Sabtu, 18 April 2015

Edisi Akhir Pekan 18 April 2015: Kekerasan bukan Warisan Islam

Islam hadir ke dunia ini untuk membangun akhlaq yang mulia. Sehingga akhlaq atau moralitas, atau tradisi2 yang berkaitan dengan kekerasan dan kekejaman, adalah jauh dari Islam. Bahkan Islam justru melarang hal itu.

Sebelum datangnya Islam, yang terjadi adalah kekerasan dan kebiadaban di masyarakat Quraisy. Kekerasan terhadap istri, sehingga tidak ada harganya di mata suami, bisa saja suami punya istri sampai 10. Kekerasan terhadap anak perempuan, kalau lahir dikubur hidup2. Kekerasan terhadap anak yatim, yang dikawini untuk menguasai hartanya. Kekerasan kepada budak2, dsbnya.

Ketika Islam datang, semuanya diatur, sehingga dibatasilah menikah hingga 4 saja, dilaranglah membunuh anak, dstnya.

Terjemah QS Al Qolam 4-5:
4. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
5. Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,

Dengan akhlaq yang mulia ini, jauh dari kekejaman, jauh dari kekerasana, maka akan terjadi akselerasi dakwah di negri itu.

Karena pada hakekatnya, manusia itu adalah penonton. Ketika melihat Nabi didzholimi tapi kok Nabi tetap berbuat baik, maka masyarakat yang melihat hal itu kemudian mendukung Islam. Dunia melihat Islam ketika yang ada adalah akhlaq yang baik, bukan kekerasan dan kekejaman.

1. Seolah2 inti ajaran Islam adalah akhlaq.
Hadist,Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”
Berakhlaq mulia dalam segala sisi kehidupan, dalam segala kondisi. Baik itu di dalam berumah tangga, dalam bermasyarakat, dalam bernegara. Juga dalam dunia politik, bisnis, pendidikan, dsbnya.

2. Akhlaq yang mulia, yaitu jauh dari kebohongan, kekerasan, dsbnya, adalah ukuran/mizan/timbangan keimanan seseorang.
Yang paling mulia

Al Hujraat 13: Inna akromakun indallaahu atsqooqum
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. 

Termasuk kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga Allah akan turunkan barokah dari langit dan dari bumi.

Tidak ada tempat bagi kekerasan di dalam Agama.

Ketika kekerasan kekejaman dilarang oleh Allah SWT, maka hal itu dilarang dalam seluruh aspek kehidupan.

1. Tidak boleh membahayakan diri sendiri
Hadist, “Janganlah kalian menceburkan diri kamu sendiri ke dalam kebinasaan.”

2. Dalam rumah tangga
Ini bukan berarti dalam rumah tangga tidak ada masalah. Di dalam rumah tangga Rasulullah, rumah tangga terbaik juga ada masalah, tapi cara menanganinya adalah cara Allah. Maka suami dan istri harus berlomba2 dalam mewujudkan mawaddah wa rohmah.

Jangankan kepada suami atau pun istri, bahkan kepada orang yang membantu di rumah kita, yang zaman dulu ada budak, bahkan sampai memanggilnya saja harus yang lemah lembut. Apalagi terhadap istri.
Hadist, “Jangan kau panggil, wahai budakku, tapi panggillah wahai pemudaku”.
Meskipun budak tidak sama dengan pembantu, tapi dalam memanggil pembantu pun harus lemah lembut.

Memanggil dengan panggilan yang buruk saja dilarang, apalagi sampai mencederai fisik, menghancurkan masa depannya, dsbnya.

Penyebab kesalahan dalam memahami Islam, adalah:

1. salah dalam menggunakan referensi,
Baik itu referensi bukunya, gurunya, temannya, atau bahkan mungkin malah menggunakan mimpinya sebagai referensi. Ini salah. Referensi yang benar adalah Al Quran dan Al Hadist.

Misalnya, ada sebagian orang yang tidak suka terhadap para Sahabat Rasulullah. Padahal Allah SWT ridho terhadap para Muhajirin dan Anshar. Lalu ada orang yang tidak ridho kepada para sahabat ini, dengan mengatakan bahwa hidup mereka itu berdarah2. Bagaimana mungkin dia tidak ridho kepada para Sahabat, sedangkan Allah yang menciptakan diri si orang yang tidak ridho ini saja, meridhoi para Sahabat?

Terjemah QS At Taubah 100: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.


2. Salah dalam metodologinya

Harus husnudzhon terhadap Al Quran dan As Sunnah.
Jangan mengikuti pemikiran seseorang. Jangankan mengagumi pemikiran Barat, apalagi mengikutinya.

3. Bagaimana pertanyaan “ada perbedaan pendapat antara para sahabat?”

Perbedaan itu adalah yang temporer, sedangkan kehidupan mereka yang lebih dominan adalah mereka rukun dalam berlomba2 dalam kebaikan.

Kalau kamu menginfakkan emas sebesar gunung, tetap tidak mampu menandingi amal kebaikan para Sahabat.

4. Mereka semua ahli ijtihad
COntoh, ketika Ali menuntut agar secepatnya ditegakkan hukum atas pembunuh Ustman, sementara belum jelas siapa otaknya, Maka sama2 punya dalil, dan mereka adalah ahli ijtihad.

Seandainya terjadi kesalahan dalam ijtihadnya, namanya juga meraka manusia, dan itu bedanya mereka dengan Nabi. Maka para ulama mengatakan, “semoga kesalahan2nya tenggelam dalam lautan kebaikan2nya”

Sehingga kita tidak berlebihan dalam menilai. Juga terhadap orang tua kita, guru kita.

Pertanyaan #1. Ketika perang itu tidak langsung menyerang, tapi sebelumnya ada ayat yang turun tentang itu. Pak Kiyai akan menerangkan lebih lanjut tentang hal ini ya.

Jawaban:
Al Quran adalah kitab yang termulia, terbaik, tetapi Al Quran juga kitab yang realistis. Idealnya, kalau kita mengikuti ajaran Islam secara benar, dunia ini harus aman, tapi realitasnya ada orang2 yang bathil yang ingin melenyapkan kebenaran.

Ketika orang2 kafir Quraisy itu bukan sekedar kafir, karena laa ikrooha fiddin (tidak ada paksaan dalam agama), tapi kenyataannya mereka ingin melenyapkan Islam.

Nabi sudah hijrah ke Madinah, tapi masih dikejar dan diserang.

Ketika di periode Makkah selama 13 tahun, muslim diteror dan bahkan sudah ada yang dibunuh (yaitu Sumayyah ra), Sahabat ada yang bertanya, “dulu kita mulia di zaman jahiliyyah, tapi kenapa setelah masuk Islam kita disakiti, mari kita perangi mereka.” Tapi Nabi menjawab, “kita belum disuruh untuk perang, maka saat ini dirikan sholat dan kerjakan zakat saja,”
Ini menandakan bahwa perang bukanlah keinginan Nabi, tapi sepenuhnya adalah perintah Allah. Allah pencipta manusia, yang paling tahu manusia, walau sesungguhnya manusia itu tidak suka perang, tapi ada saatnya diperintahkan.

Terjemah QS Al Baqarah 216: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Contoh lainnya adalah ulama2 kita. Siapa sih yang suka dengan perang? Tapi Belanda harus diatasi dengan perang. Perang harus diatasi dengan perang. Itu mempertahankan diri.

Tahapan berperang di Islam
1. diberitahu dulu supaya masuk Islam
2. diperintahkan untuk bayar pajak, dan Nabi melindungi kafir dzmmy (yaitu yang membayar pajak) dilindungi oleh Nabi.,


Tidak mungkin ketika sedang sholat, diperangi.

Ketika orang2 yang dzholim curang dalam pemilu, dunia diam saja, bahkan belum selesai penghitungannya, sudah diucpakan selamat. Sedangkan bila yang menang adalah muslim, pemilu itu dikudeta, padahal panitianya mereka juga.

Konflik adalah sesuatu yang tidak kita inginkan, tapi adalah realitas yang tak terbantahkan. Yang dibutuhkan saat menghadapi konflik:

1. Sebuah keniscayaan atas pemahaman fiqh ikhtilaf

Tidak semua perbedaan harus menghasilkan konflik. Perbedaan yang merupakan perbedaan fariatif, maka tidak boleh melahirkan konflik.

Ada yang satu qunut dan yang satu tidak qunut. Jangan

Ada yang satu partai Islam yang satu bukan, harusnya sama2 berdakwah

Perbedaan yang dilarang adalah perbedaan yang memecahbelah hati umat Islam.

Perkara berbeda partai Islam, berbeda gurunya, itu sah sah saja. Yang tidak boleh memecah belah, padahal Allah yang menyatukan hati para kaum mukmin.

Kalau kamu menginfakkan wahai Muhammad, maka kamu tidak bisa menyatukan hati emreka, Allah lah yang menyatukan hati mereka.

Umat tidak boleh dipecah belah hanya karena kekuasaan, ketenaran,

2. Harus memiliki hikmah dalam menghadapo perbedaan yang kontradiksi

Misalnya, ketika beda agama, beda orientasi politiknya, maka yang harus dipahami adalah: jangan memaksakan kehendak.
Bahkan memaksakan orang masuk Islam, itu tidak boleh. Laa ikroo ha fiddiin (tidak ada paksaan dalam agama) ini yang dimaksud adalah segala bentuk pemaksaan dalam agama. Ada yang mengatakan, “kalau nanti yang berkuasa orang Islam, nanti bagaimana nanti? Ini kan Negara multi agama, multi budaya, dsbnya.”
Jawabannya, “jangan khawatir. Karena di dalam Islam tidak boleh ada pemaksaan dalam menjalankan perintah ajaran Islam bagi yang non muslim.”

3. Harus waspada dari melakukan pelarangan terhadap kemungkaran, jangan sampai timbul kemungkaran yang lebih besar lagi.

Memang manusia tidak boleh diam dalam melihat kemungkaran, tapi jangan sampai menciptakan kemungkaran lebih besar lagi.

Rokok tidak boleh, lalu karena cara memeranginya salah, malah membuat orang itu memilih narkoba sekalian.

Pacaran tidak boleh, tapi karena cara memberitahukannya salah, malah membuat anak itu malah zina yang lebih jauh lagi. Naudzubillahi minm dzalik.

Kita harus lebih memperhatikan masalah yang lebih besar, yaitu masalah persatuan ummat. Jangan sampai masalah yang kecil, ribut, membuat kita lupa dengan yang lebih besar, yaitu persatuan umat Islam.

Imam Syafii meninggalkan qunut ketika menjadi imam di jamaah yang tidak qunut. Padahal Imam Syafii biasanya qunut. Karena qunut itu Sunnah, sedangkan menjaga ukhuwwah adalah wajib.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar