Di dalam kajian sebelumnya, kita
diperintahkan oleh Allah untuk mengembangkan harat kita sehingga tidak terjadi
hal2 yang tidak ada gunanya, tidak terjadi pengangguran, dll. Yang namanya asset
jika tidak dikembangkan, maka akan mengalami penurunan. Itu semua harus terikat
oleh cara2 yang baik. Tidak boleh mengatakan, “ini uang saya, terserah saya mau
mengembangkan dengan cara apa pun.”
Kaum Nabu Syuaib pernah mengatakan, “ini
harta saya, kenapa kamu sibuk2 dengan ini ya Syuaib?”
Hud 87: Mereka berkata, "Wahai
Syu'aib! Apakah shalatmu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang
disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara
yang kami kehendaki. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat
penyantun dan pandai."
Jangan sampai, anak bangsa ini terperangkap
dengan hal2 yang sekedar nilai2 nominal. Akhlaq itu penting. Seolah2 inti
ajaran Islam itu adalah akhlaq.
Nabi bersabda; “sesungguhnya aku diutus
semata2 untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Padahal ada pendidikan, politik, militer,
bisnis. Tapi kenapa yang disebut hanya akhlaq? Karena akhlaq sangat penting.
Ketika orang2 mengatakan politik itu kotor. Yang benar adalah orang2nya yang
kotor,
1. Ar Riba
Kenapa riba itu haram? Karena orang yang
punya asset ketika ia riba, yang ada di benaknya adalah, bagaimana uangnya
bertambah2 tanpa mempedulikan orang lain. INi menghasilkan orang yang egois.
Bagaimana jadinya suatu bangsa bila orang2 nya hanya egois. Bagaimana mau
mengatasi bahaya2 di negrinya, bahaya kekerasan, bahaya begal, dsbnya.
Kalau masih riba, maka yang terjadi adalah
yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.
Dalam QS Al Baqarah 278, Allah mengingatkan
seluruh hambaNya yang beriman untuk meninggalkan riba.
Terjemah QS Al Baqarah 278: Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Mari renuni ayat ini:
1. Allah memanggil kita dengan panggilan
yang mesra, “hai orang2 beriman,” menggambarkan bahwasanya ketika Allah
menyintai hamba2Nya, dipanggil dengan panggilan kasih sayang.
2. Panggilan kasih sayang itu isinya juga
kasih sayang, yaitu “tinggalkan sisa2 riba” sehingga harta itu bersih, tidak
ada noda2 riba.
Dan ungkapan
3. Meninggalkan riba merupakan diskursus
keimanan. Ketika kaum muslimin benar2 riba, tidak ada sedikitpun yang tersisa,
itu tandanya dia beriman. Bukti kita beriman, selain sholat adalah meninggalkan
riba.
4. Dalam penutupnya berbunyi, inkuntum
mukminin (jika kalian benar2 beriman).
Agar kita semua anak bangsa ini
diselamatkan dari kejahatan riba.
Riba adalah sebuah kebangkrutan,sedangkan
sedekah itu membangun.
Agar kita selamat dari riba, karena riba
secara dzhohir memang kelihatan enak dan menarik, dan memang orang2 kafir itu
hanya tahu yang dzhohir saja dan mereka lalai dengan kehidupan akhirat.
Berbeda dengan kaum muslimin, yaitu harta
yang halal didapatkan juga dengan cara yang halal dan digunakan juga untuk yang
halal.
Bagaimana bisa diam saja tapi kemudian
mendapatkan uang. Orang miskin dapat uang tapi dia tenang2 saja.
Tidak sedikit, orang yang tahu hukum Islam
tapi diterjang juga. Siapa yang tidak tahu korupsi itu haram, begal itu haram,
zina itu haram? Semuanya tahu itu haram, tapi tetap diterjang juga, karena
tidak ada keimanan di dalam hati.
Terjemah QS Al Baqarah 279: Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu.
Ayat ini merupakan ancaman Allah bagi para
pelaku riba, “kalau tidak juga kemu berhenti dari riba, maka Allah mengumumkan
perang terhadapmu.”
Orang yang masih riba, masyarakat masih
riba, dan Negara yang masih riba berarti sama saja menyatakan perang besar
terhadap Allah.
Betapa kotornya menjijikkannya riba, maka
yang terkena laknat bukan hanya pelakunya saja, tapi juga penulisnya, semua
yang kecipratan.
Nabi bersabda, “Rasulullah melaknat yang
makan riba, penulis riba, dan dua saksi riba.”
Diusir dari rahmat Allah. Jadi kalau ada
orang bekerja, lalu di situ mempraktekkan riba, walau gajinya banyak, ratusan
juta, maka dia dilaknat Allah. Hartanya tidak menjadi rahmat, keluarganya tidak
menjadi rahmat, fisiknya tidak menajdi rahmat.
Siapa pun yang mendiamkan kemungkaran, maka
dia ibarat setan yang bisu.
2. ihtikar (menimbun)
Nabi bersabda, “Tidaklah menimbun barang,
kecuali orang yang berdosa.”
Banyak orang yang ingin kaya melalui
menimbun. Memang Allah memuliakan hambaNya yang memanfaatkan asetnya, tapi
haruslah yang sesuai dengan akhlak, karena menimbun itu menyengsarakan orang
lain.
Hadist riwayat Imam Ahmad, “barangsiapa
menimbun makanan selama 40 hari, maka benar2 Allah antipasti dengannya.”
Dia anti dengan Allah dan Allah juga anti
padanya.
Berarti orang yang menimbun makanan, maka
dia sudah terputus dari seluruh maknanya.
Bagaimana menurut ulama fikih, apakah ini
sebatas makanan, atau apa saja? Ulama fikih berbeda pendapat itu hal yang
biasa. Kaidah “tidak bolhe membahayakn dairi dan tidak boleh membahayakan orang
lain.”
Maka larangan menimbun tidak terbatas pada
makanan saja.
“Ketika sesuatu itu membahayakan manusia
ketika ditimbun, maka itu ihtikar”
3. Curang
Ini juga sarana yang diharamkan oleh Allah
dalam rangka mengembangkan harta kita.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra, “barangsiapa
yang curang, maka ia tidak termasuk umatku.”
Curang dalam bisnis, timbangan, takaran. Terkadang
kita beli buah murah, tapi timbangannya kurang. Ingatlah, ini perbuatan curang.
Ancamannya adalah huwail (kebinasaan). Dalam tafsir, huwail adalah nama neraka,
“Huwailul lil muthaffifin”.
Semoga kita semua diberkahi Allah SWT,
dengan meninggalkan riba, menimbun, dan curang. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar