Al Islam memandang bekerja itu indah. Sampai2
redaksinya di Al Quran, diawali dengan “qul”
Terjemah QS At Taubah 105: Dan Katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.
1. Instruksi yang jatuh setelah “qul”
(katakanlah hai Muhammad), adalah sesuatu yang agung. Sehingga qul I’maluu
(bekerjalah), adalah suatu yang agung.
Kualitas suami, pemimpin, itu dilihat dari
bagaimana kerjanya.
2. Kerja di dalam ajaran Islam, ruang
lingkupnya sangat luas, sebagai konsekuensi logis dari luasnya ajaran Islam.
Bekerja bukan sebatas yang menghasilkan
uang saja, meskipun fokus dalam kajian ini adalah kerja yang mendapatkan uang
untuk membangun keluarga kita, masyarakat kita, Negara kita.
Bagaimana Islam memandang bekerja dalam
berbagai sector?
a. sektor bisnis
Pujian nabi kepada orang yang bekerja
melalui perdagangan.
Nabi bersabda di Hadist RIwayat At
Tirmidzi, “pedagang yang jujur dan amanah, nanti di akhirat dikumpulkan oleh
Allah bersama para Nabi, as siddiiqiin (orang2 yang jujur), dan para syahid.”
Pedagang yang jujur, yang juga zakatnya benar,
berarti dia adalah orang yang taat. Karena orang2 yang dikumpulkan bersama para
Nabi, orang2 yang benar (siddiq), dan para syuhada di akhirat nanti memang
hanyalah orang2 yang taat.
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Orang yg dikumpulkan dengan para Nabi,
siddiiqin, syuhada, bukan para ulama saja, tapi juga para pedagang yang jujur.
2. sektor pertanian
Hadist muttafaq alaihi, Nabi bersabda, “tak
ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung
memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah
karenanya”.
Bukankah tanah Indonesia masih luas, meski
banyak yang masih mengeluh ttg Indonesia. Pertanyaannya, sudahkah kita
bersungguh2 menanam di bumi Allah? Ketika dimakan oleh manusia, burung,
binatang ternak, semuanya menjadikan pahala bagi kita.
Bagi saudara2ku yang diberikan wewenang
sebagai kepala daerah atau apapun, janganlah biarkan tanah2 itu kosong. Tanamlah!
Di dalam Islam, ketika ada tanah yang
nganggur itu digarap, maka dibagi dua, yaitu yang memiliki tanah dan yang
menggarap.
3. sektor peternakan
Nabi bersabda, “tidaklah Allah mengutus
seorang Nabi, kecuali Nabi itu dulunya adalah seorang penggemabla kambing, dan
dulunya saya juga penggembala kambing di Mekkah.”
Apa hikmah para Nabi yang saat kecilnya
adalah penggembala kambing?
a. Nabi sudah terlebih dahulu dididik oleh
Allah emlalui penggembalaan kambing.
Kambing adalah hewan yang sulit diatur. Setiap
orang yang masa kecilnya sudah dididik Allah untuk mengatur kambing, maka
dewasanya ia dapat menjadi pemimpin dunia.
b. Ketika pemimpin sudah beekerja sewaktu
kecil, mencari rezeki yang halal, nanti setelah besar ia menjadi pemimpin, dia
akan bekerja dengan halal dan tidak meminjam pinjaman dari luar negri.
c. mendidik anak sejak awal untuk bekerja.
Orang tua sekarang banyak yang sejak awal
sudah salah paham, dengan menganggap melatih anak untuk bekerja sejak kecil
adalah mendholimi anak. Padahal tidak demikian. Ketika kita melatih anak untuk
bekerja sejak kecil, bukan berarti si anak bekerja untuk menafkahi keluarga. Dan
juga bukan dengan membiarkan anak terus bekerja tidak mengerti kapan waktu untuk
bermain.
Jika sejak kecil anak selalu dibiarkan dengan
hiburan2, itu akan membuat anak terlambat dewasa. Sehingga bila ia dewasa nanti
ia belum bisa bekerja.
Anak sejak kecil harus dilatih untuk
bekerja, hingga pada akhirnya nanti ia mampu untuk bekerja. Bukankah kematian
seorang ayah bisa saja terjadi ketika anak2 masih kecil?
d. sektor industri
Kita diberikan pelajaran begitu jelas.
Bagaimana keteladanan nabi Daud as, yang diberikan kemampuan oleh Allah tentang
besi, mampu mendayagunakan besi (al hadiid), sampai2 ada surat khusus bernama
al Hadiid. Nabi Daud membuat baju besi sehingga pertahanan tentara Nabi Daud
menjadi kuat. Pemimpin yang memperhatikan kekuatan tentaranya.
Hadist Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah,
Nabi bersabda, “Nabi Daud tidak mau makan kecuali dari hasil tangannya sendiri.”
Pemimpin itu bukan untuk diservis, dan bukan
juga pinjam uang dari pihak lain.
Kebiasaan yang salah adalah, orang2 yang lebih
senang berbasa-basi dengan para pejabat, agar mendapat uang banyak, tanpa
bekerja. Mendekati pihak2 tertentu, pengusaha kaya, pejabat kaya, dan dia tidak
berbuat apa2. Tradisi jahiliyah ini diberantas oleh Rasulullah, dengan hadist “sungguh
seseorang yang mengambil talinya untuk mencari kayu, dan kemudian kayu itu
diikat, dipanggul di punggungnya lalu dijual, sesungguhnya Allah menjaga
kehormatannya, daripada sekedar meminta2.”
Meminta2 adalah suatu yang buruk.
Jiwa-jiwa yang senang meminta2, mengemis2
itu hina. Lebih mulia orang yang mencari kayu di kebunnya di tempat yang halal,
kemudian dipikul dijual, itu lebih mulia.
Pengemis itu bukan sebatas yang di jalanan,
tapi pengemis di dunia politik, dunia bisnis, juga.
Setiap muslim harus benar2 bekerja sendiri,
tidak mengandalkan minta2 kepada atasannya, sehingga kehormatannya dijaga oleh
Allah SWT.
Terjemah QS Al
Hadiid 25: Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
“Wa anzalnal
hadiida” (dan kami turunkan besi). Kata “anzalan yunzilan inzaalan,” dalam Bahasa
Arab itu artinya turun dari atas. Segala sesuatu yang turun dari atas adalah
hal yang penting. Al Quran itu penting, besi itu penting, air hujan itu
penting.
Untuk apa besi diturunkan? Karena di
dalamnya terdapat kekuatan. Tidak ada persenjataan yang tidak menggunakan besi.
Untuk itu mari bangsa kita memperkuat Negara
kita, dengan tidak mengandalkan/mengharapkan dari Negara lain. Karena Islam
telah memberikan contoh yang jelas melalui Nabinya. Kita cukup dengan mengikuti
saja tuntunan Al Quran dan Hadist. Kita tidak dituntut untuk membuat sesuatu
yang baru. Sehingga kita akan bangkit menjadi bangsa yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar