Rabu, 15 April 2015

Konsekuensi Logis Kepemimpinan

Di antara konsekuensi logis kepemimpinan adalah:

1. Mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki bangsa.

Masyarakat membutuhkan pertanian, perkebunan, maka tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sama halnya masyarakat membutuhkan hasil2 pabrik. Kalau asset2 itu dibiarkan begitu saja, tidak dikembangkan, maka ini menyalahi kaidah Al Ikhtikhlaf (kepemimpinan).

Terjemah QS Al Baqarah 30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".


Alangkah indahnya seluruh tanah itu ditanam. Sehingga tidak ada lagi orang yang kelaparan, tidak ada lagi orang yang tidak makan buah.

Batapa sedikit lahan yang ditanam saat ini. Orang sibuk membicarakan kepadatan penduduk, padahal kita masih punya banyak lahan yang tidak ditanami.

Tidak diperbolehkan orang2 yang punya harta (dinar, emas, perak), yang disimpan begitu saja tanpa dimanfaatkan.

Harta adalah alat sosial, maka ketika harta tidak dikembangkan, padahal harta membantu kehidupan so

Ancaman Allah kepada orang2 yang menimbun harta benda, sehingga orang lain tidak bisa memanfaatkannya, maka ancaman Allah sangat besar.

Terjemah QS At Taubah 34-35:
34. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

35. (ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu dengan itu diseterika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."


Ancaman yang sangat dahsyat bagi orang2 yang menimbun harta, karena melanggar kebutuhan dasar umat manusia.

1. Ayat ini dimulai dengan ungkapan “waaladziina” jadi yang dimaksud adalah “siapa pun” yaitu untuk umum. Siapa pun orangnya yang menimbun harta, apakah mereka orang Arab, atau non-Arab. Apakah mereka pejabat, atau pun orang biasa, semuanya masuk dalam kategori ini.

2. Bahayanya meninggalkan infak di jalan Allah, yaitu Allah akan menyiksa mereka dengan adzab yang Alim (siksa yang pedih).

Allah tidak memerintahkan kita untuk seluruhnya diinfaqkan di jalan Allah. Masalahnya manusia ini hanya mau atau tidak mau, bukannya kuat atau tidak kuat. Tidak ada instruksi Allah kecuali di dalam batas kemampuan manusia. Maka Allah tidak memerintahkan manusia untuk membunuh dirinya, meninggalkan tanah airnya, dsbnya. Karena itu hanya mampu dilakukan oleh orang2 tertentu, sedangkan Islam bukan hanya untuk orang tertentu saja, tapi Islam untuk semuanya.

Di dalam ayat ini, karena begitu bahayanya menimbun harta, disebutkan secara detil jenis siksanya itu:

1. orang itu dipanggang di neraka bersama harta kekayaannya.
2. disetrika jidatnya, perutnya, punggungnya dengan harta bendanya
3. inilah harta yang kamu simpan. Ungkapan ini, adalah merupakan adzab tambahan, karena ungkapan yang menakutkan adalah bagian dari adzab.
4. ungkapan, “maka rasakanlah harta yang kamu timbun2 itu”


Maka wajar pemerintah mana pun di dunia ini, pemerintah tegas menghadapi orang2 yang sibuk menimbun harta dan mengambil hak orang lain.

Dengan harta, asset yang didayagunakan, akan dapat menyedot tenaga2 yang butuh pekerjaan. Maka kalian diberikan penghormatan oleh Allah, karena melalui harta kalian, melalui tanah kita, melalui kebun kita, orang2 yang penggugran mendapatkan pekerjaan.

2. Ketika asset itu dipergunakan untuk program2 yang bermanfaat, maka hal itu berarti menghidupkan roda ekonomi.

Di situ lah terjadi kesejahteraan. Jadi sebenarnya ini bukan sekedar masalah kemiskinan saja, tapi pengelolaan.


3. Mengangkat strata eknomi kita semua.
Bagaimana ketika seluruh orang sadar dengan keIslamannya, mendayagunakan seluruh zakat, infak dengan sebenar2nya, sehingga di zaman Umar bin Abdul Aziz, sulit menemukan orang yang menerima zakat, karena strata eknomi masyarakatnya tinggi.

Ketika Nabi memberikan berita gembira, yaitu 7 golongan yang akan diberikan naungan di akhirat nanti, yang pertama adalah Imam yang Adil.

Imam yang Adil itu seperti Umar bin Abdul Aziz.

Ketika kita berbicara tentang negara2 Afrika Utara, negara2 Arab, negara2 Asia Tenggara, semuanya adalah negara2 yang kaya. Pertanyaannya, kenapa masih ada yang miskin? Karena kekayaannya tidak dipergunakan secara benar.

Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah dalam memanfaatkan asset secara benar. Aamiin…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar