Ini adalah tema yang penting karena dari
dulu hingga sekarang, ada orang-orang yang berlebihan dalam memandang harta. Sebagian
ada yang berpikir bahwa harta sebagai hal yang najis, yang dapat mengotori
hidupnya, sehingga ia beruzlah (menyendiri) menjauhi kehidupan dunia. Dan
sebagian lainnya ada yang berlebihan memandang harta, sampai-sampai menjadikan
harta sebagai yang ia sembah.
Al Quran melihat harta dalam pandangan yang
benar, tidak terjatuh ke salah satu titik ekstrim seperti di atas. Tidak
melihat seolah2 mengotori kehidupan kita dan juga tidak memandangnya berlebihan
seolah2 kita hidup hanya untuk harta.
Harta di dalam Al Quran, disebut sebagai:
1. Pokok kehidupan
Terjemah QS An Nisa 5: Dan janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik.
Urgensi harta dalam kehidupan, juga pokok
kehidupan, sehingga tidak boleh diserahkan kepada orang2 yang tidak bisa
mengaturnya dengan baik, apakah itu anak kecil atau pun orang dewasa yang tidak
bisa mengatur harta.
2. Fitnah (cobaan)
Terjemah QS At Taghabun 15: Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang
besar.
3. Kebaikan
Terjemah QS Al ‘adiyat 8: Sesungguhnya
manusia sangat dahsyat cintanya pada Al Khair (harta).
Sesungguhnya watak manusia adalah menyintai
harta. Hal ini bukan hanya disebutkan di surat Al ‘Adiyat saja, tapi ada juga
di surat2 yang lain.
Terjemah QS Al Baqarah 215: Mereka bertanya
tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa
saja kebaikan (min khairin) yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuinya.
Min khairin, maksudnya adalah min maal.
Khair di sini artinya harta benda
Urutan harta benda itu adalah untuk:
1. walidain (kedua orang tua)
2. para kerabat
3. anak-anak yatim
4. orang miskin
5. orang sedang dalam perjalanan
Korelasi antara al khair (harta) dengan
infak, yaitu ketika al maal (harta) disebut Allah dalam ayat ini dengan al khair,
lalu Allah sebut infak, itu artinya berinfak harus dengan yang terbaik. Allah
itu jamil, Allah itu indah, Allah mencintai yang terindah, jadi yang kita infak
kan adalah yang terindah.
Ketika kita menginfakkan harta benda kepada
kedua orangtua, berikan lah yang terbaik. Jangan sampai orang tua diberikan
receh.
Di Al Quran, kewajiban berbuat baik kepada
kedua orang tua, disebutkan setelah kewajiban menyembah Allah.
Terjemah QS An Nisa 36: Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua
Walau kita wajib berbuat baik kepada anak,
tapi bukan itu yang disebutkan di Al Quran, karena itu sudah menjadi aksioma,
kalau ditanya, untuk siapa kamu bekerja siang malam? Biasanya orang menjawab, “untuk
istri, untuk anak.” Jarang ada yang menjawab, “untuk orang tua saya.” Padahal
dia tidak menjadi ulama jika tidak dilahirkan oleh ibunya. Maka berbuat baik
kepada kedua orang tua adalah utama.
Sampai-sampai di dalam hadist dikatakan, “kamu
dan harta benda kamu adalah milik bapak kamu.”
Terjemah QS Al Baqarah 180: Diwajibkan atas
kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma´ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
Meskipun wajib berwasiat, tapi kita tidak
boleh memberikan harta benda kepada seseroang yang bukan ahli waris lebih dari
sepertiga total harta. Karena hal itu akan mendzholimi ahli waris.
Al Quran melihat harta dalam pandangan yang
positif, bahkan Al Quran menyebut kecukupan (sebagian orang menyebut kekayaan,
padahal itu adalah kecukupan), adalah anugrah dari Allah kepada orang2 beriman.
Jadi ketika harta ada di tangan orang2
baik, maka itu adalah sebuah nikmat.
Terjemah QS Adh Dhuha 8: Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Allah berikan ghinah (kecukupan). Kita tahu,
ketika kecil Rasulullah menggembalakan kambing, lalu ketika menjadi pemuda,
beliau bekerja pada Khadijah, lalu kemudian Allah berikan kecukupan kepada
Nabi. Kecukupan itu digunakan untuk perjuangan, bukan untuk memperkaya diri,
dan itu diikuti oleh para sahabat, tabiit, dan tabiin.
Di dalam QS At Taubah 28 dijelaskan bahwa harta
adalah nikmat dari Allah SWT.
“Dan jika kamu khawatir fakir, maka Allah SWT
akan memberikan kecukupan.”
QS At Taubah 28 ini berkaitan dengan
instruksi Allah, agar melarang orang2 musyrik masuk ke Masjidil Haram, karena
musyrik itu najis. Meskipun ada sebagian ulama mengatakan najisnya itu adalah
najis maknawi.
Ada sebagian yang khawatir terganggu
bisnisnya, dengan pelarangan masuknya orang musyrik ini ke Masjidil Haram, tapi
Allah katakan jangan takut miskin. Jadi kaum muslimin jangan takut dengan
hitungan2 materi.
Mari kita lihat potongan QS At Taubah 28
tadi secara lengkap:
Wahai orang-orang yang beriman!
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, karena itu janganlah mereka
mendekati Masjidilharam setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi
miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan
kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Di dalam pertarungan peperangan melalui
ekonomi, kita jangan takut miskin. Kita mempunyai sikap yang tegas kepada
orang2 kafir, karena Allah yang mempunyai perekonomian. Ketika saat itu umat
muslim takut miskin, Allah mempertegas bahwa Allah akan memberikan kecukupan.
Jangan sampai timbul anggapan, bahwa seolah2
kalau kita tidak berhubungan baik dengan orang2 kafir, karena kita takut
miskin.
Kemaksiatan kita lebih kita takuti daripada
musuh (wasiat dari Umar bin Khattab).
Terjemah QS Al A’raf 96: Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Makna bahwa harta benda adalah keberkahan yang
datang dari langit kepada orang2 beriman di muka bumi ini, menggambarkan bahwa
ketika harta berada di tangan2 orang yang soleh, adalah sebuah kenikmatan.
Semoga harta yang kita dapatkan dari Allah itu
benar2 membantu aktifitas kita, dan jangan sampai harta ini berubah menjadi
fitnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar