Rabu, 22 April 2015

Jalan Kemandirian (2)

Ummat Islam adalah ummat yang besar, menembus angka yang signifikan, yaitu 1,6 M. Tapi terkendala dengan minimnya kemandirian. Yaitu terjajah ekonominya, pendidikannya, dsbnya karena tidak mandiri dalam kehidupannya.

Bagaimana agar mandiri?

1. Koordinasi antara seluruh cabang2 produksi

Seluruh produktifitas itu jangan berjalan sendiri2. Tapi harusnya saling terkoordinasi. Kalau ada satu produk yang lebih dominan daripada produk yang lain, maka akan terjadi kepincangan. Jangan sampai kita menyia2kan sector tertentu karena kita lebih memperhatikan sector yang lain. Tidak tepat kalau kita memperhatikan sector pertanian, lalu menyia2kan sector industry. Atau sebaliknya.

Sungguh disayangkan, gula saja impor, garam impor, barang impor. Bagaimana bisa menjadi bangsa mandiri.

Karena menyia2kan potensi itu berdosa. Dan dosa itu mendatangkan adzab.

Terjemah QS Al An’am 6: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.

Seluruh sector itu harus terkoordinasi dengan baik, jangan berjalan sendiri2.

Juga yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seluruh bidang harus seimbang. Jangan sampai anak bangsa ini seluruhnya focus ke hal2 yang bersifat teoretis, dan tidak mau ke hal2 yang bersifat aplikatif.

Maka di dalam Al Quran, tidak seluruh ayat itu berisi terntang berpikir, walau berpikir itu penting.

Dilarang banyak bertanya dalam hal yang kaitannya dengan kinerja.

Anak kita jangan sampai terjebak sebatas rekreasi intelektual. Tidak diaplikasikan dalam dunia nyata.

Berbeda dengan sebuah Negara, yang penelitiannya langsung diaplikasikan dalam dunia nyata, dan ini mempercepat kemajuan sebuah Negara.

Hadist yang memuat pentingnya koordinasi antara satu sector dengan sector lainnya.

Riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud, Nabi bersabda, “Apabila kamu berjual beli dengan cara ‘ainah (mirip riba), kamu senang bercocok tanam, kamu mengikuti ekornya sapi, dan kamu meninggalkan jihad, maka kamu akan ditinggalkan oleh Allah.”

Kalau sebuah bangsa sibuk dalam sector tertentu, umpamanya pertanian, tapi ketika mereka meninggalkan jihad fi sabilillah maka negaranya akan terancam.

Yang diperdagangkan penting, di industri penting, di pertanian penting. Jangan sampai ekonomi menghalalkan segala cara. Begitu ada musim politik, semuanya bicara politik, lupa sholatnya, lupa zakatnya, lupa pengajiannya. Panen politik memang sudah selesai, tapi meninggalkan masalah2 lainnya.

Maka dari itu tidak semuanya disuruh pergi berperang, supaya seimbang dalam berbagai sector di hidup ini. Sehingga tidak ada orang2 yang merasa berjasa. Kalau tidak ada pertanian, tentunya orang2 bisnis tidak bsia makan, dstnya.

Ketika kita benar2 mandiri, maka kita diselamatkan dari kehinaan yang bernama penjajahan.

Ketika sebuah bangsa tidak mandiri, berarti ada kesempatan bagi penjajah itu untuk intervensi, intimidasi.

Sesuatu yang tidak bisa sempurna dengan kewajiban itu, maka sesuatu itu wajib.

Kalau kemandirian itu syarat wajib merdeka, maka kita wajib mewujudkan kemandirian.

Senantiasa mengadakan koordinasi antara satu sector dengan sector yang lain.

Allah mengingatkan kita tentang pentingnya al hadid (besi), yaitu militer.

“Dan kami turunkan al hadid (besi), besi itu terdapat kekuatan yang sangat dahsyat dan manfaat yang sangat banyak bagi manusia.”

Allah berfirman, “wa anzalnaa” itu artinya diturunkan dari atas ke bawah. Ulama mengatakan, kalau ada yang diturunkan dengan kata “wa anzalnaa” itu menandakan bahwa sesuatu itu sangat penting.

Al Quran dan al hadiid sama2 digunakan “wa anzalnaa”. AL Quran sebagai pedoman kehidpan, maka al hadiid adalah hal yang memiliki banyak manfaat bagi manusia.

Al Hadid itu dimaknai dengan militer, karena untuk membuat perlengkapan militer dibutuhkan besi.

Dan manfaat2 bagi kehidupan manusia, manafi’ itu bermakna umum. Kalau yang tadi itu berkaitan untuk dunia militer, tapi yang ini bermanfaat bagi dunia sipil.

Tapi sayangnya, ummatul hadiid (umat yang mendapatkan surat Al Hadid) tidak bersungguh2 dalam sector ini. Mereka tertinggal militernya, tertinggal teknologinya.

Membeli pesawat dari Negara lain, lalu setelah sekian tahun tidak bisa dioperasikan karena onderdilnya diembargo tidak bisa kita beli.

2. Memprioritaskan yang lebih penting daripada yang kurang penting. Mendahulukan yang penting daripada yang tidak penting.

Kita harus mendahulukan perkara2 yang adz dzoriyaat. Ketika kita menjadi bangsa, yang makanan pokoknya adalah beras, maka perhatian utama kita adalah pertanian, jangan sampai membiarkan pertanian tergerus oleh industry. Bukan berarti industry tidak penting, tapi makanan pokok beras kita harus diutamakan.

Jangan sampai kita mengimpor beras. Suatu saat kita akan mandiri dan kuat. Negara kita kaya, besi juga banyak. Yang menjadi masalah adalah, apakah pemerintah berpihak pada kemandirian atau tidak.


Quran memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus, sehingga kebijakan apa pun ketika berdasarkan Al Quran akan lurus. Maka penasehat2 di negara2 Islam, hendaknya adalah muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar