Kamis, 30 April 2015

Sunnatullah Terhadap Orang Yang Meninggalkan Petunjuk Allah

QS Thaha 124: Wa man a’rodho ‘an dzikri, fainna lahuu ma’iisyatan dhonkaa,
(Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit)

Ketika ada orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah, itulah yang disebut al I’rodh.

Rasulullah SAW bersedih, sangking sedihnya, Nabi curhat kepada Allah. Karena umatnya meninggalkan Al Quran, di dalam QS Al Fuqan 30.

Terjemah QS Al Furqan 30: Dan Rasul (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan.”

Apa tanda bahwa seseorang melelaikan Al Quran?
1. Tidak membacanya
2. Tidak mendengarkannya
3. Tidak merenunginya
4. Tidak menghafalkannya
5. Tidak mengamalkannya
6. Tidak mendakwahkannya
7. Tidak berjihad dengannya.

Allah memvonis orang2 yang seperti itu, kehidupannya akan sempit.

Menurut Ibnu Katsir, yang dimaksud dengan “berpaling dariKu” adalah: seseorang yang menentang perintahKu dan menentang kitab suci yang Aku turunkan kepada RasulKu.

Itulah yang disebut sebagai ‘I’rodh.

Dhonka, maknanya adalah sempit di dunia. Siapa pun di dunia ini, ketika berpaling dari hidayah Allah, maka kehidupannya sulit, sempit, walaupun kelihatannya dia penguasa di dunia, walau pun kelihatannya dia tenar popular. Tidak sedikit di dunia ini orang yang kelihatannya tenar, popular, tidak kekurangan harta, tapi mereka bunuh diri.

Sebagian orang yang sering mendahulukan realitas yang bukan berdasarkan pemahaman Islam, akan mengatakan, “mana buktinya bahwa orang yang meninggalkan Al Quran itu kehidupannya sempit?”

Umat Islam jangan tertipu dengan kehidupan dunia ini yang memang berisi kesenangan2 yang menipu.

Orang beramai2 untuk menjadi popular, mencari harta, dan sebagainya, padahal orang2 yang seperti itu, biasanya lari ke narkoba, gonta ganti pasangan, dsbnya. Karena kehidupan mereka itu sempit. Karena mereka benar2 sangat rakus, serakah, tamak, akan kehidupan. Sudah diberikan harta benda, masih kurang banyak. Sudah diberikan pangkat, masih kurang tinggi. Sudah diberikan kekuasaan, ingin selama2nya berkuasa. Sudah diberikan popularitas, masih ingin lebih lagi. Agar cepat berkuasa, cepat kaya, cepat popular, maka ia cari jalan pintas, sehingga sempitlah hidupnya.

Orang2 yang memilih petunjuk selain Al Quran dengan alasan, kebebasan berpikir, akan binasa. Orang yang gila dengan harta benda, akan hancur bersama hartanya, seperti Qorun. Orang yang gila dengan kekuasaan, maka ia akan hancur bersama kekuasaannya seperti Firaun.

Mestinya kita bersikap seperti para Rasul, yang menyadari bahwa harta itu adalah ujian, kekuasaan itu ujian, dsbnya. Ketika ia tahu menjadi penguasa itu adalah amanah, ia akan berusaha menjalankan amanah itu dengan tidak mencekik leher rakyatnya.

Pemimpin yang tidak mempunyai wacana yang luas, tidak mempunyai kebesaran jiwa, mudah tersinggung, mudah marah, dsbnya, maka itu adalah ma’isyatan dhonka. Mereka tidak punya ketenangan, tidak punya salaamatus shodr. Takut digeser temannya, takut kekuasaannya dijatuhkan, dsbnya.

Berbeda dengan orang yang mendapat hidayah Allah, seperti Umar bin Khattab. Ketika dicari oleh Raja yang Kafir, mana istananya? Ternyata Umar bin Khattab tidur di atas tanah. Lalu Raja Kafir itu berkata, “kamu berbuat adil sehingga bisa tidur yang tenang.”

Sekarang ini banyak orang yang tidak bisa tidur tenang, padahal ia meningap di hotel mewah, Itu tandanya bahwa kehidupannya sempit (ma’iisyatan dhonkaa).

Itu kehidupan saat di dunia.

Lalu bagaimana nasib mereka saat di akhirat?

Terjemah QS Thaha 124-126:
124. dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
125. Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"

126. Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”

Ini adalah sunnatullah, bahwa tidak hanya sesat dalam kehidupan di dunia, tapi juga buta di akhirat.

Kaidah “Pembalasan itu berbanding lurus dengan amal.”

Ketika dulu di dunia dia tidak mau melihat petunjuk Allah, maka di akhirat nanti ia akan buta.

Islam berada di satu lembah, sedangkan muslim berada di lembah yang lain. Ini tidak boleh terjadi.

Apa yang terjadi bila Al Quran tidak dijadikan petunjuk? Maka setan akan menjadi temannya.

Kaidah “Barangsiapa yang berpaling dari petunjuk Allah, maka Allah menjadikan setan sebagai temannya.”

Sehingga bila ia melihat, maka ia melihat sesuai selera setan. Jika ia mendengar, maka sesuai selera setan. Ketika ia membuat kebijakan, maka kebijakannya sesuai selera setan. Ketika ia mendidik, maka pendidikannya sesuai selera setan, dsbnya.

Kalau kita ingin menjadi bangsa yang maju, yang berperadaban, maka jauhilah setan, dan kita harus komitmen dengan petunjuk Allah.

Maka kurikulum pendidikan harus mengacu pada petunjuk Allah. Kita tidak boleh sombong terhadap petunjuk Allah.

Jadi makna “setan selalu bersama dirinya, tidak akan lepas” maka setan selalu menjadi teman karibnya. Setan menjadikan ia memilih hal2 yang buruk2 saja, dan setan dan dirinya akan sama2 masuk neraka.

Inilah kajian yang sangat penting tentang petunjuk dan kesesatan.


Semoga kita semua diberi petunjuk oleh Allah SWT dan dijauhkan dari kesesatan dalam kehidupan ini.

4 komentar:

  1. Mudah2an alloh meneguhkan hati kita dengan islam.... amin

    BalasHapus
  2. Postingan lawas namun masih tetap up to date dan relevan dgn kondisi ummat Islam dan manusia zaman now... Syukron

    BalasHapus