Tayangan video tentang para lansia yang
dibawa ke pengadilan karena mencuri hal2 yang jumlahnya kecil.
Paparan Ustadz.
Di antara tema2 besar Al Quran yang disebut
Allah SWT adalah ash shobru (kesabaran), dengan berbagai bentuk kata, apakah
itu fi’il madhi, fi’il mudhori’, fi’il ‘amr (ishbir, ishbiruu). Tidak ada bekal
di dunia ini kecuali ia adalah sabar.
Apa urgensi
kesabaran dalam hidup ini?
1. Sabar adalah wasiat (perintah/instruksi)
Allah kepada setiap Nabi dan RasulNya.
QS An Nahl 127: washbir wa maa shobruka
illaa billaah (Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah)
Ketika kita mengetahui bahwa sabar itu
adalah wasiat Allah kepada Nabi, dan Nabi adalah manusia terbaik. Jadi, kalau
kita ingin menjadi manusia terbaik, suami terbaik, istri terbaik, maka
bersabarlah.
2. Kita
diperintahkan Allah untuk minta pertolongan Allah.
QS Al Baqarah
153: yaa ayyuhalladziina aamanuu ista’iinu wash sholati, innallooha ma ‘asshobirin.
(Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.)
Tanda2 orang
beriman kepada Allah adalah, ia merenungi ayat2 Al Quran, dan sebaliknya,
orang2 munafik itu tidak mau merenungi Al Quran, dan mereka lebih senang dengan
pemikiran manusia yang menentang Allah. Apa hikmah yang terkandung di dalam
ayat ini?
a. Sabar itu
adalah instruksi Allah. Dan tidak ada instruksi yang lebih besar daripada
instruksi dari Allah.
b. Kata sabar di
sini disebut bersamaan dengan sholat. Dengan kesabaran dan sholat. Di sini
urgensinya sabar, sampai2 disebut bersamaan dengan sholat. Ketika hambaNya
masih sholat, maka ia masih beriman.
c. Shabar
disebut lebih dahulu daripada sholat.
Kaum muslimin,
semua diperintahkan untuk bersabar, dan kata ash shobr disebutkan lebih dahulu
daripada kata sholat. Kalau Allah mendahulukan satu lafal berarti itu ada
hikmahnya. Allah yang Paling Tahu hikmahnya. Semoga kita bisa diberikan
pemahaman untuk cerdas memahami Al Quran. Urgensinya sabar dalam ayat ini,
yaitu untuk bisa sholat dengan benar, tepat waktu, dalam berbagai keadaan, itu
semuanya membutuhkan kesabaran.
Seluruh amal
perbuatan kita, seluruh kegiatan kita, agar rumah tangga ini benar2 rumahku
syurgaku, agar yang lebih dominan adalah kejujuran dan jauh dari kebohongan, agar
yang lebih dominan adalah kebaikan dan jauh dari keburukan, semuanya
membutuhkan kesabaran.
3. Sabar itu
termasuk syarat kemenangan, syarat kesuksesan. Tidak ada kaum muslimin dalam
sejarahnya, kecuali sarat dalam kesabaran. Tidak ada istilah libur dalam
memperjuangkan Islam. Pertanyaannya adalah, kapan kaum muslimin diberikan
kemenangan? Yaitu ketika kaum muslimin bersabar.
Di dalam QS Al
Anfal 45-47 dipaparkan syuruuthun nashri (syarat2 kemenangan), yaitu
45. Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berdzikir dan berdoa) agar
kamu beruntung.
46. Taatilah
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan kekuatanmu hilang serta bersabarlah. Sungguh, Allah beserta
orang-orang sabar.
47. Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan
rasa angkuh dan ingin dipuji orang serta menghalang-halangi (orang) dari jalan
Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.
Jangan sampai umat Islam di bumi ini mau
diadu domba dengan isu radikal. Yang penting adalah kesabaran, karena hidup ini
adalah asset termahal.
4. Intervensi (Keikutsertaan) Allah
Orang yang sabar, walau pun ia kelihatan sendirian, tapi
ingatlah, sesungguhnya Allah bersamanya. Seorang suami yang bersabar memenuhi
kewajiban dirinya atas keluarganya mencari nafkah, sesungguhnya ia tidak
sendirian. Seorang istri yang bersabar mengasuh anak-anaknya menjadi penghafal2
Al Quran, sesungguhnya Allah bersamanya. Seorang pemimpin yang bersabar, ketika
ingin negaranya diridhoi oleh Allah, dan ia mungkin ditakut2i oleh pihak asing,
jangan takut, karena Allah bersama orang2 yang sabar.
Tema ini adalah
tema yang menarik, bukan menarik untuk didengarkan, tapi menarik untuk
diterjemahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pertanyaan #1.
Para ibu saat ini pusing dengan kenaikan harga kebutuhan pokok karena kenaikan
bbm. Bagaimana memaknai kesabaran2 seperti ini?
Jawab:
Al Quran adalah
kitab hidayah, kitab petunjuk, sehingga tidak ada permasalahan dalam kehidupan
ini, kecuali sudah ada jawabannya di dalam Al Quran.
Melihat kondisi
kenaikan harga2 kebutuhan pokok saat ini, kita melihatnya seperti ini:
1. Ketika seorang
suami/istri mendapat ujian, di antaranya adalah naiknya harga2 barang, atau PHK,
maka ia harus bersabar. Jangan sampai merasa dunia sudah kiamat.
2. Dari sisi pihak
pemerintah, jangan hobi memprovokasi rakyat sehingga rakyat menjadi tidak
bersabar. Kalau bisa mempermudah, maka jangan persulit.
Pilihlah yang
paling memudahkan untuk rakyatnya, maupun pemerintahnya.
Pemerintah yang
benar adalah seperti walinya anak yatim. Yaitu kalau ia sudah cukup, maka
jangan mengambil harta benda anak yatim. Jangankan untuk mengambil, bahkan
untuk mendekat saja tidak boleh, apalagi merusaknya.
Seperti Umar bin
Khattab, kalau ia butuh, ia hanya ambil secukupnya, karena itu adalah hak
rakyat.
Jadi kewajiban
pemerintah adalah mengelola. Kalau pun terpaksa menaikkan harga, maka alasan
pemerintah harus terang benderang, dan rakyat harus menerimanya, jangan
berkeluh kesah.
Pertanyaan #2. Apa
doa yang bisa dipanjatkan dalam menghadapi kondisi seperti sekarang ini,
ustadz?
Doa:
Kita minta kepada
Allah SWT, untuk ditegarkan dalam keimanan kita, seperti doa: “Yaa muqollibal
qulub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik.”
Atau doa kebaikan
dunia dan akhirat: “Robbana aatinaa fid dun ya hasanah, wa fil aakhiroti
hasanah, waqinaa ‘adzaa bannaar..”
Istri dan suami,
harus pandai mengelola keuangannya. Mendahulukan yang lebih penting daripada
yang kurang penting. Dahulukan yang pokok baru yang lainnya. Jangan dalam
kondisi seperti ini malah jalan2 ke Mall. Yang terpenting adalah kebutuhan
pendidikan anak, dsbnya.
Kesabaran itu
merupakan universitas kehidupan. Di antara kurikulum dalam universitas kesabaran
itu adalah Kebesaran Hati. Melalui kesabaran ini dapat membangun diri kita
menjadi pemimpin.
Terjemah QS As
Sajdah 24: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Dan mereka meyakini
ayat-ayat kami.
Di antara kriteria
pemimpin yang akan membawa masyarakatnya kepada kesejahteraan, ialah Berbesar Hati.
Pemimpin dalam Bahasa
Arabnya adalah imam dan di QS As Sajdah ayat 24 di atas, disebutkan dalam
bentuk jamaknya, yaitu aimmatan. Waj’alnaa minhum aimmatan (dan kami jadikan di
antara mereka itu pemimpin2).
Kriteria pemimpin:
1. Memberikan
petunjuk dengan perintah Allah.
Jangan sampai kebijakan2nya
justru menghalang2i manusia dari ajaran Allah. Pemimpin harus mengajak ummatnya
untuk taat kepada Allah.
2. Ketika mereka
bersabar.
Jadi pemimpin yang
benar2 pemimpin bukan lah yang berasal dari rekayasa, tapi yang benar2 lapang
dada, berbesar hati.
Contohnya adalah
Rasulullah. Kita bisa meniru beliau. Ketika beliau hijrah ke Thaif, Nabi malah dilempari
batu, dan pembesar2 Thaif memprovokasi rakyat agar memusuhi Nabi. Ketika Nabi
dilempari batu seperti itu, malaikat menawarkan, apakah penduduk Thaif itu
dilempari gunung saja, tapi Nabi mengatakan, “jangan, semoga suatu saat anak
cucu keturunan mereka menjadi orang2 beriman.” Dan kenyataannya sekarang
penduduk Thaif 100% beragama Islam.
Nabi adalah untuk
diikuti, bukan dengan mengatakan, “ya ustadz, itu kan Nabi.” Jangan katakan seperti
itu, karena Nabi adalah contoh yang bisa diikuti
Umar bin Khattab
ra, adalah orang yang luar biasa. Sangking luar biasanya ada 5 pendapat beliau
lebih dulu disampaikan daripada turunnya wahyu. Orang yang sealim beliau,
sampai iblis saja takut kepada beliau, tapi ketika beliau salah, yaitu beliau
menentukan batas mas kawin, dan Umar ditegur oleh wanita, “Ya Khalifah, kenapa
engkau membatasi apa yang tidak dibatasi oleh Allah?” maka Umar menjawab, “perempuan
itu benar, sedangkan saya salah.” Umar tidak gengsi untuk mengakui
kesalahannya.
Bagaimana dengan
kondisi di Negara yang justru pemerintahnya menyalahkan para ulama, para
aktifits dakwah? Semoga hal ini tidak terjadi di Negara kita.
Pertanyaan #3. Bersabar
itu bukan pasif. Bagaimana sabar dalam bentuk aktif, dan bagaimana menyikapi
angkara murka?
Jawab:
Ketika bapak
ibunya diam, padahal sudah jam 6 pagi, mereka tidak membangunkan anaknya untuk sholat
subuh, maka itu tidak bisa dibilang, ibu bapaknya sabar. Bukan!
Sabar itu ada 2:
1. Sabar untuk
senantiasa taat pada Allah.
Seperti misalnya, rajin
ikut pengajian, senantiasa jujur dalam politik dan bisnis, mencari nafkah yang
halal sementara yang lain sudah mencari yang haram, dsbnya.
2. Sabar dalam
menghadapi maksiat.
Ada sebagian orang
yang mengatakan, “ya ustadz… yang haram saja sudah susah…apalagi yang halal…”
Naudzubillahi
mindzalik.
Ada yang
mengatakan, “kalau saya tidak melakukan ini, bagaimana saya bisa mencari nafkah…”
Itu adalah contoh2
orang yang tidak sabar dalam menolak kemungkaran.
Kalau ada
kemungkaran di depan matanya, lalu dia diam saja, maka itu bukan sabar.
Kesabaran itu
bekal manusia dalam kehidupan. Manusia apa pun, agama apa pun, bangsa mana pun,
sabar itu modal kita. Karena setiap manusia, pasti mendapatkan ujian. Kalau
tidak bersabar dalam ujian, maka dia tidak akan selamat.
Terjemah QS Al
Mulk 2: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya.
Allah ciptakan
manusia ini untuk diuji. Apa yang membuat kita selamat dari ujian? Yaitu kesabaran.
5. Orang yang kaya
adalah orang yang sabar.
Terjemah QS Fush
shilat 35: Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
yang mempunyai keuntungan yang besar.
Terjemah Az Zumar
10: Sesungguhnya orang2 yang sabar itu dipenuhi pahalanya tanpa terhitung.
Membaca Al Quran,
10 kali
Shodaqoh, digandakan
pahalanya sampai 700 kali.
Tapi tidak sebatas
itu, karena ketika membaca Al Quran ia butuh sabar, bersodakoh ia juga butuh
sabar, maka ketika itu pahalanya tidak terhitung.
Jangan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan Islam. Orang yang menutup aurat malah dianggap
radikal, dan orang yang buka aurat malah dianggap baik, modern, ini kan kebalikannya.
Semoga kita
dikaruniai Allah kesabaran dalam taat kepada Allah, dan kesabaran dalam menghadapi
kemaksiatan. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar