Ummat Islam adalah ummat yang besar,
menembus angka yang signifikan, yaitu 1,6 M. Tapi terkendala dengan minimnya
kemandirian. Yaitu terjajah ekonominya, pendidikannya, dsbnya karena tidak
mandiri dalam kehidupannya.
Bagaimana agar mandiri?
1. Koordinasi antara seluruh cabang2
produksi
Seluruh produktifitas itu jangan berjalan
sendiri2. Tapi harusnya saling terkoordinasi. Kalau ada satu produk yang lebih
dominan daripada produk yang lain, maka akan terjadi kepincangan. Jangan sampai
kita menyia2kan sector tertentu karena kita lebih memperhatikan sector yang
lain. Tidak tepat kalau kita memperhatikan sector pertanian, lalu menyia2kan sector
industry. Atau sebaliknya.
Sungguh disayangkan, gula saja impor, garam
impor, barang impor. Bagaimana bisa menjadi bangsa mandiri.
Karena menyia2kan potensi itu berdosa. Dan
dosa itu mendatangkan adzab.
Terjemah QS Al An’am 6: Apakah mereka tidak
memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka,
padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu
keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan
sesudah mereka generasi yang lain.
Seluruh sector itu harus terkoordinasi
dengan baik, jangan berjalan sendiri2.
Juga yang berkaitan dengan dunia
pendidikan, seluruh bidang harus seimbang. Jangan sampai anak bangsa ini
seluruhnya focus ke hal2 yang bersifat teoretis, dan tidak mau ke hal2 yang
bersifat aplikatif.
Maka di dalam Al Quran, tidak seluruh ayat
itu berisi terntang berpikir, walau berpikir itu penting.
Dilarang banyak bertanya dalam hal yang
kaitannya dengan kinerja.
Anak kita jangan sampai terjebak sebatas
rekreasi intelektual. Tidak diaplikasikan dalam dunia nyata.
Berbeda dengan sebuah Negara, yang
penelitiannya langsung diaplikasikan dalam dunia nyata, dan ini mempercepat
kemajuan sebuah Negara.
Hadist yang memuat pentingnya koordinasi
antara satu sector dengan sector lainnya.
Riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud, Nabi
bersabda, “Apabila kamu berjual beli dengan cara ‘ainah (mirip riba), kamu
senang bercocok tanam, kamu mengikuti ekornya sapi, dan kamu meninggalkan
jihad, maka kamu akan ditinggalkan oleh Allah.”
Kalau sebuah bangsa sibuk dalam sector tertentu,
umpamanya pertanian, tapi ketika mereka meninggalkan jihad fi sabilillah maka
negaranya akan terancam.
Yang diperdagangkan penting, di industri
penting, di pertanian penting. Jangan sampai ekonomi menghalalkan segala cara.
Begitu ada musim politik, semuanya bicara politik, lupa sholatnya, lupa
zakatnya, lupa pengajiannya. Panen politik memang sudah selesai, tapi
meninggalkan masalah2 lainnya.
Maka dari itu tidak semuanya disuruh pergi
berperang, supaya seimbang dalam berbagai sector di hidup ini. Sehingga tidak
ada orang2 yang merasa berjasa. Kalau tidak ada pertanian, tentunya orang2
bisnis tidak bsia makan, dstnya.
Ketika kita benar2 mandiri, maka kita
diselamatkan dari kehinaan yang bernama penjajahan.
Ketika sebuah bangsa tidak mandiri, berarti
ada kesempatan bagi penjajah itu untuk intervensi, intimidasi.
Sesuatu yang tidak bisa sempurna dengan
kewajiban itu, maka sesuatu itu wajib.
Kalau kemandirian itu syarat wajib merdeka,
maka kita wajib mewujudkan kemandirian.
Senantiasa mengadakan koordinasi antara
satu sector dengan sector yang lain.
Allah mengingatkan kita tentang pentingnya
al hadid (besi), yaitu militer.
“Dan kami turunkan al hadid (besi), besi
itu terdapat kekuatan yang sangat dahsyat dan manfaat yang sangat banyak bagi
manusia.”
Allah berfirman, “wa anzalnaa” itu artinya
diturunkan dari atas ke bawah. Ulama mengatakan, kalau ada yang diturunkan dengan
kata “wa anzalnaa” itu menandakan bahwa sesuatu itu sangat penting.
Al Quran dan al hadiid sama2 digunakan “wa
anzalnaa”. AL Quran sebagai pedoman kehidpan, maka al hadiid adalah hal yang
memiliki banyak manfaat bagi manusia.
Al Hadid itu dimaknai dengan militer,
karena untuk membuat perlengkapan militer dibutuhkan besi.
Dan manfaat2 bagi kehidupan manusia, manafi’
itu bermakna umum. Kalau yang tadi itu berkaitan untuk dunia militer, tapi yang
ini bermanfaat bagi dunia sipil.
Tapi sayangnya, ummatul hadiid (umat yang
mendapatkan surat Al Hadid) tidak bersungguh2 dalam sector ini. Mereka
tertinggal militernya, tertinggal teknologinya.
Membeli pesawat dari Negara lain, lalu
setelah sekian tahun tidak bisa dioperasikan karena onderdilnya diembargo tidak
bisa kita beli.
2. Memprioritaskan yang lebih penting
daripada yang kurang penting. Mendahulukan yang penting daripada yang tidak
penting.
Kita harus mendahulukan perkara2 yang adz
dzoriyaat. Ketika kita menjadi bangsa, yang makanan pokoknya adalah beras, maka
perhatian utama kita adalah pertanian, jangan sampai membiarkan pertanian
tergerus oleh industry. Bukan berarti industry tidak penting, tapi makanan
pokok beras kita harus diutamakan.
Jangan sampai kita mengimpor beras. Suatu
saat kita akan mandiri dan kuat. Negara kita kaya, besi juga banyak. Yang
menjadi masalah adalah, apakah pemerintah berpihak pada kemandirian atau tidak.
Quran memberikan petunjuk kepada jalan yang
lebih lurus, sehingga kebijakan apa pun ketika berdasarkan Al Quran akan lurus.
Maka penasehat2 di negara2 Islam, hendaknya adalah muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar