Seseorang itu benar2 ridho kepada Allah,
adalah ketika ia merasakan nikmat dan ujian itu sama saja.
1. Karena apa yang kita anggap baik, belum tentu
sebenarnya itu baik bagi kita. Dan sebaliknya, sesuatu yang kita anggap buruk,
bisa jadi itu adalah baik bagi kita.
QS Al Baqarah 216: Diwajibkan atas kamu
berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Tetapi boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.
Ketika berbicara tentang perang, siapa sih
yang suka perang? Semua manusia suka dengan perdamaian. Tapi ketika Negara diserang,
maka Allah memerintahkan wajib jihad. Negri kita ini bisa merdeka setelah dijajah
350 tahun oleh Belanda, bukan melalui
ceramah2, tapi dengan cara para ulama dan umat Islam mengangkat senjata,
perang melawan penjajah.
Bagaimana jika negara2 Islam tidak
berjihad, sedangkan negrinya dijajah? Pasti habislah negara2 itu.
Sesuatu yang kamu cintai itu, bisa jadi
buruk bagi kalian. Kamu senang jika di rumah saja bersama anak istri, tapi bila
kamu tetap diam saja di rumah, bisa jadi nanti rumahmu juga akan terkena
serangan.
Ini bukan hanya masalah jihad saja. Dalam
rumah tangga, dalam masalah warisan, dsbnya, ada yang mempermasalahkan aturan
Allah, “apakah adil perempuan mendapat sebagian dari laki-laki?” Ini dijawab
oleh Allah di QS An Nisa 19.
An Nisa 19: karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Yang Tahu hanyalah Allah, yang Menciptakan
Kehidupan di Dunia dan Akhirat, itulah alasan kenapa kita harus ridho kepada
keputusan Allah SWT.
2. Karena pada dasarnya manusia adalah
muslim (yang artinya: pasrah, menyerahkan diri kepada Allah). Disebut seseorang
sebagai muslim, orang yang beragama Islam, yaitu ia menyerahkan dirinya secara
total kepada Allah. Karena dia meyakini, Allah yang menciptakan kita. Allah yang
Paling Tahu.
Seorang muslim tidak akan menolak sedikit
pun aturan Allah. Termasuk hukuman mati. Jadi kalau ada yang menolak hukuman
mati, apalagi dia mengaku ulama, maka kita harus mempertanyakan kenapa dia
mempertanyakan hukuman mati itu. Sebutan seseorang itu “ulama, orang alim,”
dsbnya itu adalah ungkapan2 syar’i, jadi harus dikembalikan definisinya kepada
Al Quran, bukan berdasarkan pengamatan manusia saja.
Seseorang disebut muslim, maka dia harus
menyerahkan diri secara total kepada Allah SWT.
3. Karena seorang muslim, dia mengenal
Tuhannya.
Orang yang benar2 mengenal Rabb (Tuhan yang
memberikan penjagaan, pendidikan), maka dia tidak akan mencurigai Allah, tidak
akan meragukan Allah. Dia ridho terhadap seluruh keputusan Allah, maka dia akan
berperasaan sama terhadap ujian maupun terhadap nikmat.
Ketika Allah menguji hambaNya, bukan dalam
rangka menyiksa. Tapi agar lebih matang dalam menghadapi kehidupan berbangsa
dan bernegara, lebih matang menghadapi ujian2.
4. Seorang mu’min yang ridho kepada Allah, harus
mengetahui apakah yang dia dapatkan dari Allah SWT, itu diridhoi oleh Allah,
atau kah dimurkai oleh Allah.
Selain kita harus ridho kepada hal yang
diridhoi oleh Allah, dan tidak ridho terhadap apa yang tidak diridhoi oleh
Allah. Kita juga harus mengetahui, apakah yang kita sukai atau kah tidak sukai
itu, adalah yang diridhoi ataukah tidak diridhoi Allah.
Ulama mendefinisikan alasan-alasan tentang
pentingnya kita ridho kepada Allah ini, sampai 27 poin, tapi kita cukupkan
sampai di poin ini.
Sebagai balasan dan kemurahan Allah kepada
kita semua, Allah ridho kepada kita. Kenapa Allah ridho kepada kita?
1. Ketika kita jujur, ketika kita beriman.
2. Disebabkan amal2 orang beriman yang
sholihah
3. Disebabkan orang2 beriman hidupnya
selalu berjuang memerangi musuh2 Allah. Disebabkan orang2 beriman tidak
mengangkat orang2 kafir sebagai pemimpin. Orang2 beriman yang ridho kepada
Allah akan melepaskan diri dari orang2 kafir.
Kalau kita ceramah tentang ridho Allah,
tapi kita tidak ridho dengan syariat Allah, maka bagaimana pun kita berusaha
meyakinkan kaum muslimin, tapi Allah tidak akan ridho.
Pentingnya kejujuran, keaslian, kemurnian
iman kita.
QS Al Maidah 119: Allah berfirman: "Inilah
saat orang yang jujur, memperoleh manfaat dari kejujurannya. Bagi mereka surga
yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya;
Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada Allah. Itulah kemenangan
yang paling besar"
Orang2 yang jujur dalam imannya itu, maka
kejujurannya itu benar2 berguna di akhirat. Mungkin ada yang bertanya, “apakah
kejujurannya itu tidak berguna di dunia?”
Saya katakan ya, di dunia juga berguna.
Tapi di akhirat, itu bentuknya benar2 terlihat. Sedangkan di dunia ini, orang
yang jujur dalam keimanannya malah dianggap radikal. Karena dunia ini adalah
permainan penipuan, karena dunia untuk dunia, kekuasaan untuk kekuasaan,
sehingga kejujuran itu sesuatu yang tidak jelas manfaatnya.
Sehingga ada yang mengatakan, ”ya ustadz,
bisnis kok jujur, nanti tidak akan untung dong..” atau ada yang mengatakan “Yaa
ustadz, politik kok jujur, nanti tidak akan menang dong..”
Kejujuran itu akan jelas terlihat di
akhirat, yaitu dengan mendapatkan ridho Allah berupa syurga Allah.
QS Al Mujadilah 22: Engkau (Muhammad) tidak
akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya.
Meraka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan
dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Lalu
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah,
sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.
Di dalam ayat ini kita bisa melihat bahwa
cinta dan benci itu esensi aqidah. Kita tidak boleh mencintai orang2 yang
memusuhi Allah, walau pun itu adalah bapak2 kita, anak2 kita, keluarga kita.
Kita mencintai keluarga, tapi ukurannya adalah iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar