencintai yang terindah, jadi yang kita infak kan adalah yang terindah.

Ketika kita menginfakkan harta benda kepada kedua orangtua, berikan lah yang terbaik. Jangan sampai orang tua diberikan receh.

Di Al Quran, kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua, disebutkan setelah kewajiban menyembah Allah.

Terjemah QS An Nisa 36: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua

Walau kita wajib berbuat baik kepada anak, tapi bukan itu yang disebutkan di Al Quran, karena itu sudah menjadi aksioma, kalau ditanya, untuk siapa kamu bekerja siang malam? Biasanya orang menjawab, “untuk istri, untuk anak.” Jarang ada yang menjawab, “untuk orang tua saya.” Padahal dia tidak menjadi ulama jika tidak dilahirkan oleh ibunya. Maka berbuat baik kepada kedua orang tua adalah utama.

Sampai-sampai di dalam hadist dikatakan, “kamu dan harta benda kamu adalah milik bapak kamu.”

Terjemah QS Al Baqarah 180: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma´ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Meskipun wajib berwasiat, tapi kita tidak boleh memberikan harta benda kepada seseroang yang bukan ahli waris lebih dari sepertiga total harta. Karena hal itu akan mendzholimi ahli waris.

Al Quran melihat harta dalam pandangan yang positif, bahkan Al Quran menyebut kecukupan (sebagian orang menyebut kekayaan, padahal itu adalah kecukupan), adalah anugrah dari Allah kepada orang2 beriman.

Jadi ketika harta ada di tangan orang2 baik, maka itu adalah sebuah nikmat.

Terjemah QS Adh Dhuha 8: Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

Allah berikan ghinah (kecukupan). Kita tahu, ketika kecil Rasulullah menggembalakan kambing, lalu ketika menjadi pemuda, beliau bekerja pada Khadijah, lalu kemudian Allah berikan kecukupan kepada Nabi. Kecukupan itu digunakan untuk perjuangan, bukan untuk memperkaya diri, dan itu diikuti oleh para sahabat, tabiit, dan tabiin.

Di dalam QS At Taubah 28 dijelaskan bahwa harta adalah nikmat dari Allah SWT.

“Dan jika kamu khawatir fakir, maka Allah SWT akan memberikan kecukupan.”

QS At Taubah 28 ini berkaitan dengan instruksi Allah, agar melarang orang2 musyrik masuk ke Masjidil Haram, karena musyrik itu najis. Meskipun ada sebagian ulama mengatakan najisnya itu adalah najis maknawi.

Ada sebagian yang khawatir terganggu bisnisnya, dengan pelarangan masuknya orang musyrik ini ke Masjidil Haram, tapi Allah katakan jangan takut miskin. Jadi kaum muslimin jangan takut dengan hitungan2 materi.

Mari kita lihat potongan QS At Taubah 28 tadi secara lengkap:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

Di dalam pertarungan peperangan melalui ekonomi, kita jangan takut miskin. Kita mempunyai sikap yang tegas kepada orang2 kafir, karena Allah yang mempunyai perekonomian. Ketika saat itu umat muslim takut miskin, Allah mempertegas bahwa Allah akan memberikan kecukupan.

Jangan sampai timbul anggapan, bahwa seolah2 kalau kita tidak berhubungan baik dengan orang2 kafir, karena kita takut miskin.

Kemaksiatan kita lebih kita takuti daripada musuh (wasiat dari Umar bin Khattab).

Terjemah QS Al A’raf 96: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Makna bahwa harta benda adalah keberkahan yang datang dari langit kepada orang2 beriman di muka bumi ini, menggambarkan bahwa ketika harta berada di tangan2 orang yang soleh, adalah sebuah kenikmatan.


Semoga harta yang kita dapatkan dari Allah itu benar2 membantu aktifitas kita, dan jangan sampai harta ini berubah menjadi fitnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar